Kuliner Saoto [Soto] Bathok Mbah Katro Jogja

Jogja memang tidak ada habisnya kalau mengulas tentang kuliner. Beberapa pakan sebelumnya, aku banyak mengulas tentang jajanan pasar. Namun kali ini, aku untuk sementara mengulas kuliner lainnya. Setelah ini pasti jajanan pasar kembali menghiasi tulisanku setiap hari rabu (selama stok tulisan masih ada).

Jika tidak salah, satu minggu lalu di beberapa sosmed sedang ramai membahas tentang soto. Ya, menu sarapan pagi yang menggugah selera ini sempat menghiasi beberapa akun sosmed di Jogja. Mungkin karena kemasan dan namannya unik, jadi orang-orang menjadi penasaran. Aku pu terlarut dalam penasaran untuk mencicipi soto tersebut. Nama di plangnya adalah Saoto Bathok Mbak Katro. Ingat Saoto tulisannya, bukan Soto. Walau sebenarnya ini adalah Soto Daging Sapi. Soto ini buka setiap hari pukul 06:00 wib, kalau akhir pekan malah buka lebih awal, yakni 05:30 wib.

Lokasi Saoto Bathok di Sambisari

Bertepat di jalan Sambisari atau lebih tepatnya utara Candi Sambisari. Soto ini sudah sangat popular dikalangan pecinta kuliner. Arahan jalannya cukup mudah. Jika dari Jalan Solo cari jalan ke arah Candi Sambisari. Tepat di depan parkir Candi ambil jalan belok kiri, nanti menyusuri jalan tersebut ketemu lokasinya. Sangat dekat dengan Candi Sambisari. Cukup mudah bukan?

Tempat soto ini pun sangat luas. Tidak seperti soto-soto biasanya yang hanya dalam satu rumah. Soto Bathok ini dikonsep seperti tempat kopian. Di kawasan sawah dan sangat luas, sehingga dengan mudah kita dapat mencari tempat duduk yang sesuai dengan selera. Ada semacam balai yang bisa diduduki orang banyak, ada juga tempat yang hanya bisa diduduki sekitar lima orang. Untuk anak kecil tidak usah risau. Ada beberapa tempat yang disediakan untuk bermain anak-anak seraya menunggu pesanan datang.

Lokasi warung Saoto Bathok yang luas

Ups, dari tadi ngomongin Soto Bathok, pasti bertanya-tanya. Apa sih yang menarik dan unik dari soto ini? Sebenarnya yang paling membuat penasaran adalah cara penyajiannya, kalau biasanya sajian soto itu menggunakan mangkuk. Di sini mangkuk diganti dengan Bathok, atau kulit kelapa. Ingat bukan sabut kelapa ya. Mungkin penggunakan batok kelapa lebih sering digunakan untuk tempat minum jamu (biasanya di pasar tradisional seperti itu). Kali ini batok digunakan untuk pengganti Mangkuk. Pada bagian dasar batok diberi pengganjal semacam kayu persegi dan beri bawahan piring kecil dari tanah liat. Unik banget kan? Seperti inilah tampilan dari Soto Bathok yang aku nikmati pagi ini.

Inilah Saoto (Soto) Bathok

Aku pun menikmati semangkuk soto, tiga buah tempe goreng, segelas jeruk hangat, dan setusuk sate telur. Cukup lahap makannya, dan benar-benar nikmat kalau dinikmati saat pagi hari. Pengunjungnya pun tidak kalah banyaknya, walau masih pagi tetap saja antri untuk mencari tempat. Kisaran harganya pun sangat terjangkau. Total semua makanan yang aku habiskan hanya mengeluarkan uang sebesar Rp. 10500. Jadi untuk rincian harganya adalah Soto 5000/porsi, Jeruk Panas 2000/gelas, Sate 2000/tusuk, tempe goreng 500/buah. Sangat murah kan? Di sini juga aku bertemu dengan rombongan bapak-bapak dari Pringwulung yang juga bersepeda. Jadi aku ikut berbaur dengan beliau. Orangnya sangat ramah-ramah, bahkan aku diajak join bersepeda bareng selepas makan soto.

Menikmati Saoto (soto) Bathok

Selesai membayar dikasir, aku pun mengikuti kumpulan bapak-bapak yang memang searah jalanku pulang. Kami sengaja melewati jalan ke arah Stadion Maguwo, berlanjut ke Concat, lalu berpisah di dekat Jembatan Merah Gejayan. Rombongan pada belok kiri, dan aku lurus sengaja mutar kota lebih dulu ke arah Tugu – Malioboro – lalu balik lagi ke kos. Akhir pekan yang hanya difokuskan untuk menikmati Soto Bathok saja. Minggu depan sepertinya cari tempat lain lagi.

Baca juga postingan yang lainnya 

Bakmi Nyemek Pak Pele

Gudeg Pawon; Kuliner Malam di Jogja

Oleh-oleh Coklat dari Teman

Mencicipi Kue Singkong Keju

Mencicipi Jajanan Pasar yang Bernama Candil