Jalan Kaki Menyusuri Pedestrian di Kota Madiun - Nasirullah Sitam

Jalan Kaki Menyusuri Pedestrian di Kota Madiun

Share This
Para pejalan kaki di pedestrian kota Madiun
Para pejalan kaki di pedestrian kota Madiun

Sejak menjejakkan kaki di Madiun, aku tertarik dengan penataan ruang di kota Madiun. Salah satu yang menarik perhatianku adalah pedestrian di kota Madiun. Setelah berkunjung ke Taman Lokomotif Jerman "Henschel C2606", aku melanjutkan keliling kota Madiun dengan berjalan kaki.

Siang ini, lalu-lalang kendaraan yang melintas di tiap ruas jalan cukup ramai. Aku terus melangkah, sesekali melihat peta di gawai. Jalan kaki tanpa tujuan menjadi opsi pilihanku selama di Madiun untuk menghabiskan waktu hingga menjelang sore.

Sudut-sudut jalanan yang menurutku bagus terus kuabadikan. Beruntung agak sedikit mendung, sehingga perjalanan lebih nyaman. Selain itu, di tiap sisi jalanan ini lumayan ada pepohonan yang menjadikan lebih teduh.
Ramainya kendaraan di ruas jalan kota Madiun
Ramainya kendaraan di ruas jalan kota Madiun
Di kota Madiun, trotoar sudah tertata rapi layaknya kota-kota besar di Indonesia. Ketika kita melihat berbagai model tiang lampu, bentuknya menyerupai tiang-tiang yang ada di Jogja. Sepertinya, di banyak tempat model tiang dan lampu hampir seragam.

Selain tiang lampu, deretan bollard dengan baluran cat warna-warni tertata rapi di pedestrian. Bollard yang ada di sini mirip di banyak tempat yang berbentut bulat seperti bola. Tujuannya sebagai pembatas antara jalan dan trotoar.

Hanya saja, hampir semua tempat pedestrian modelnya mirip. Bagiku yang sudah lama di Jogja, sudut-sudut seperti ini mengingatkanku sepanjang jalan Malioboro. Sebelumnya, bentuk tiang dan bollard yang sama juga ada di Lasem.
Salah satu sudut pedestrian di kota Madiun
Salah satu sudut pedestrian di kota Madiun
Pembangunan ataupun revitalisasi trotoar di kota Madiun memang patut diapresiasi. Ruas jalan-jalan utama sudah bagus, pun dengan adanya guiding block yang diperuntukkan bagi tunanetra. Bahkan sebagian besar trotoarnya cukup landai, sehingga mudah diakses bagi pengguna kursi roda.

Keberadaan guiding block ini kadang jarang dipahami beberapa orang, sehingga mereka terkadang meletakkan barang yang bisa menghalangi akses tersebut. Di banyak kota, terkadang banyak yang tidak acuh dengan keberadaan fasilitas tersebut.

Selain aksesnya mudah, hampir di setiap trotoar terdapat meja dan kursi permanen. Semacam fasilitas yang dapat dimanfaatkan para pejalan kaki untuk istirahat. Tidak sedikit orang yang bersantai melepas lelah dengan duduk santai tanpa takut terkena terik matahari.
Meja dan kursi di area pedestrian kota Madiun
Meja dan kursi di area pedestrian kota Madiun
Tidak hanya fokus dengan pedestrian, di kota Madiun juga sudah dilengkapi dengan lajur sepeda. Tepat di sisi kiri tiap ruas jalan terdapat lajur yang diperuntukkan para pengguna sepeda, lajur ini tetap berbaur dengan kendaraan bermesin.

Ketika aku berjalan kaki di kota Madiun, pengguna sepeda di kota ini ternyata banyak. Tidak hanya para pesepeda akhir pekan, bahkan mereka yang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi harian pun terlihat banyak. Aku sempat mengabadikan para pesepeda.

Baluran cat berwarna hijau dengan ikon sepeda terlihat di sepanjang ruas jalan utama. Hanya saja, yang sedikit menjadi perhatian adalah lubang drainase di tepi jalan. Pemasangan penutup drainase searah dengan jalur sepeda, sehingga bagi sepeda balap harus lebih hati-hati ketika melintas.

Secara umum, keberadaan drainase ini tidak begitu mengganggu bagi sepeda gunung dengan ukuran ban besar. Tetapi pada sepeda balap tentu berbeda perlakuan ketika melintasi drainase tersebut. Kulihat, tiap beberapa puluh meter terdapat drainase di tepi jalan.
Ruas jalan yang dilengkapi dengan lajur sepeda
Ruas jalan yang dilengkapi dengan lajur sepeda
Perjalanan masih berlanjut, aku terus menyusuri pedestrian. Tepat di depanku terdapat jembatan penyeberangan yang lokasinya di depan salah satu pusat perbelanjaan. Kubaca nama mall yang ada di depanku, Lawu Plaza Madiun.

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Lawu Plaza ini tampak sepi, tidak ada yang menyeberang. Aku melihat dari kejauhan, kemudian mendekat karena tertarik menyeberang. Untuk sesaat aku berhenti, sedikit gamang menyeberang karena terlihat jarang dilintasi.

Kutunggu beberapa saat, namun tetap saja tidak ada orang yang menyeberang. Sedikit ragu, aku coba menaiki anak tangga, lantas melihat lorong jembatan penyeberangan tersebut. Meski agak sangsi, aku menyeberang. Suasananya tidak nyaman bagiku, mungki karena tidak ada orang lain yang turut menyeberang.

Setidaknya, aku pernah iseng menyeberang di JPO Jalan Pandanaran Semarang, jembatannya lebih terawat. Di sini benar-benar lengang, laju langkah kupercepat. Di seberang, tepatnya pada anak tangga, terdapat tumpukan sampah yang berserakan.
JPO Plaza Lawu kota Madiun
JPO Plaza Lawu kota Madiun
Jembatan Penyeberangan Orang ini akses di seberang tidak sebagus trotoar yang ada di depan Plaza Lawu. Bisa jadi hal ini yang membuat JPO tersebut jarang dilintasi. Setelah mencoba jembatan penyeberangan, aku kembali menyeberang melalui jalan utama.

Kebiasaanku di luar kota, ketika mempunyai waktu luang memang lebih asyik berjalan tanpa tujuan. Melihat sudut-sudut kota tersebut, lantas mengabadikan. Kulihat jam tangan, waktu masih cukup panjang, aku terus melangkah melintasi pedestrian.

Di salah satu ruas jalan, terlihat banyak orang yang berlalu-lalang. Bahkan ada semacam spot foto. Aku berhenti dan menyapu pandangan. Ternyata, aku sampai di salah satu pusat keramaian kota Madiun. Tempat yang dipenuhi spot foto miniatur ikon negara. Sepertinya menarik untuk melihat tempat ini. *Madiun; 06 Juli 2025.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages