Sariman dan hp kesayangannya - Nasirullah Sitam

Sariman dan hp kesayangannya

Share This
Sibuk dengan hp sendiri
Ilus: Sibuk dengan hp sendiri (Sumber: dreamstime.com)
Hujan mengguyur sebagian besar kota Jogja, aku duduk santai sambil nyeruput kopi panas di depan pintu. Seperti ini toh nikmatnya hidup sebagai anak kos, santai ditemani lantunan lagu-lagu Naff yang syahdu serta mata menatap sosok cewek depan kamar. Maklum, kok ndilalah ada cewek sedang duduk menunggu reda depan kamar temannya.

“Minta kopinya aku, bang” Mak bedunduk (baca: Tiba-tiba) Sariman sudah disampingku.

Dengan tanpa merasa berdosa Sariman langsung menengguk kopi layaknya minum air mineral. Gleg.. gleg.. gleg.. Dalam sekejap kopi tersebut masuk ke tenggorokan Sariman, berlanjut ke bawah terus. Kulihat kopi dalam gelas imutku tinggal separoh.

Bajigur koe’ man, ndak re’k mertamu kui se’ng sopan. Koyok demit wae’ tekamu,” Cerocosku nggak karuan.

Jane koe’ iki ngelak po doyan?” Tambahku.

“Heeee, nganu bang….” Jawab Sariman nggak jelas.

Sudahlah, nggak ada selesainya kalau berdebat dengan Sariman. Kalau ketemu Sariman, dia pasti selalu bilang “Nganu bang,”. Kayaknya itu adalah kata yang wajib dia ucapkan setiap hari. Jika ada orang yang luang, silakan temui Sariman lalu catat berapa kali dia bilang “Nganu bang” dalam sehari.

“Kalau hujan kok serba salah ya bang,” Sariman mulai membuka obrolan.

“Maksudmu apa, Man?”

Nganu bang, kalau musim hujan itu banyak penyakit yang muncul,” Jawabnya agak serius.

Aku mangut-mangut saja, memang benar sih kata Sariman. Beberapa kali aku membaca berita kalau Demam Berdarah sedang galak-galaknya di Jogja. Tidak hanya di Jogja, di tempat-tempat lain yang memang sudah daerah endemis sedang waspada dengan DBD.

“Serba salah,” Ujar Sariman mengulangi perkataannya tadi.

“Nggak usah dipikir, Man,” Sahutku santai. Toh kalau aku lihat, Sariman itu nggak bakalan terkena DBD. Nyamuknya pasti takut duluan sama dia, bu kos saja takut sama Sariman, apalagi nyamuk yang badannya jauh lebih kecil.

“Musim hujan – Musim buah – jadi Diare,” Kata Sariman. Matanya nggak lepas memandang hp. Dia bahkan tidak sempat memandang cewek yang berada 15 meter didepan kami. Padahal aku dari tadi selalu mengawasi cewek itu, emang Sariman keren. Kalau sudah pegang hp, matanya nggak bisa lepas dari layar hpnya.

“Musim hujan – genangan air – banjir. Hujan – genangan air – DBD. Duh kok banyak ya penyakit waktu musim hujan,” Gumannya lagi.

Kuamati Sariman seksama, kalau kulihat sekilas dia sih waras. Nggak kesambet demit penunggu pohon Alpukat. Apa jangan-jangan Sariman kesurupan peneliti yang fokus pada Kedokteran Tropis. Lha dari tadi dia ngomongin DBD.

“Musim hujan – kamar bocor, duh luput.”  Keluhnya.

“Kalau itu deritamu, Man,” Sahutku cepat.

“Iya bang, emang nganu kok.”

“Kayaknya bulan depan sudah musim kemarau kok, Man.” Kataku.

“Musim kemarau ya sama saja bang, lha nanti kemaraunya lama. Sumur-sumur nggak ada air, malah bingung mau mandi pakai apa.” Sariman menanggapi perkataanku.

“Lah mintamu yang kayak gimana, Man?” Sedikit mangkel aku dengar jawaban Sariman.

Nganu bang, aku pinjam uangnya. Ini pulsaku habis, bang,” Kata Sariman dengan polosnya.

“Ndasmu, Man. Ngomong ngalor-ngidul jebule mung arep nyilih due’t kanggo tuku pulsa!!” 
Baca juga postingan yang lainnya 

4 komentar:

  1. Wahahahahah kosa kata "Ndasmu" ini hahaha. Sering banged saya dengar
    Wahahaha Hihihihihihi

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Sariman itu sebenarnya sosok yg lucu. Cuma kadang kelewat batas polahnya :-D

      Hapus

Pages