Mengunjungi Pembuatan Gula Merah di Kaligono, Purworejo - Nasirullah Sitam

Mengunjungi Pembuatan Gula Merah di Kaligono, Purworejo

Share This
Kedua kaki ini melangkah menjauh dari kandang Kambing Etawa yang tadi aku kunjungi. Aku dan rombongan menuju sebuah rumah salah satu warga yang bertembokkan semen masih kasar dan belum dibalur cat yang bagus. Dari jalananan, aku dan rombongan menuruni jalan kecil untuk sampai di rumah tersebut. Tanah agak licin ditumbuhi lumut berwarna hijau membuat keindahan yang, namun juga mengirimkan sebuah pesan kalau lengah sedikit bisa terpeleset jatuh.

Tepat di samping rumah disediakan meja ukuran sedang, di atasnya sudah tersaji beberapa makanan tradisional dan tentunya tidak lupa dua buah ceret berisi Teh panas dilengkapi dengan belasan gelas kaca. Iya, masih diperjalanan menyusuri Purworejo (04 Juli 2015), kali ini tujuanku adalah melihat sang empu rumah membuat gula merah/gula jawa. Gula yang terbuat dari sadapan air Aren, kemudian dipanaskan agar meleleh dan dicetak sehingga membeku. Aku dan rombongan mencicipi makanan terlebih dahulu, Nogosari, Lapis, dan Rempeyek menjadi menu yang aku libas. Teman-teman lainnya malah ada yang melibas Kakau, buah yang digunakan untuk membuat coklat ini rasanya memang enak. Agak asem bercampur manis, cukup membuat lidah ini bergetar.
Menikmati menu hidangan
Menikmati menu hidangan
Aku dan rombongan diarahkan masuk ke dalam dapur yang ada di belakang rumah. Kesan pertama yang aku rasakan adalah pengap dan gelap. Tidak ada penerangan yang mumpuni, hanya sebuah bolam kecil yang tidak kuasa menerangi seisi dapur. Sebuah jendela kecil di dapur cukup membuat sedikit lebih terang dan sirkulasi udara menjadi cukup lebih baik. Bau asap khas kayu bakar terhirup hidungku, hawa hangat menyengat kulitku. Di sinilah aku melihat sang empunya (seorang ibu) sedang membuat Gula merah. Tungku terbuat dari tanah liat, tumpukan kayu bakar, Kuali, cetakan gula merah terbuat dari batok kelapa terlihat dihadapanku. Di dapur inilah ibu membuat gula merah sendiri, aku pun mulai melihat secara seksama.
Seorang ibu sedang membuat Gula Merah/Gula Jawa
Seorang ibu sedang membuat Gula Merah/Gula Jawa
Seorang ibu sedang membuat Gula Merah/Gula Jawa
Gula merah ini proses pembuatannya beberapa tahap, mulai dari Air Aren/Nira yang sudah disadap, kemudian dimasukkan ke dalam Kuali. Tidak lupa juga dibutuhkan sedikit santan kelapa yang dicampurkan pada aren cair. Kayu bakar digunakan untuk memasak air tersebut, jangan sampai lupa; setiap prosesnya harus selalu diaduk agar saat mulai keras tidak melekat di kuali. Ibu yang membuat ini pun tersenyum seraya tetap mengaduk air aren yang sudah mulai menggumpal, di sampingnya sudah disiapkan cetakan untuk gula. Menggunakan semacam sendok besar, ibu ini terus mengaduk. Warna air nira yang dimasak pun sudah menjadi kemerahan dan lebih padat. Aroma gula jawa menusuk hidung ini, terasa banget kalau gumpalan nira itu manis.

Pokoknya dari awal harus diaduk terus, mas,” Kata beliau seraya tetap mengaduk isi kuali.

Salah satu teman rombongan pun tertarik untuk mengaduk, dipinjam sendok besar tersebut dan dia mulai mengaduk. Ruqia (Afganistan) mencoba mengaduk seraya minta untuk diabadikan. Lama-kelamaan mengaduknya pun semakin berat, karena gumpalan air aren itu sudah mulai keras. Sementara teman yang lain mulai merasa pengap, kemudian keluar dari dapur melalui pintu samping. Kutemani Kim (Vietnam) melihat berkakas di samping rumah yang digunakan untuk menyadap Air Nira/Aren. Dia mengamati Bambu (penampung tiap tetesan air aren), beberapa golok, tali, topi, dan perlengkapan lainnya.
Kim melihat peralatan untuk menyadap Aren
Kim melihat peralatan untuk menyadap Aren
Ruqia mengaduk gula dalam kuali
Ruqia mengaduk gula dalam kuali
Hampir satu jam, akhirnya sang ibu mengeluarkan kuali berisi gula aren yang masih cair. Beliau ingin memperlihatkan ke teman-teman bagaimana cara memasukkan air nira yang masih panas tersebut ke dalam cetakan. Diambilnya cetakan dari batok dan disusun dekat beliau, kemudian mengambil air nira panas dan dituangkan dalam batok. Geraka ibu itu cekatan sekali, tidak berapa lama, sudah ada beberapa cetakan yang terisi. Tinggal menunggu sampai padat/membeku, untuk kemudian dikemas dan dijual.

Proses pembekuannya pun lumayan lama. Biasanya gula tersebut akan membeku saat dua jam atau lebih, tergantung cuaca juga. Dalam satu kuali tersebut, sang ibu bisa mencetak lebih dari tiga kilo gula merah. Ya cukup sudah perjalanan kali ini dalam melihat proses pembuatan gula merah. Selingan canda meniringi langkah kami meninggalkan lokasi ini, bahkan Kim pun tak ketinggalan bersenda gurau bareng ibu.
Gula Merah siap dibekukan
Gula Merah siap dibekukan
Saya mau tinggal di sini, bu,” Kata Kim yang lancar bahasa Indonesia.

Benar mau? Nanti ibu buat anak perempuan dulu kalau kamu mau,” Jawab ibu tertawa.

Sontak rombongan kami tertawa bersama. Terima kasih bu atas ilmunya memperlihatkan cara membuat Gula Merah dari awal sampai akhir, terima kasih atas hidangan makanan dan minumannya, dan terima kasih untuk semuanya. Kami kembali melangkahkan kaki menuju mobil, kemudian berpamitan untuk menginap ke hotel di dekat Alun-alun Purworejo. 
*Liputan ini difasilitasi oleh Dinpudpar Jateng tanggal 4-6 Juni 2015 dengan menggandeng Mahasiswa Internasional dan Blogger.

Baca juga postingan yang lainnya 

20 komentar:

  1. Kalo liat suasana kampung dan dapurnya yang khas, jadi pengen mudik. Tapi seru banget bareng Teman-teman expatriate. Ngomongnya bahasa inggris atau sudah pada bisa bahasa???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngomongnya bahasa Indonesia, tapi ada beberapa pakai bahasa isyarat *nasib :-D

      Hapus
  2. Waaaaaaaaaa Purworejo itu dekat banged dengan Kulon Progo, tempat rumah mertua saya hiehiehiehie. Tinggal mampir aja nih soale jarak Kulon Progo dengan Purworejo deket hiehiheiheiheiee

    BalasHapus
  3. Saya juga pernah lihat langsung pembuatan gula merah
    prosesnya memang lama terutama pas memasak air arennya

    BalasHapus
  4. lumayan juga yah dapet ilmu cara buat gula merah.hehe
    kunjungan yang tak sia-sia yamas..

    BalasHapus
  5. pulang dengan membawa ilmu pengetahuan mas :)
    jadi pengen berkunjung kesana :)

    BalasHapus
  6. ga sia-sia yah pulangnya dapet ilmu he

    BalasHapus
  7. Wah seru banget tuh, ada mahasiswa luar negeri juga :D

    http://sastraananta.blogspot.com/2015/08/peluang-keuntungan-bernama-investasi.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sebenarnya emang acara untuk Mahasiswa Internasional, kami hanya disuruh ikut :-D

      Hapus
  8. Ini kegiatannkakek saya dulu kang. Sekarang sudahbtidak ada lagi yg mewarisi. Hasa tersisa katel besarnya saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah emang butuh perjuangan bikin Gula Merah. Harus tahan pengap di dapur, kang :-)

      Hapus
  9. Kalau bahasa sundanya ngunyah gula merah seperti itu bakalan 'leneng' :D

    BalasHapus
  10. cara pembuatannya masih menggunakan cara tradisional ya ...

    BalasHapus

Pages