![]() |
Jembatan gantung Bembem |
Tidak jauh dari taman Pelangi Bantul, terlihat sebuah jembatan gantung yang menjadi akses penyeberangan masyarakat sekitar. Sesekali aku melihat kendaraan motor maupun sepeda yang melintas. Dari kejauhan, aku berusaha memotret. Jembatan gantung ini bernama Jembatan Gantung Bembem.
Sejak mengunjungi destinasi wisata taman Pelangi, aku memang sudah mencari informasi yang ada di sekitar destinasi tersebut. Salah satu yang kudapatkan adalah adanya jembatan gantung. Bahkan, dengan jarak tidak begitu jauh, ada dua jembatan gantung yang masih berfungsi untuk masyarakat setempat.
Aku menyambangi jembatan gantung Bembem. Konon di awal pembangunannya, jembatan gantung Bembem terbuat dari bambu. Bahkan sebelum ada jembatan gantung, masyarakat menggunakan rakit untuk menyeberang. Istilah masyarakat di sini adalah Getek.
Aliran di Kali Opak cukup deras. Aku bersantai di ujung jembatan, menunggu orang melintas untuk kuabadikan. Pagi ini, jembatan gantung Bembem menjadi spotku memotret. Sesekali aku berbincang dengan beberapa warga yang melintas.
![]() |
Simbah-simbah melintasi jembatan gantung Bembem |
Bahkan di sini aku bertemu dengan dua pesepeda dari Nologaten. Daerah yang berdekatan dengan tempat kosku. Kami berbincang sebelum berpisah. Mereka mengajakku blusukan, tapi aku ada target balik lebih cepat karena ada agenda.
Jembatan gantung Bembem memang cukup krusial, dengan adanya jembatan ini, masyarakat sekitar dapat mengakses jalan lebih cepat. Berkali-kali aku mengabadikan orang melintas. Akhirnya aku mencoba untuk menyeberang.
Sebuah aturan tidak tertulis di tiap jembatan gantung adalah, kita harus menyeberang secara bergantian. Jika di arah berlawanan sudah ada yang menyeberang lebih dulu, kita harus menunggu sampai selesai. Tidak boleh kita ikut menyeberang dari arah berlawanan.
Aturan yang lainnya tentu kita harus memberi jarak dengan penyeberang di depan kita. Hal ini berkaitan agar jembatan gantung tetap terawat dengan baik dan kita berlebihan berat. Selain itu, tentu kita dilarang berhenti di tengah jembatan untuk mengambil foto dan yang lainnya.
![]() |
Masyarakat sekitar melintas menggunakan motor |
Cukup lama aku bersantai di ujung jembatan gantung Bembem, memotret masyarakat sekitar yang melintas, serta menyempatkan berbincang dengan beberapa orang di dekat jembatan. Pagi yang cukup menyenangkan, karena bisa berinteraksi dengan banyak orang.
Aliran kali Opak memang membentang jauh, memisahkan beberapa desa yang harusnya berdekatan. Adanya jembatan gantung seperti ini bisa menjadi opsi bagi masyarakat agar dapat menyingkat perjalanan dan tidak perlu jauh memutar.
Jauh satu dasawarsa yang lalu, aku pernah memotret keberadaan jembatan gantung. Saat itu lokasinya di Pundong, namanya jembatan gantung Soka. Bahkan jika kutarik jauh ke belakang, aku juga pernah menyambangi salah satu destinasi populer pada masanya yakni jembatan gantung Selopamioro.
Tidak hanya itu, selama bersepeda sejak tahun 2012, aku beberapa kali menyambangi jembatan gantung untuk kujadikan destinasi tujuan. Menurutku, adanya jembatan gantung yang masih tradisional tentu saya bisa menjadi spot foto, terutama bagi pesepeda.
![]() |
Rute blusukan ke jembatan gantung Blawong |
Tidak jauh dari jembatan gantung Bembem, terdapat jembatan gantung yang panjangnya jaris sama. Namanya adalah jembatan gantung Blawong. Aku menyusuri jalanan kampung, mengikuti peta di gawai menuju jembatan gantung tersebut.
Sepertinya, daerah ini tidak begitu asing bagiku. Sebab, beberapa tahun yang lalu, aku pernah melintasi sekitar sini. Terutama saat menyambangi Gua Permoni dan destinasi yang ada di sekitarnya. aku berhenti untuk mengabadikan.
Sama halnya dengan jembatan gantung Bembem, di jembatan gantung Blawong ini malah lebih ramai yang melintasi. Sepeda kuparkirkan di salah satu halaman rumah warga, lantas memotret masyarakat yang melintas. Acapkali aku disapa mereka yang melintas.
Di Blawong maupun Bembem, masih banyak para pesepeda harian. Mereka didominasi simbah-simbah. Aku memotret beliau saat melintas, serta menyapa ketika dekat. Keramahan simbah-simbah seperti ini jarang kita temukan di tempat yang lebih ramai.
![]() |
Memotret simbah di jembatan gantung Blawong |
Aku tidak terlalu lama di sini, karena sudah banyak yang melintas. Bahkan sebagian besar yang melintas menggunakan sepeda. Sepertinya, jembatan gantung Blawong maupun Bembem bisa menjadi opsi memotret kala pagi aktivitas bersepeda.
Sebuah tulisan imbauan terlihat jelas di ujung jembatan gantung Blawong. Bisa jadi pernah kejadian membuang sampah sembarangan, sehingga masyarakat setempat membuat imbauan agar tidak membuang sampah sembarangan, terlebih di bantaran sungai.
Kulirik arloji, waktu masih cukup pagi. Jarum jam tangan menunjukkan pukul 07.58 WIB. Aku mengarahkan sepeda menuju jalan besar untuk pulang. Kali ini, bersepedaku tidak lama, namun sudah lebih dari cukup. Menyambangi jembatan gantung dan mendapatkan beberapa foto untuk tulisan blog.
![]() |
Simbah-simbah berjalan meilntasi jembatan gantung Blawong |
Sepanjang perjalanan pulang, cukup banyak aku berpapasan dengan sesama pesepeda. Baik mereka yang memang pesepeda harian maupun pesepeda akhir pekan. Ruas jalan Imogiri Timur cukup padat, laju kendaraan lumayan kencang. Untuk kita para pesepeda, kudu lebih konsentrasi tinggi.
Lumayan lama aku tidak bersepeda menyusuri destinasi-destinasi yang mulai terabaikan, karena beberapa waktu sempat menyambangi banyak embung di Jogja dan sekitarnya. Blusukan pagi ini bisa jadi memantik kembali hobiku menyambangi destinasi wisata dengan bersepeda. *Sabtu; 03 Mei 2025.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar