Langit Jingga Kala Sunrise Menyapa Candi Plaosan - Nasirullah Sitam

Langit Jingga Kala Sunrise Menyapa Candi Plaosan

Share This
“Menantikan mentari pagi bisa jadi suatu kegiatan yang penuh perjuangan. Kita harus menuju lokasi jauh sebelum mentari itu terbit, menyibak kegelapan dengan waktu yang tepat, dan melawan rasa dingin yang mengusik tubuh. Jika semuanya berhasil, di sana kita merasakan kepuasan yang tak terkira.”
Langit indah kala pagi di Candi Plaosan
Kusongsong fajar dengan mengayuh pedal sepeda menuju arah perbatasan Sleman – Klaten. Jam tangan mengarahkan pukul 04.43 WIB, usai salat subuh aku bergegas mempersiapkan jersei, kamera, dan sepeda.

Ruas jalan Laksda Adi Sucipto masih remang-remang. Tak banyak kendaraan yang berlalu-lalang kecuali para pedagang yang hilir-mudik ingin menuju pasar. Kayuhan pedal sepeda menjadi lebih kencang. Sudah beberapa waktu aku tak bersepeda akhir pekan, seingatku bulan mei kuhabiskan akhir pekan main menggunakan kendaraan bermotor atau malah naik bus. 

Belum juga setengah jam menaiki sepeda dengan kecepatan yang agak kencang membuatku mulai terengah-engah. Walau tiap pagi aku naik sepeda menuju kantor, tapi bersepeda akhir pekan ini lebih menguras tenaga. Tak ayal laju sepeda lambat laun menjadi agak lebih santai, dan yang terpenting adalah tetap mengayuhnya.

Kulewati area Candi Prambanan masih dalam keadaan gelap. Aku mulai lebih lega, ini artinya nanti di lokasi Candi Plaosan aku dapat melihat sunrise. Sekitar 40 menitan aku di atas sepeda, akhirnya sampai juga di dekat Candi Plaosan. 

Aku tidak sampai di parkiran Candi Plaosan, karena untuk menyaksikan sunrise ada di area ruas jalan kampung sebelum candi. Tepatnya di jalan yang ada di tengah-tengah pematang sawah. Ada dua candi Plaosan di sini, Plaosan Kidul dan Plaosan Lor. 

Tapi yang paling banyak dikunjungi adalah Plaosan Lor, ini dikarenakan bangunan masih banyak yang berdiri megah. Kalau di Plaosan Kidul yang jaranya hanya sekitar 100 meter lebih didominasi reruntuhan candi.

Tak hanya aku, di sini ada beberapa orang lengkap membawa DSLR dan Tripod untuk mengabadikan momentum sunrise di Candi Plaosan. Kami saling bertukar sapa, dan yang kutahu dua orang di antaranya ini berasal dari Solo dan memang bertujuan memotret di Candi Plaosan. 

Aku sendiri mengambil kamera dan memotret langit di sekitar candi yang warnanya sudah jingga. Bahkan kuundurkan langkah sampai ke pematang sawah agar dapat mengabadikan tiga orang dalam kegelapan berlatarkan Candi Plaosan. Dua di antaranya adalah mereka yang berburu sunrise sementara satunya adalah ibu warga setempat yang berolahraga (jalan pagi).
Langit Jingga di area Candi Plaosan, Klaten
Langit Jingga di area Candi Plaosan, Klaten
Langit Jingga di area Candi Plaosan, Klaten
“Mas sepedanya boleh saya foto?” Celetuk salah satu di antaranya.

“Silakan mas,” Jawabku tersenyum.

Aku sendiri mengabadikan langit yang sudah berwana jingga. Candi Plaosan tampak temaram dengan hanya terlihat gelap saat menjelang pagi. Tapi di sanalah keindahan yang kami cari. Langit yang memerah dengan balutan bangunan candi gelap menjadi pemandangan yang tak boleh dilewatkan.

Aku dan orang-orang yang sudah menantikan momen ini bergegas membidik objek sebanyak-banyaknya. Yang kulihat kali ini adalah warga langit yang jingga, bangunan candi gelap dan dua titik cahaya lampu dari jalan seberang di tiap sudut kanan-kiri.

Benar-benar memesona. Pada dasarnya yang paling dinantikan para orang-orang di sini bukanlah saat mentari itu muncul dari ufuk timur. Melainkan waktu seperti ini, langit cerah berwarna senja dengan kombinasi bangunan candi. Indahnya luar biasa.

Waktu terasa bergerak dengan cepat, warna jingga langit mulai pudar. Hanya sedikit semburat yang masih tersisa. Tak kemerahan seperti tadi, sekarang lebih terang. Aku tetap mengabadikan beberapa kali. Tripod tertancap kokoh di tepian jalan, dan membidik tiap menit.

Meskipun tak banyak terlihat perbedaan, tapi harus diabadikan. Kita tidak pernah tahu bagaimana hasilnya nanti, yang terpenting adalah mengabadikan sebanyak mungkin dan memilah-milah di lain waktu.
Masih tentang keindahan langit di Candi Plaosan
Masih tentang keindahan langit di Candi Plaosan
Masih tentang keindahan langit di Candi Plaosan
Tanda-tanda mentari ingin menampakkan diri terlihat. Di salah satu sudut bangunan candi cahaya silau terlihat lebih terang. Sudah pasti di sanalah sang mentari menyeruak ke atas dan menyinari bumi. Banyak orang yang memotret tadi sudah maju ke depan mendekati area candi, tapi mereka masih tetap di luar kawasan candi.

Langkah-langkah mereka meniti pematang sawah yang kering tak berair. Aku pun ikutan maju ke depan. Meninggalkan sepeda yang terkunci di tepi jalan. Masih dalam kegelapan, seruak cahaya mentari tersembul; aku tetap mengabadikannya.

Satu-persatu orang yang sedari fajar tadi menunggu sudah meninggalkan kawasan pematang sawah dekat candi. kutoleh ke belakang, di sana ternyata malah banyak pengunjung. Mereka juga mengabadikan kala mentari sudah muncul.

Termasuk kedua temanku yang menurutku datang terlambat. Mentari sudah menyingsing di atas salah satu bangunan candi Plaosan, mereka baru berjalan beriringan mendekat.

“Dapat foto sunrise, mas?”
Selamat pagi Candi Plaosan
Selamat pagi Candi Plaosan
Selamat pagi Candi Plaosan
Aku menunjukkan hasilku tadi subuh. Mereka hanya mengomentari kalau aku curang tidak mengajaknya datang lebih awal. Wooo, namanya juga teman yang jarak rumahnya juga tak dekat. Aku mengayuh pedal sepeda lebih dari 40 menit dari arah UIN, sedangkan dia harus menyusuri jalan Parangtritis dan juga menunggu teman yang dari arah UGM.

“Kalau kita atur pencerahannya menjadi gelap seperti ini, nggak perlu jauh-jauh kita motret ke Myanmar atau Kamboja” Ujar salah satu potografer yang sudah berumur ke arah temannya.
Mencoba memainkan pencerahan kamera membidik Candi Plaosa
Mencoba memainkan pencerahan kamera membidik Candi Plaosa
Aku tertarik dengan apa yang beliau maksud. Kucoba mendekat dan ikut nimbrung melihat fotonya. Wah, dengan kamera yang mumpuni kulihat gambar salah satu bangunan atas candi dan di atasnya mentari. Indah sekali menurutku.

Aku pun mencobanya dengan kameraku. Kuatur pencerahan segelap mungkin dan membidik salah satu puncak Candi Plaosan yang di atasnya adalah sang surya. Indah memang, walau menurutku hasil jepretan bapak yang di sampingku tadi jauh lebih indah. Aku akhirnya ikut-ikutan mengabadikan dari berbagai sudut.

Pokoknya terima kasih untuk bapak yang tadi memperlihatkan hasil jepretannya, sehingga aku dapat mencoba memotret Candi Plaosan dengan cara seperti itu. Setidaknya, benar kata bapak tadi. Jika memang kita belum ada kesempatan memotret keindahan Bagan Temple (Myanmar) atau Angkor Wat (Kamboja); di sini aku bisa mengeksplore seperti itu.

Sebenarnya akan lebih indah lagi kalau misalnya aku mencobanya di Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Semoga ada waktu untuk mencobanya di lain kesempatan.
Bidikan lain Candi Plaosan kala mentari terbit
Bidikan lain Candi Plaosan kala mentari terbit
Bidikan lain Candi Plaosan kala mentari terbit
Mentari sudah mulai meninggi, aku masih duduk di pematang sawah sambil melihat hasil jepretanku. Tak jauh dari tempatku duduk, seorang bapak berjalan dan membersihkan rumput liar yang ada dipetak sawahnya.

Lahan kering ini tak ditanami padi seperti petakan sawah di samping. Beliau menanami kacang tanah dilahannya. Selain membersihkan tanaman liar, beliau juga memeriksa tonggak-tonggak kecil yang ada di dalam sawah. Aku meminta ijin bapak tersebut untuk mengabadikannya.

Di sisi lain, tepatnya di petakan sawah lainnya juga terlihat seorang bapak yang membersihkan rumput liar. Beliau berjalan menyusuri sela-sela tanaman padi yang tinggi. Tangannya menggenggam tumbuhan liar yang dicabutnya.

Kemudian membuang di titik tertentu, lalu beliau beranjak jalan lagi memeriksa sudut lain yang mungkin dipenuhi tumbuhan liar. Aku puas mengabadikan aktivitas mereka di pagi ini, kemudian berjalan menuju tempat terparkirnya sepedaku.
Para petani di dekat Candi Plaosan
Para petani di dekat Candi Plaosan
Para petani di dekat Candi Plaosan
Ada yang penasaran dengan sepedaku? Sebelumnya aku sudah mengabadikan sepeda ini kala menunggu sunrise di pematang sawah. Aku mengabadikan sepeda berbarengan dengan orang-orang yang tadi sempat memotret sepedaku.

Hanya sekali sih kuabadikan, agar bisa jadi bukti saja kalau aku ke sini naik sepeda. Toh kadang banyak yang iseng menanyakan apakah aku benar-benar bersepeda ke lokasi tertentu atau hanya alasan saja karena tak kuabadikan sepeda.

“Terima kasih Monarch 1.0, dari tahun 2012 – sekarang masih setia menemaniku dalam mencari bahan untuk tulisan blog.”
Siluet Sepeda dan Candi
Siluet Sepeda dan Candi
Tak terasa sampai pukul 07.45 WIB aku di pematang sawah. Aku berencana melanjutkan sepedaan menuju daerah utara. Di sana ada aliran sungai yang sedang ramai diperbincangkan. Gambar-gambarnya sempat mengisi timeline sosmedku.

Kususuri jalan yang mengarahkanku ke arah Candi Sambisari – menyusuri aliran Selokan Mataram – mengangkat sepeda di Ringroad – lanjut Gejayan – dan menyeruak keramaian Sunmor UGM menuju jalan Kaliurang.

Tujuanku adalah Green Kayen. Green Kayen adalah tempat baru diresmikan, dan berada tak jauh dari kota Jogja. Aku ingin ke sana dan sedikit bermain air di akhir pekan. *Menunggu Sunrise Candi Plaosan pada hari Minggu; 05 Mei 2016.

Baca juga tulisan tentang alam lainnya 

64 komentar:

  1. jepretannnya kerenn!!!!
    akhirnya kayuhan sepeda selama 40 menit punya hasil yang indah.. fotonya malah kaya candi di kamboja..
    btw salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mas,
      Ya sebenarnya jika punya kendaraan bermesin jauh lebih cepat hehehehhe. Tapi tetap bangga bisa menikmati pagi di Candi Plaosan :-)

      Hapus
  2. keren banget mas, suka sama foto dan kisahnya mengejar sunrise. kalau saya pas ngejar sunrise pas di Puthuk Setumbu Magelang, bawa tripod ma kamera berat. Tapi, alhamdulillah puas, pas bisa mengabadikan momen.

    Senja, sunrise memang selalu dirindukan. Salam kenal mas, dari Blogger Kota Batu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mas, heheheheh. Saya malah sampai sekarang belum kesampaian mengejar sunrise di Setumbu; rencananya ingin ke sana setelah lebaran :-D.

      Salam kenal mas.

      Hapus
  3. Iiihhh cakeppp ... tp mesti bangun jam 4 :-/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeee, benar sekali mas. Butuh bangun pagi kalau ke sini :-D

      Hapus
  4. Pengen uji nyali lakukan hal yang sama di Batu Dinding di Kabupaten Kutai Kaltim.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah salam kenal. Semoga hasilnya jauh lebih bagus dari target, selamat berburu sunrise :-D

      Hapus
  5. Selalu jatuh cinta sama hasil foto di blog ini:( kapan sih jeleknya? :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terharu rasanya ada yang bilang selalu bagus hehehehhe. Terima kasih loh hhehehehehe

      Hapus
  6. wah. aku dapat teknik memotret baru di plaosan. coba ah. biar dikira di Myanmar. haha. mantap mas fotomu! kurang modelnya aja. bawa tuh si reza

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahuahua, aku bingung kalau bawa model ke sini; bingung bawanya kayak gimana kalau nak sepeda ontel :-D

      Hapus
  7. artikel dan web yang sangat bagus, dan bisa jadi pengetahuan, dan di perbanyak lagi artikel-artikelnya, agar banyak juga yang berkunjung kesini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima aksih gan, kita sama-sama belajar nulis dan berbagi informasi :-)

      Hapus
  8. Hasil fotonya bagus-bagus mas. Pake kamera apa mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih :-)
      Pakai mirroless Nikon 1 J3 :-D

      Hapus
  9. Gila, hasil fotonya keren banget, cees..

    Nanti potoin kepala saya dong.. Biar keliatan cakep..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh nasib hahahaha. Ini pas waktunya memang bagus, jadi seakan-akan yang motret bagus :-D

      Hapus
  10. Hmmmm, keren mas langitnya. Asyik bikin siluet-siluet gitu. Saya lebih menyukai permainan warna langitnya hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung bisa adpat warna seperti ini, mas. Jadi kerasa banget puasnya waktu motret :-D

      Hapus
  11. Bagus banget nih tempatnya, cocok emang untuk objek foto

    BalasHapus
  12. Wow foto-fotonya dahsyat
    Sebagai pecinta perjalanan matahari, foto2 ini cakep banget
    Narasi pengantarnya juga asyik banget dibaca


    Salam kenal, mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Arni, ini juga pas cuacanya emmang bagus banget untuk diabadikan :-D

      Hapus
  13. Ihik ihik ihik aku ngak kesampean kesini :-(

    BalasHapus
  14. candi plaosan memang murah hati menawarkan pemandangan cantik di sunrise juga sunset ya mas.. :D

    Sepedanya setia banget temani mas Sitam, belum ada yg nyaingin kesetiaannya.. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap jepretan mas Iqbal idola ahhahahha
      Selain sepeda mungkin buku jadi teman setia selama di Jogja mas *eh ahahhahhah

      Hapus
  15. gk sia2 menanti mentarinya mas.. bagus banget, jadi ikut menikmati pemandangan candi plus matahari di atasnya, pak petani datang berasa ada hawa2 masih dingin di sana.. aku suka suasananya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiap pagi kalau di sini bawaannya segar mbak :-D

      Hapus
  16. Semua informasi yang di sajikan sangat menarik, saran dari kami postingannya lebih diperbanyak lagi, terima kasih..

    BalasHapus
  17. spot yang gak tau bakal ada sampai abad ke berapa kelak hehe... cantik mas sunrise nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Spot ini bakalan tetap diketahui dan menjadi favorit para pecinta foto :-D

      Hapus
  18. KEREEN BANGETT ^o^.. Aku malah jd pngen ke candi plaosan dan motret2 pas sunrise...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak. Wah bagus itu mbak, apalagi jalannya juga datar ke sana :-D

      Hapus
  19. Wah langitnyaaaaaa ......

    Btw ini salah candi paling fotogenik menurutku juga, cantik saat sunrise atau sunset, dan latar belakang sejarahnya juga romantis :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas. Kalau sunset memang nggak kalah indah sih. Terlebih kalau langitnya cerah :-D

      Hapus
  20. eh! kok keren tone fotonya bisa berubah jika kursor diarahkan kesana.

    selama ini saya lebih sering melihat foto-foto sunset di area plaosan, tapi kali ini sunrise. oke juga spotnya. apalagi menikmatinya dengan cara sepedaan sehabis shalat subuh. kebayang rileksnya sepedaan di kawasan sana mas, diantara persawahan dan kampung-kampung yang masih asri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, saya juga bingung itu diotak-atik adek sepupu jadi seperti itu mas.
      Sebenarnya sama indahnya mas antara sunset dan sunrise, bedanya kalau sunrise kita fokus ke langitnya, kalau sunset bisa sekalian dapat momen saat matahari tengelam. Di sini emmang enak buat sepedaan mas :-)

      Hapus
  21. Sukaaa jingganya! Surga bikin foto2 siluet :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheehhe, bener banget mas. Seru kalau bisa megabadikan foto siluet :-D

      Hapus
  22. foto siuetnya keren banget mas, itu pake kamera apa ya?

    BalasHapus
  23. Fotonya bagus-bagus banget.

    ingin tahu foto siannya kok gak ada ya? untuk membandingkan saja, fotonya yang bagus apa candinya ya :)

    BalasHapus
  24. kalau pas sunshine nya , bagaimana ya suasana nya... apakah jingga seperti ini juga

    BalasHapus
  25. Pengambilan gambarnya bagus banget mas, ajrin dong mas biar mantep seperti itu cara pengambilan gambarnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya meamng sudah indah sih pemandangannya ehhehe. Tinggal waktu kita ke sana tepat atau tidak :-D

      Hapus
  26. indah sekali, pasti lelah langsung hilang melihat pemandangan seindah itu.
    komposisi fotonya juga keren sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mas. Ini juga masih grogi kalau memotret.

      Hapus
  27. keren mas, berbakat juga jadi fotografer, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mas :-)
      Ini memang pemandangannya mendukung banget

      Hapus

Pages