“Satu-satunya hak milik nasional republik yang masih tetap utuh tidak boleh berobah-obah meskipun harus menghadapi segala macam soal dan perobahan, adalah hanya angkatan perang republik Indonesia – Amanat Panglima Besar Jend. Sudirman”
Sebaris tulisan dalam pigura terpampang jelas pada satu ruangan di Museum Jenderal Sudirman. Museum ini beralamatkan di Jl. Ade Erma Suryani c.7, Magelang. Bangunan rumah kecil dikelilingi pagar serta tembok berwarna cat hijau. Rombongan kami di Magelang mengunjungi museum ini sebagai agenda terakhir Famtrip Jateng sebelum balik ke Semarang.
Plang kusam berwarna putih kokoh berdiri di balik pagar dan bertuliskan “ Museum Sudirman” lengkap dengan alamat, serta informasi jam buka bagi warga masyarakat yang ingin berkunjung. Aku berhenti, mengabadikannya menggunakan kamera saku.
Rombongan memasuki Museum Sudirman, Magelang |
“Di sini ada tujuh ruangan. Namun hanya enam ruangan yang berkaitan dengan Jenderal Sudirman. Sedangkan satu ruangan khusus untuk galeri saja,” Terang petugas museum.
Sesampai dI ruangan depan, aku dan rombongan disambut seorang petugas yang menjaga museum. Tanpa menunggu waktu lama, petugas pun memaparkan siapa Jenderal Sudirman, dan bagaimana bisa sampai di tempat ini.
Aku pun antusias untuk mendengarkan, hanya sesekali mengambil gambar dengan kamera hp, lalu menyebarkan ke sosmed informasi yang aku dapatkan. Pengunjung yang didominasi mahasiswa manca tak kalah antusias mendengarkan informasi dari pemandu.
Mendengarkan keternagan dari petugas museum |
Dari ruang depan, rombongan pun memasuki ruang kerja sang jenderal. Ada sebuah meja dan kursi tempat beliau bekerja, tidak ketinggalan rak almari sedikit memanjang di tembok. Empat buah kursi kayu juga tersedia.
Di salah satu sudut meja terdapat miniatur tandu yang dipergunakan sang jenderal waktu berjuang sambil melawan penyakitnya. Tumpukan buku tebal nan kusam juga ada di sini, sebuah jendela besar terbuka membuat sirkulasi udara di ruangan kerja tetap berjalan.
Meja dan Kursi di ruangan |
Beranjak menuju ruang selanjutnya, tulisan alas kaki mohon dilepas terpajang di sana. Ruang instirahat (kamar) sang jenderal kali ini yang kami kunjungi. Sebuah sofa kecil berada di sudut ruangan, terdapat juga lemari agak tinggi dua pintu. Seperti lemari biasanya, di salah satu pintu ada cermin besar.
Tidak ketinggalan ranjang beserta kasur dan guling terpasang rapi. Tepat di ranjang tertutup kelambu berwana putih. Bahan kasur pun terbuat dari kapuk, seperti kasur waktu aku masih kecil pada umumnya.
Kemudian di ruangan yang lain, sebuah tandu diletakan pada lantai. Tandu yang di dalamnya sebuah kursi kayu, lalu ditopang dengan bambu-bambu yang terikat oleh tali. Agar tidak terkena panas, sebuah kain dijadikan atap. Ini adalah tandu yang digunakan oleh Jenderal Sudirman semasa berjuang melawan penjajah.
Ruangan tidur Jenderal Sudirman selama di Magelang |
Replika tandu yang digunakan oleh Jenderal Sudirman |
Jelajah museum berlanjut ke ruangan di samping. Sebuah ruangan yang berukuran paling kecil di rumah ini. Meja kayu sederhana berwarna putih diletakkan di ruangan ini. Tertulis di atasnya “Meja Pensucian Jenasah”.
Dari informasi petugas, meja inilah tempat dimandikannya sang jenderal sebelum disemayamkan. Sementara itu di depannya terapat ruangan untuk berkumpul bersama. Sebuah meja bulat dengan enam kursi sekelilingnya. Ini adalah ruangan untuk berkumpul sekaligus untuk makan bersama.
Ruangan untuk berkumpul |
Enam ruangan di museum ini sudah kami masuki semua. Namun kami tidak lantas pulang, di ruangan terakhir ada pintu belakang yang berujung pada halaman rumah belakang museum. Kami disuruh untuk ke belakang.
Di sana ada ibu-ibu yang membatik menggunakan Canting. Disediakan kain putih yang sudah ada motifnya, tinggal mewarnai. Gegap-gembita para Mahasiswa Internasional bersemangat membatik. Tanpa terasa, teman-temanku sudah asyik dengan kegiatannya membatik.
Mahasiswa Internasional sibuk membatik |
Setengah jam berselang beberapa dari mereka sudah selesai. Sepertinya Ruqia sangat puas dengan hasil membatiknya. Dia menyelesaikan warna motif dengan garis-garis sederhana. Tidak lupa juga nama serta asal Negaranya tertuang di samping motifnya.
Tidak mau ketinggalan, Yukina pun memamerkan hasilnya. Sebuah motif bunga pun dia selelsaikan. Di ujungnya terdapat tulisan Kanji (Jepang), katanya itu nama dia dan asal Negaranya. Cukup kurespon dengan anggukan kepala dan jempol menandakan bagus.
Akhirnya teman-teman yang ikut berkreasi pun menyelesaikan semua karyanya. Ada delapan teman yang membatik, sehelai kain yang sudah dibatik dengan mengikuti pola kemudian dijemur dan dipamerkan kepada teman yang ada di sana.
Karya batik dari mahasiswa |
Seperti ritual yang lainnya, sebelum berpisah tentunya kami mengabadikan diri di depan museum. Tidak ketinggalan dua pemanduikut berfoto, salah satunya temanku pun ikut, juga baner famtrip serta koleksi batik hasil karya kumpulan ibu di belakang museum.
Foto bersama di depan Museum Sudirman, Magelang |
Selesai mengunjungi museum, bus meluncur ke Semarang untuk pulang. Sebelum pulang, kami singgah dulu di Soropadan untuk melihat festival panen raya. Banyak hasil bumi dari Jawa Tengah yang dipamerkan.
Sekitar dua jam di Soropadan, kami pun pulang ke Semarang dan berpisah dengan rombongan ini. Perjalanan tiga hari yang mengesankan, menyusuri sedikit tempat di Purworejo, Magelang, dan Soropadan (Temanggung). Berkenalan dengan teman-teman dari berbagai belahan dunia.
Terima kasih untuk Disbudpar Jateng atas undangan acaranya. Semoga dilain kesempatan bisa diundang kembali untuk menyusuri wilayah Jateng di kota lainnya. *Liputan ini difasilitasi oleh Dinpudpar Jateng tanggal 4-6 Juni 2015 dengan menggandeng Mahasiswa Internasional dan Traver Blogger.
Kalo berkunjung ke Magelang kudu disamperin nih. Biar nambah ilmu dan wawasan.
BalasHapusbetul banget mas biar makin ofdol kunjungannya
HapusSeru juga mengunjungi museum, jadi banyak hal yang kita tahu :-D
Hapusngeri keranda sama tempat pemandian jenazahnya juga di masukin ke museum
BalasHapusItu replikanya :-D
Hapusjederal yang satu ini adalah salah satu tokoh idola saya mas. dalla keadaan sakit masih saja membara semangtanya untuk berjuang. hebat
BalasHapusSemangat beliau, membuat kita malu dengan semangat kita yang mudah layu :-(
Hapusdisana juga bisaa belajar ngebatik yaaa :)
BalasHapusbagus bagus hasilnya :)
Benar mbak, seru loh heeee
Hapuswah-wah! baru tahu ada museum sudirman! Berarti kalau main ke magelang ada yang bakal disamperin selain punthuk setumbu dan borobudur :D
BalasHapusAda banyak lokasi yang lain di Magelang, mas :-D
Hapusseru ya bisa membatik sendiri
BalasHapusIya, bisa berkreasi :-D
Hapusmuseum begini nih yg aku suka...ada sejarahnya... jd selama di dalam kita jg bisa bayangin perjuangan jend sudirman jaman dahulu..,komplit juga ya, ampe meja penyucian jenazahnya masih ada
BalasHapusKe Museum memang nggak cuma liat gambar, tapi juga bisa belajar dan tahu lebih banyak informasinya :-D
Hapusjadi musuem ini juga adalah rumah Jend. Sudirman ya..? Wih, asyik ya bisa mengenal sejarah...
BalasHapusSeperti itulah sejarahnya *gaya petugas museum :-D
HapusBatik hasil mu mana kak ????
BalasHapusBatik hasil karyaku, aku sembunyikan di dalam hati :-D
Hapusbule aja mau tahu sejarah Indonesia,,, masa kita orang Indonesia tidak ingin tahu .....
BalasHapusKadang bule lebih ingin mempelajari :-)
Hapusmalu saya malu... pada rumput merah,,,,
HapusKita harusnya lebih peka :-D
Hapuswah seru juga maen ke museum y ams apalgi ada temen asingnya melatih bahasa asingnya josh hehe
BalasHapusHeee, walau bahasa Inggrisku jelek, tapi yang penting berani dulu :-D
Hapus