Senyum, Salam, Sapa - Nasirullah Sitam

Senyum, Salam, Sapa

Share This
Hari ini aku disibukkan kembali dengan pekerjaan Part Time Shelving di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, karena kemarin aku ijin tidak berangkat kerja untuk menyelesaikan jilidan skripsi yang akan aku kumpulkan pada saat pendaftaran skrispi. Ketika aku memasuki ruangan skrispi pukul 08:30 WIB ternyata sudah banyak skripsi yang menumpuk di tiap rak sesuai dengan fakultasnya, tapi sayangnya tidak ditata sebagaimana mestinya. Akupun tertegun dan sempat berpikir buruk (su’udon) apakah petugas tidak menatanya semalam??

Aku langsung saja menata skripsi tersebut dengan cekatan, maklumlah dari 18 Sahabat Perpustakaan yang bekerja di sini akulah satu-satunya yang menjadi orang yang selalu dilantai 2 untuk berkerja. Entah karena dulunya memang sengaja memilih agar aku bisa sekalian mengerjakan skripsiku, tapi lama-kelamaan aku menjadi penghuni tetap diruang skripsi ini. Jadi sudah sangat wajar kalau aku begitu akrab dengan semua pegawai dilantai 2.

Awalnya kejadian hari ini tidaklah mengesankan bagiku, makanya akupun sempat bingung mau nulis apa untuk aku ceritakan ke teman-teman yang lain. Tapi ketika sudah pukul 11:30 aku beranjak menutup pintu skripsi karena perpustakaan ditutup sementara untuk memberikan waktu kepada petugas untuk sholat jum’at dan istirahat. Akupun iseng-iseng menuju ke ruang referensi, tepatnya di lokasi pelayanan fotocopi. Terlihat ada dua orang pemustaka yang sedang menunggu koleksinya digandakan.

“Pak, nanti buka lagi jam berapa fotocopinya???” Tanya seorang pemustaka yang agaknya lebih dewasa umurnya daripada aku.

“Walah aku dipanggil bapak heheh” Sahutku dengan tertawa. 

“Pukul 13:00 WIB mbak.” Tambahku.

“Ohhh, maaf mas. Heeeee, aku kira udah bapak-bapak”

Serentak saja semua yang mendengarkan di fotocopi tertawa, namun tetap saja ditahan agar tidak terlalu kencang suaranya.

“Oya mas, bapak yang di ruang serial kok kayak begitu ya???” Tanya pemustaka tadi sambil melirik ke arah ruangan serial.

“Memangnya kenapa mbak??”

“Saya kan tamu, terus ke sana tapi ketika saya bertanya tentang jurnal kok malah beliau agak marah-marah terus nyuruh cari sendiri, kan jadinya kurang sopan saja.”

“Wah palingan bapaknya nggak tahu kalo mbak itu tamu.” Sahut pak Ngadiman sambil tetap menfotocopi. 

“Tau lah pak, kan saya menunjukkan ini.” Pemustaka tersebut menunjukkan secarik kertas sebagai tanda kalau dia adalah tamu dari Luar kampus UIN.

Kemudian dia menjelaskan secara detail apa yang dia alami saat ini, heeem intinya dia mengatakan kalau semua petugas hampir sama semua kurang simpatik dengan orang yang ingin dilayaninya. Akupun hanya mendengarkan kritikan dia dengan sesekali mencoba menjawab pertanyaan yang dia utarakan. Yang membuat aku malu adalah ketika dia bilang seperti ini.

“Katanya sudah menerapkan 3S (Senyum, Salam, Sapa) tapi kenyataanyya masih saja seperti ini. Nggak ada perubahan yang jelas.”

Aalamaaaaaaaaak, aku tertegun serta malu mendapat kritikan seperti in. walaupun bukan aku yang dikritik tetapi tetap saja aku merasa malu karena masih ada beberapa petugas yang tidak peka terhadap pemustaka

Dari obrolan ini aku mendapatkan pelajaran baru bagaimana kita harus bersikap kepada semua pemustaka untuk tetap memberikan pelayanan yang baik. Mungkin kalau 3 S yang diatas kita aplikasikan di dunia kerja kita maka semua pemsutaka tidak akan mengatakan kalau petugas perpustakaan itu orangnya “sangar-sangar”.
Baca juga postingan terkait sebelumnya
Arti Sebuah Sahabat 
Arti Setiap Tetesan Air Hujan 
Salah Orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages