“Kita selalu bilang,
kalau Indonesia adalah negeri yang indah. Jadi sempatkan waktumu sejenak untuk
melihat secuil (dari seluruh) keindahan negeri ini – Nasirullah Sitam”
Puncak gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau terlihat dari puncak Merbabu |
Berawal dari iseng sekaligus
dadakan, aku mantapkan hati untuk menerima ajakan salah satu teman untuk
mendaki gunung. Tepatnya hari Sabtu -
Minggu (18-19 April 2015) kami berkumpul bersama, lalu mengendarai sepeda motor
menuju basecamp di Selo, Boyolali. Awalnya
kami berencana 8 orang, namun akhirnya; kami berangkat sejumlah 7 orang.
Charis, Anas, Karim, Ekhsan, Suci, Zahrina, dan tentunya aku. Di antara semua
itu, aku adalah orang yang belum pernah sekalipun mendaki gunung. Bukan kah kita
tahu, selalu ada yang pertama untuk memulainya.
Perjalanan dari Jogja –
Magelang –Ketep –Selo lancar, kami disambut dengan hujan deras. Tepat pukul
13;00 WIB, kami sampai di basecamp. Persiapan kami lakukan lagi, tidak lupa
menunaikan ibadah salat. Sudah lengkap semua, kami mengantri daftar dan
menulis nama pada buku. Setiap orang dikenai biaya sebesar 15k. selesai berdoa
bersama, kami lantas melangkah mengikuti jalanan setapak menuju puncak. Kami mengawali
perjalanan pukul 14;15 wib. “Bismillah, semoga selalu dilancarkan
oleh-NYA.”
Kaki-kaki ini menjejakkan di tanah yang lembab, sekitar 40 menit perjalanan menuju Pos 1; salah satu temanku (Zahrina) mengeluh tidak kuat. Tidak hanya itu, Karim yang sudah terbiasa mendaki gunung pun juga sedang bermasalah. Kami berdiskusi sejenak untuk mengambil keputusan. Akhirnya dua sahabat kami (Zahrina dan Karim) balik ke Basecamp dan menunggu kami sampai besok. Mumpung masih dekat dengan basecamp, karena jika dipaksakan akan lebih beresiko. Zahrina mengalami pusing, sedangkan Karim bermasalah dengan engkel kakinya yang bengkak.
Saat mulai melakukan perjalanan |
Tepat pukul 16;00 WIB,
kami sampai Pos 1. Ada banyak teman dari rombongan lain yang berkumpul. Sebagian
didominasi anak SMA yang baru selesai melaksanakan UN. Kami bercengkerama satu
dengan lainnya. Lalu melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Memakan waktu satu
jam sampai di Pos 2, kami kembali beristirahat seraya makan beberapa roti.
Sepanjang perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2 tidak banyak tanjakan, hanya saja cukup panjang dan tidak melewati aliran air. Jadi siapkan minum yang banyak jika ke Merbabu melalui jalur pendakian ini. Tidak lupa juga tadi aku sempat melihat beberapa ekor Kera yang bergelantungan, mereka seakan-akan menyapa kami dengan harapan tidak merusak tempat tinggalnya (hutan) ataupun mengusik kehidupannya. Di depan sudah terlihat Pos 3, titik aman ketiga jika kita ingin mendaki Gunung Merbabu.
Sepanjang perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2 tidak banyak tanjakan, hanya saja cukup panjang dan tidak melewati aliran air. Jadi siapkan minum yang banyak jika ke Merbabu melalui jalur pendakian ini. Tidak lupa juga tadi aku sempat melihat beberapa ekor Kera yang bergelantungan, mereka seakan-akan menyapa kami dengan harapan tidak merusak tempat tinggalnya (hutan) ataupun mengusik kehidupannya. Di depan sudah terlihat Pos 3, titik aman ketiga jika kita ingin mendaki Gunung Merbabu.
Suasana di Pos 1 dan Pos 2 jalur Selo |
Pukul 17;45 WIB, aku
dan rombongan sampai di Pos 3. Aku menunggu dua orang teman yang di belakang. Sejenak
aku luangkan waktu untuk melihat keindahan Gunung Merbabu pada senja hari. Di seberang
sana, terlihat kokoh puncak Gunung Merapi. Begitu anggun, dan diselimuti oleh
awan.
Sementara jika balik ke arah lainnya, sebuah rintangan jelas di depan. Jalur paling berat (dari Selo) sudah tampak di depan. Cukup tinggi jalurnya, walau terlihat pendek; namun kata teman akan memakan waktu sekitar 1 jam untuk sampai Sabana 1. Lokasi Pos 3 tempatnya sangat luas, Pos ini biasanya banyak didirikan tenda untuk berkemah.
Kemudian esok harinya, yang kemah di sini akan mendaki ke puncak. Kami putuskan untuk berkemah di Sabana 2, jaraknya sekitar 2 jam dari Pos 3. Sebelum berangkat mendaki ke arah Sabana 1, kita sudah sepakat untuk melakukan salatnya di-jama’.
Sementara jika balik ke arah lainnya, sebuah rintangan jelas di depan. Jalur paling berat (dari Selo) sudah tampak di depan. Cukup tinggi jalurnya, walau terlihat pendek; namun kata teman akan memakan waktu sekitar 1 jam untuk sampai Sabana 1. Lokasi Pos 3 tempatnya sangat luas, Pos ini biasanya banyak didirikan tenda untuk berkemah.
Kemudian esok harinya, yang kemah di sini akan mendaki ke puncak. Kami putuskan untuk berkemah di Sabana 2, jaraknya sekitar 2 jam dari Pos 3. Sebelum berangkat mendaki ke arah Sabana 1, kita sudah sepakat untuk melakukan salatnya di-jama’.
Terlihat Gunung Merapi dari Pos 3 |
Trek menuju Sabana 1 dari Pos 3 |
“Di balik bukit itu adalah Sabana 1,” Kata Anas memberikan penjelasan.
Tinggi menjulang,
itulah yang aku lihat rutenya. Walau awalnya aku merasa kurang yakin, namun
Anas meyakinkan pasti bisa. Terima kasih Anas dan lainnya, walaupun ini
pendakian pertamaku; aku tidak sedikitpun merasa grogi. Anas sengaja menunggu
agak gelap baru rombongan kami berjalan. Kami siapkan senter untuk menerangi
jalanan, dan mulai mendaki.
Benar saja, 1 jam kami sampai atas Sabana 1. Karena waktu masih cukup, akhirnya kami putuskan menuju Sabana 2 untuk berkemah. Kata Anas, dari Sabana 2 menuju puncak hanya memerlukan waktu 45 menit. Semakin kami antusias untuk menuju Sabana 2. Membutuhkan waktu 45 menit akhirnya kami sampai Sabana 2. Sabana 2 sudah cukup ramai, kami mendirikan tenda, sholat, dan makan malam bersama.
Benar saja, 1 jam kami sampai atas Sabana 1. Karena waktu masih cukup, akhirnya kami putuskan menuju Sabana 2 untuk berkemah. Kata Anas, dari Sabana 2 menuju puncak hanya memerlukan waktu 45 menit. Semakin kami antusias untuk menuju Sabana 2. Membutuhkan waktu 45 menit akhirnya kami sampai Sabana 2. Sabana 2 sudah cukup ramai, kami mendirikan tenda, sholat, dan makan malam bersama.
“Kita menuju puncak pukul 03;00 WIB,” Kata Anas lagi.
Tengah malam hujan
deras, tepat pukul 03;00 wib kami mendaki. Kali ini yang mendaki ke puncak
hanya 4 orang. Setelah Karim dan Zahrina menunggu di basecamp, kali ini Suci tidak ikut ke puncak. Dia sudah pernah ke
puncak Merbabu, namun memang kakinya sedikit bermasalah untuk saat ini.
Kami mengikuti saran Anas untuk berjalan lebih cepat. Tujuan pertama tentu adalah Puncak Kenteng Songo untuk melihat sunrise. Kami menunggu subuh datang, dan sholat di puncak Kenteng Songo. 3142mdpl, ya ini adalah puncak pertama yang aku jejaki. Sunrise tidak terlihat karena kabut. Akhirnya aku putuskan untuk mengabadikan apa saja yang terlihat.
Kami mengikuti saran Anas untuk berjalan lebih cepat. Tujuan pertama tentu adalah Puncak Kenteng Songo untuk melihat sunrise. Kami menunggu subuh datang, dan sholat di puncak Kenteng Songo. 3142mdpl, ya ini adalah puncak pertama yang aku jejaki. Sunrise tidak terlihat karena kabut. Akhirnya aku putuskan untuk mengabadikan apa saja yang terlihat.
Sedikit terabadikan saat berkabut dari puncak Kenteng Songo |
Semakin pagi, semakin
banyak pendaki yang datang. Kabut masih menyelimuti pemandangan sekitar puncak
Kenteng Songo. Aku dan rombonganku mengabadikan diri tepat di Bendera Merah – Putih yang bertuliskan “Puncak Gafatar 3142mdpl”. Aku masih
tidak percaya kalau sekarang aku sudah di puncak Merbabu.
Di puncak Kenteng Songo, Gunung Merbabu |
Pukul 06:00 WIB, kami
menuruni puncak Kenteng Songo menuju puncak
Trianggulasi. Kedua puncak ini berdekatan. Masih saja berkabut, kami setia
menunggu kabut ini beranjak pergi. Ada kejutan saat di puncak Trianggulasi, karena ada salah satu pendaki dari Purworejo
yang membawa banner “LIVERPOOL”
Sungguh sebuah kesenangan tersendiri bagiku (fans Liverpool). Aku meminjam dan
mengabadikan tepat di puncak
Trianggulasi membawa banner Liverpool. Kemudian saat kabut mulai beranjak
pergi, kami berfoto bersama. Indah sekali pemandangan pagi ini.
Berfoto lagi di puncak Trianggulasi |
Perjuangan menuju
puncak saat dinihari mulai mendapatkan balasan yang tidak karuan indahnya. Dari
puncak Trianggulasi (Gunung Merbabu)
ini, aku dapat melihat keindahan sejauh mata memandang. INDONESIA MEMANG INDAH!! Aku dapat melihat pemandangan nyata
ciptaan TUHAN. Sangat indah sekali alam ini. Puncak gunung Merapi menyapa kami
dengan selimutan awan. Aku seakan-akan berdiri di atas awan putih.
Puncak gunung Merapi terlihat dari Merbabu |
Selalu ada kejutan
saat kita mendaki. Di sebelah lainnya, tiga puncak gunung berjejer rapi dan menyapa
kami dari kejauhan. Iya, mereka (puncak) adalah Sindoro, Sumbing, dan Prau. Layaknya
sebuah Negara dongeng. Pemandangan pagi ini benar-benar membuat aku takjub. “Masih kah kita ingin merusak alam?” Gumanan
kecil ini tidak sengaja keluar dari lisanku. Doaku tetap sama, semoga alam
Indonesia yang indah ini tetap terjaga.
Pemandangan gunung Sindoro, Sumbing, dan Prau berjejeran |
Puas aku menikmati
indahnya pemandangan dari puncak, kami berempat berlarian menuju bawah (Sabana 2). Pagi hari Sabana 2
terlihat sangat indah. Rumput tumbuh subur dengan warna hijau. Berkombinasi
dengan warna-warna tenda para pendaki yang berkemah. Indah sekali
pemandangannya. Namun hati kecil tetap merasa bersedih, di antara hijaunya
hamparan rumput, tersebar di beberapa titik sampah yang tak bertuan. Milik siapa
kah ini? Bersikaplah lebih bijak dengan alam.
Lokasi strategis untuk mendirikan tenda di Sabana 2 |
Aku dan rombongan
mulai menikmati pagi dengan membuat kopi panas, tidak sengaja datang seorang
bapak yang meminta air panas untuk serealnya. Kami berbincang santai, nama
beliau pak Budi Yaqin. Beliau sudah sering mendaki gunung. Kami berbincang
santai, lalu mendengarkan cerita pak Budi.
Disela-sela itu,
temanku Charis bertanya “Kalau bapak
sering jalan seperti ini, apa dong kerjaan bapak? Kami juga pengen seperti
bapak,”
Pak Budi Yaqin
tersenyum namun tidak menjawab. Keceriaan pagi ini kami nikmati bersama-sama. Pak
Budi pamitan untuk menuju puncak, kami pun bergegas untuk membongkar tenda.
Berbincang dengan pak Budi (jaket warna merah muda) |
Kami sengaja cepat balik
agar dapat menikmati keindahan jalanan sepanjang Sabana 2 ke Sabana 1. Pemandangan
ini memang paling indah sepanjang menuju puncak. Karena hamparan rumput yang
terlihat hijau dengan latar puncak-puncak gunung. Kami kemasi semua barang,
mengeluarkan plastik kosong untuk sampah. Memastikan tidak ada yang tercecer
(khususnya sampah), lalu kami pun beranjak pulang.
Dari Kiri: Anas, Suci, Charis, Sitam (Aku), Ekhsan |
Ada banyak keindahan
yang tidak bisa aku ucapkan saat berjalan, menikmati hamparan rumput sepanjang
mata memandang. Sabana 2 menuju Sabana
1 adalah lokasi yang sangat indah
untuk diabadikan dengan sebuah kamera. Jalur dakian setapak membuat pembeda
warna sendiri diantara hamparan hijau rumput. Ini keindahan Sabana di Gunung Merbabu.
Pemandangan sepanjang Sabana 2 ke Sabana 1 |
Seperti yang aku
rasakan tadi, ada rasa sedih yang mengganjal ketika melihat indahnya alam
dikotori oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Sampah! Iya Sampah,
sudah jutaan kali nasihat yang diucapkan untuk membawa sampah sampai bawah,
namun diabaikan. Sampah paling banyak terlihat pada Sabana 1 dan Pos 3. Karena
tempat tersebut paling banyak dihuni para pendaki.
Sampah-sampah itu tidak dibawa pulang, melainkan ditumpuk menjadi satu. Padahal, sudah sebagian besar ada plastiknya. Sangat ironis. Karena ini juga lah, terpampang tulisan yang ditujukan bagi mereka (yang tidak bertanggungjawab). Tidak hanya sampah, coretan-coretan tangan jahil pun tetap ada di beberapa sudut. Sangat ironis.
Sampah-sampah itu tidak dibawa pulang, melainkan ditumpuk menjadi satu. Padahal, sudah sebagian besar ada plastiknya. Sangat ironis. Karena ini juga lah, terpampang tulisan yang ditujukan bagi mereka (yang tidak bertanggungjawab). Tidak hanya sampah, coretan-coretan tangan jahil pun tetap ada di beberapa sudut. Sangat ironis.
Sampah menumpuh di Sabana 1 |
Spanduk terpasang di Pos 3 via Selo |
Coretan pada papan di jalanan antara Basecamp ke Pos 1 |
Kami meninggalkan
puncak Merbabu, kemudian bertemu kembali dengan (Zahrina dan Karim) yang setia
menunggu di basecamp. Aku tersadar,
ternyata bulan ini tepatnya tanggal 22 April 2015 Memperingati Hari Bumi. Mungkin tulisan ini sebagai caraku untuk
mencintai bumi. Pelajaran yang aku dapatkan dari pendakian ini sangat
banyak. Salah satu yang terpenting adalah, bagaimana kita menjaga alam ini agar
tetap terjaga kebersihannya. Jangan pernah mengotori alam yang indah ini. Seperti
kata para pejalan;
“Jangan mengambil apapun, kecuali GAMBAR”
“Jangan meninggalkan
apapun, kecuali JEJAK”
-------- Tambahan dari teman--------
“Jangan membunuh
apapun, kecuali WAKTU”
"Dan, jangan membakar apapun, kecuali SEMANGAT"
Baca juga postingan yang lainnya
Awalnya tak kira naik gunungny apake sepeda. xD
BalasHapusItu gunung sindoronya indah banget. Semoga gak tambah terkenal deh gunungnya, takutnya malah disampahi pendaki yang cuma mau selfie. :|
Hampir semua gunung mulai disukai para pecinta alam mas. Hanya kadang beberapa dari mereka lupa kalau alam tidak pernah mau dipenuhi dengan sampah-sampah...
HapusWah liputannya luar biasa. Foto foto yang bagus dan cantik sekali. Untuk urusan memanjat Gunung sepertinya saya belum pernah deh, Duh duih kapan ya bisa mampir ke puncak gunung seperti ini. Dulu waktu setamat SMA 2 Bekasi (Tahun 1989) saya dan kawan kawan sempat mampir ke kawasan di Purwarkarta. Daerah Bandung Utara. Mohon dikoreksi jika salah. Kwasannya tinggi. Kata orang itu bukan Gunung
BalasHapusWah malah tahun segitu udah plesiran ke atas pak, saya baru kali ini yg pertama :-D
Hapusih keren banget kang pemandangan nya, kopites juga ya kang :D
BalasHapusIya kang, heeee. Nggak tahu kenapa suka Liverpool dari kecil, padahal jarang liat bola :-)
HapusIh asikkk ya bisa mendaki gunung rame-rame gitu bareng temen terus setelah sampai disana bisa camping juga tidur didalam tenda. Belum pernah nyoba mendaki gunung sih xixixi :'D
BalasHapusHeeee, yang paling penting itu adalah pergi dan pulang dengan selamat dan tidak meninggalkan sampah :-)
HapusSemeru, Merbabu, dan Sidoro memang indah. Dan alam Indonesia sangat memiliki potensi keindahan alam. Hanya saja manusianya yang tidak bisa tertip dan di siplin, prilaku masa bodoh dan tidak mau peduli dan keegoisan dengan meninggalkan semua sisa sampah di area lokasi. Semoga anak bangsa yang berprilaku aneh tersebut sadar dan ikut peduli akan tindakan nyata untuk ikut menjaga dan melestarikan alam Indonesia yang indah ini.
BalasHapusIni yg harus selalu diperhatikan kang, kita harus bisa menjaga alam dengan cara yang lebih baik...
HapusTap masih ada yang kurang dalam perjalanan-nya kali ini Kang, teman setia-nya tidak ngikut sampai di puncak (sepeda) ha,, ha, ha,,
HapusHeeeee, duh nanti yg ada sepedanya saya gendong kang :-D
Hapusaku pernah mendaki mas,terus ada yg buang sampah,atau meninggalkannya,terkadang aku bingung,itu orang hobi mendaki dan lebih pengalaman,kenapa ya gak memikirkan dampaknya.
BalasHapusjadi sebagai pendaki pemula bisa dibilang amatir,pulang2 bawaain sampah,hehehe tpi bangga sih.
mas sepedanya mana hehehe
Kasus seperti ini tidak hanya berlaku bagi yg baru pertama mendaki mas, mereka yg sudah beberapa kali juga melakukan hal seperti ini. Tinggal bagaimana kita menyadari kalau itu adalah sesuatu yang salah.
Hapusiya mas,semoga aja pendaki awal atau lama,bisa memberi contoh :)
Hapusahh kan akunya jadi pengen naik gunung. Tapi sayangnya disini engga ada gunung :(
BalasHapusAyukk nyari bukit pun jadi heeee
Hapuspemandangannya keren,sangat menarik.
BalasHapusterima kasih sudh berbagi info tentang gunung merbabu..
Wah malah pengen ke puncak Rinjani :-D
HapusTerima kasih gan, ini juga hanya pake camdig biasa :-D
BalasHapusKalau mendaki di Jawa kabar-kabar ya, siapa tahu bisa ikut haaaa
BalasHapusDulu tahun 2013, saya pertama kali naik Gunung Merbabu dari jalur Tekelan, menginjakkan kaki di puncak-puncaknya satu per satu (kecuali Ondo Rante), saya jatuh cinta sama gunung ini. Walaupun pas turun Selo, mbatin: untung ga naik lewat jalur Selo lihat jalure kayak begitu hahaha. Dirimu beruntung, meskipun pertama mendaki, kini sudah mudah karena banyak yang senasib: mendaki pertama kali, banyak yang bisa membantu. Kalau dulu memang masih terbatas hehe.
BalasHapusHeeee, wah keren kalau tahun 2013 mas. Saya tahun 2010 sebenarnya berkesempatan naik ke puncak ini; waktu ikut relawan di Selo (Erupsi Merapi), beberapa kali diajak orang setempat untuk naii, tapi aku belum berani :-)
HapusJadi Pengen ke Merbabu, Kuat Gak yahh..hehe
BalasHapusKalau kamu yakin pasti kuat, yang penting adalah kita kembali dengan selamat.
Hapuswah ning puncak bareng mase pas kuwi.....
BalasHapusHaaa, salam kenal mas. Nggak ngira bisa ketemu di blog :-D
Hapus