Seperti
hari libur biasanya, sabtu adalah saat yang tepat untuk bersepeda/gowes. Kali
ini aku mengajak beberapa teman dari komunitas sepedaku untuk menyusuri salah
satu curug/air terjun yang kelihatannya mulai terkenal. Nama air terjun
tersebut adalah Curug Banyunibo. Setelah berkumpul 4 orang, akhirnya kami
bersepeda menuju lokasi tersebut.
Curug Banyunibo adalah salah satu air terjun yang berada didusun Kabrokan Kulon, Desa
Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jarak dari kota
Yogyakarta sekitar 20km lebih. Air terjun Curug Banyunibo sekarang menjadi
objek wisata alternatif yang mulai dikenal namanya. Namanya memang belum begitu
familiar ditelinga orang-orang luar Yogyakarya, tapi nama curug ini sangat
familiar bagi para pesepeda yang memang senang mencari tempat wisata alternatif
untuk tujuan bersepeda.
![]() |
Sketsa lokasi (FP Curug Banyunibo) |
![]() |
Tim gowesku kali ini |
Setelah
melalui perjalanan yang lumayan capek, serta bertanya-tanya dengan penduduk
setempat serta mengamati setiap plang petunjuk arah dengan tulisan “Curug Banyunibo” kami hampir sampai dilokasi tersebut. Salah satu blog yang saya baca mengatakan kalau
sampai dipatung Semar itu artinya perjalanan kami sudah hampir sampai. Dan saya
sendiri sudah menemukan patung tersebut. Bahkan sempat berfoto-foto dulu sambil
melepas lelah.
![]() |
Patung semar |
Kembali
kami menggunakan jasa warga untuk menemukan lokasi curug tersebut, walau kami
sudah berada di Krebet, tetapi menuju lokasi curug sangatlah susah kalau tidak
tanya-tanya penduduk sekitar. Kahirnya kami menemukan petunjuk arah. Cukup
melegakan, kami kayuh lagi sepeda, dan menemukan petunjuk arah lagi. Seperti
ikut pramuka saja, kami gowes sambil mencari petunjuk arah.


![]() |
Ini adalah ketiga petunjuk arah ke curug |
Akhirnya
dengan perjuangan sedikit berat karena sebelum sarapan nasi sudah sarapan
tanjakan dulu, kami menemukan air terjun tersebut. Tapi sayang sekali,
perjuangan kami agaknya sia-sia. Karena airnya sedang kering, setelah saya
ingat-ingat, kami kesini pada saat bulan kemarau. Jelas sekali airnya tidak
banyak, karena air terjun ini akan melimpah airnya disaat musim hujan. Nasib bener kan, namanya juga asal nggowes, nggak mikir sekarang musim hujan atau tidak. Yang ada ini curug malah nggak ada airnya.
![]() |
Curug lagi kering saat mai datang musim kemarau |
![]() |
Curug lagi banyak airnya (Source: jogja.mblusuk.com mas Wijna) |
Sangat berbeda banget kalau lagi musim hujan sama musim kemarau. Untuk
mengobati rasa apes dan sedikit dongkol, akhirnya kami menaiki air terjun ini
lewat samping. Disana memang sudah disediakan tali dan jalan setapak untuk
menaiki sampai keatas. Sesampai diatas kami hanya menyusuri matai air yang
sedang kemarau tersebut seraya mengabadikan beberapa gambar. Ingat agar kalian
tidak menyesal seperti kami, sebaiknya kalian harus bisa memastikan kalau
kecurug ini tepatnya pada saat hujan. Agar airnya melimpah.


![]() |
diatas curug, mumpung musim kemarau |
Oya,
sepertinya tempat ini sudah mulai terkenal. Karena ada tulisan sepeda dilarang
masuk dan beberapa kios yang tertutup. Padahal aku membaca beberapa blog sebelumnya tempat ini sangat sepi
dan tidak ada peraturan sepeda harus diluar area pagar. Yang terpenting lainnya
adalah buanglah sampah pada tempatnya. Karena dikawasan ini sudah disediakan
tempat-tempat pembuangan sampah.
Baca juga postingan yang berkaitan
ini deket rumahku,,,hhee
BalasHapustrima kasih udah berkunjung...:D
Wah aku masih penasaran mas. Rencanaya masih mau kesini lagi. Mumpung musim hujan sekarang, sekalian ke curuh pulosari mas. :-)
Hapusgmana mas udah kesini lagi blom..sekrang airnya mmpung banyak lho...hhe
HapusDiagendakan kesana kalau teman2 pesepeda udah pada kumpul lagi :-)
Hapuswah emang mantap dah curug ini... keren abis mas Nasirullah... ada fotonya mas Wijna juga hehe ^-^ mantap mas
BalasHapusSayang waktu kesini musim kemarau. heee, abis itu kirim pesan ke mas Wijna minta ijin nampangin gambarnya diblog dan disetujui :-D
Hapuswah mantap mas Josh dah ^-^.9 wah mas Rullah mantap
Hapus