Membeli Legen dan Siwalan di Ruas Jalan Sulang – Gunem - Nasirullah Sitam

Membeli Legen dan Siwalan di Ruas Jalan Sulang – Gunem

Share This
Legen dan Siwalan di ruas jalan Sulang
Legen dan Siwalan di ruas jalan Sulang
Tanpa menawar, kami mengambil sebotol legen dan dua plastik siwalan yang sudah dikupas. Ibu yang jualan terlihat sumringah. Beliau dengan cekatan langsung mencarikan plastik serta mengikat bagian atas botol dengan rafia agar dapat kugantung di motor.

Sebelumnya, aku dan istri ingin menjenguk teman istri yang lahiran. Rumahnya ada di dusun Lambangan Wetan. Aku mengecek di Google Maps, jalannya melintasi perempatan lampu merah Sulang, Rembang. Meski jarang melintas, aku pernah tahu daerah ini ketika menuju Blora.

“Nanti kita melintasi warung yang jualan legen,” ujar istri sebelum berangkat.

Istri tahu betul kalau aku senang minum legen. Aku antusias berangkat, mengikuti jalanan hingga melintasi ruas Gunem – Sulang. Benar saja, di tepian jalan sudah terlihat beberapa warung kecil yang menjual minuman legen. Sepulang dari Lambangan Wetan, kami merencanakan membeli legen.

Aku sengaja menghentikan sepeda motor di salah satu warung legen. Ibu yang menjaga tersenyum sumringah melihat kedatangan kami. Beliau menyapa dan menawarkan minuman legen yang sudah dituang dalam botol air minum kemasan.
Salah satu warung legen di ruas jalan Sulang Gunem
Salah satu warung legen di ruas jalan Sulang Gunem
Ada sembilan botol kemasan minuman legen yang dipajang. Aku bergegas mendekat, dan menanyai harganya. Beliau mengatakan kalau legen yang dipajang tersebut harganya 10.000 rupiah. Aku sendiri tidak menawar.

“Kalau yang masih baru diambil tadi pagi ada mas, tapi harganya 15.000 rupiah,” terang ibu penjual.

“Beda sama yang ini, bu?” tanyaku penasaran.

Ibu penjual menerangkan bahwa minuman legen yang dipajang tersebut merupakan legen kemarin. Sementara untuk legen yang baru tadi pagi disimpan dalam termos berisi es. Aku membeli sebotol minuman legen yang masih baru.

Sementara itu, istri sendiri berminat membeli buah siwalan yang sudah dikupas. Satu plastik buah siwalan harganya 10.000 rupiah. Siang ini, kami membeli sebotol minuman legen dan dua plastik buah siwalan yang sudah dikupas. Total yang kami bayar 35.000 rupiah.
Memilih legen yang dijual
Memilih legen yang dijual
Sedari dulu, aku sering minum legen, namun belum pernah melihat langsung pohon siwalan. Di Rembang, legen ini berasal dari pohon Siwalan. Siwalan sendiri merupakan jenis pohon Palma yang tumbuh subur di daerah tropis.

Meski sering minum legen Siwalan, berbeda halnya dengan makan buah Siwalan. Seingatku, pertama kali makan buah Siwalan di tahun 2017. Saat itu aku menyambangi Lasem untuk pertama kalinya melihat festival Dumbeg di desa Dasun.

Salah satu kawan dari Rembang membawa daging buah Siwalan yang sudah dikupas. Tekstur kenyal, rasanya mirip dengan kelapa muda namun lebih tebal. Cukup lama tidak menikmati daging buah Siwalan, kali ini kami membeli dan menikmatinya.

Sepanjang ruas jalan Gunem – Sulang, memang ada beberapa warung yang khusus menjual legen dan buah Siwalan. Tidak jauh dari warung yang hampiri, ada dua warung legen yang lainnya di sisi kanan maupun kiri jalan. Pemandangan seperti ini merupakan hal yang lumrah.
Penjual legen dan siwalan di Sulang, Rembang
Penjual legen dan siwalan di Sulang, Rembang
Jika kulihat sekilas, warung-warung yang menjual legen maupun buah Siwalan juga menjual makanan yang lainnya. Ada berbagai kopi kemasan, hingga kopi hitam. Tidak ketinggalan mie instan. Sepertinya, seringkali ada kendaraan besar yang mampir untuk sekadar mengopi ataupun istirahat.

Ruas jalan Gunem – Sulang memang didominasi kendaraan roda empat. Sedari tadi, aku berpapasan dengan truk-truk pengangkut tebu. Jika kita melintas, di sepanjang jalan lahan pertanian mulai dari tebu, padi, tembakau, hingga palawija.

Sebelum pulang, aku menyempatkan memotret dengan ponsel. Niat awal sebenarnya ingin membawa Gopro untuk membuat vlog, namun Gopro tertinggal di rumah. Akhirnya hanya menyempatkan mengambil foto untuk blog dan video pendek.

Waktunya meninggalkan warung legen. Sepulang menengok kawan di Sulang, kami pulang membawa oleh-oleh sebotol minuman nira (legen) dan dua bungkus daging Siwalan. Menyenangkan nantinya meneguk legen yang masih segar.
Buah siwalan yang sudah dikupas
Buah siwalan yang sudah dikupas
Sesampai di rumah, legen ataupun yang dikenal dengan nira langsung kutaruh dalam kulkas. Sesekali menyesap dalam tuangan gelas kecil. Rasanya manis dan segar. Bahkan, minuman ini sengaja aku simpan selama lebih satu hari di kulkas, rasanya jauh lebih nikmat.

Setiap pulang ke Rembang, ada dua minuman yang sering aku beli ketika menemuinya di jalan. Keduanya adalah nira (legen) dan es tebu. Tentu saja karena di Jogja, aku jarang menjumpai keduanya di tengah kota. Untuk es tebu, kadang masih ada di sekitar Fakultas Teknik UNY. *Rembang; Sabtu, 26 Juli 2025.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages