Obrolan Santai Sembari Menyesap Teh Panas di Depan Candi Plaosan - Nasirullah Sitam

Obrolan Santai Sembari Menyesap Teh Panas di Depan Candi Plaosan

Share This
Deretan warung di area Candi Plaosan
Deretan warung di area Candi Plaosan
Segelas teh panas sudah kusesap, area candi Plaosan cukup ramai yang melintas. Sesekali kendaraan roda empat mencari tempat parkir di depan candi. Seorang petugas kebersihan mengarahkan mobil agar teratur saat parkir. Waktu masih cukup pagi, tapi pengunjung candi Plaosan sudah lumayan ramai.

Di perjalanan pulang dari benteng Jolontoro, aku mencari tempat yang asyik untuk bersantai. Sebelumnya aku melintasi warung soto dekat sawah, namun menurutku kurang asyik. Laju sepeda lebih ringan, karena jalanan sedikit menurun.

Tebersit keinginan untuk menikmati teh panas di depan candi Plaosan. Di sana, ada banyak warung yang berjejeran. Biasanya, setiap pagi ada satu warung yang pasti buka. Aku langsung mengarahkan sepeda menuju candi Plaosan.

Sebelum menuju warung, aku melintasi jalanan di barat candi Plaosan, mengambil vlog siluet candi. Setelah itu langsung menuju warung yang ada di seberang candi. Benar saja, warung yang berada di ujung timur sudah buka. Bahkan ada sekumpulan pesepeda.

“Teh hangat bu, gulanya sedikit saja,” pintaku.

Ibu yang berjalan mengiyakan, beliau juga menawarkan gorengan yang sudah siap di meja. Aku menyapa sekumpulan bapak yang asyik duduk santai melepas lelah. Selesai tegur sapa, aku menuju kursi yang kosong. Bersantai menunggu pesanan minuman diantar.
Pesepeda datang di sekitar candi Plaosan
Pesepeda datang di sekitar candi Plaosan
Sesekali aku ikut nimbrung berbincang dengan kumpulan bapak pesepeda. Mereka dari daerah dekat candi, memang ingin bersepeda untuk olahraga dan sekadar menikmati waktu pagi. Perbincangan kami mengarah topik kamera.

Salah satu bapak di rombongan bercerita kalau suka memotret. Aku sendiri hanya menimpali sepemahamanku. “Kalau kebutuhan saya hanya untuk mengabadikan saat bersepeda, pak. Jadi lebih nyaman kalau pakai kamera kecil,” ujarku.

“Apalagi kalau Leica, mas,” celetuk bapak tersebut sembari tertawa.

Kami tertawa bareng. Seperti inilah keseruan ketemu sesama pesepeda. Meski baru ketemu, mempunyai latar belakang berbeda, jarak umur yang jauh pun tetap bisa guyup. Di tengah perbincangan, datang tiga pesepeda yang menggunakan sepeda balap.

Mereka pun berbaur dengan kami. Ketika pesepeda itu awalnya ingin gowes ke arah Klaten, lantas direncanakan menikmati kuliner di Kedari Rukun Klaten, namun salah satu sepeda ada sedikit masalah, sehingga ditangguhkan. Mereka akhirnya hanya sampai candi Plaosan.
Mengunjungi salah satu warung di candi Plaosan
Mengunjungi salah satu warung di candi Plaosan
Rombongan bapak yang tadi berbincang denganku pulang, tinggal kami berempat. Lagi-lagi kami bisa berbincang santai membahas seputar sepeda, lebih tepatnya bercerita tentang postingan di Facebook Grup Sepeda Jogja Gowes. Aku hanya menjadi pendengar.

Grup sepeda Jogja Gowes di Facebook merupakan salah satu grup besar pesepeda di Jogja. Aku sendiri sudah bergabung sejak lama, bahkan menjadi admin di grup tersebut. Pun dengan media sosial lainnya di Jogja Gowes.

“Saya salah satu adminnya,” ucapku saat berbincang.

Sepertinya ketiga pesepeda ini masih sangsi. Aku tertawa sendiri. Beberapa nama pesepeda yang mereka perbincangkan postingannya kukenal. Di grup sepeda, sekarang memang masif postingan yang terkadang memunculkan keramaian dengan ragam komentar.

Teh panas sudah tinggal setengah, aku bersantai sembari melihat candi Plaosan. Bahkan aku sempat iseng membuka aplikasi Tiktok untuk live. Kegabutan hari ini kunikmati dengan segelas teh panas, gorengan, sembari live Tiktok. Jarang-jarang live Tiktok kulakukan, terlebih pengikut baru segelintir.

Beberapa potong gorengan sudah pindah tempat ke perut. Menjajal siaran langsung melalui aplikasi Tiktok membuatku sedikit bingung, karena langsung berinteraksi dengan beberapa pertanyaan dari pengikut. Sepertinya menarik jika mendatangi destinasi sepeda, bersantai sambil mempromosikan destinasi langsung melalui Tiktok.
Menikmati teh panas dan gorengan
Menikmati teh panas dan gorengan
Lumayan lama aku duduk santai, ketiga teman baru yang menaiki sepeda balap pamitan. Di waktu yang bersamaan, sekumpulan orang tua bersepeda singgah di warung yang sama. Grup sepeda yang semuanya kakek ini datang dari Mantrijeron.

“Jangan dipaksakan, mbah. Pokoknya gowesnya santai saja, kalau nanti capek, istirahat dulu,” ucap mbak yang menggunakan sepeda balap sebelum pamitan.

Aku takjub, mereka berumur lebih 70 tahunan masih kuat bersepeda. Salah satu malah jauh lebih sepuh lagi umurnya. Beliau bilang memang konsisten bersepeda tiap akhir pekan, kali ini tujuannya sama. Warung kecil seberang candi Plaosan.

Secara tidak disadari, warung kecil ini semacam pos pit bagi pengguna sepeda. Silih berganti mereka yang datang, menikmati minuman, makan gorengan, melihat pemandangan candi Plaosan, hingga bersantai melepas lelah. Mereka dari berbagai penjuru sekitar Jogja.

Suasana asyik seperti ini yang selalu aku rindukan. Bersepeda tanpa arah, berhenti di warung kecil, berinteraksi dengan orang-orang baru, tertawa bersama, lantas pulang berpisah. Warung kecil di seberang candi Plaosan menjadi tempat yang tepat untuk hal-hal tersebut.

Sudah cukup lama aku duduk di sini. Waktunya balik kos, mumpung belum sepenuhnya terik. Aku menuju tempat ibu, menghitung minuman dan gorengan yang sudah kumakan, lantas pulang. Rutinitas akhir pekan yang menyenangkan, dan sepertinya warung ini menjadi salah satu tempat tujuanku kala menjelajah area Prambanan dan sekitarnya. *Sabtu, 15 Februari 2025.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages