“Film bisa membuat tempat yang dulunya hanya dibilang biasa menjadi luar
biasa. Film bisa mengubah tempat yang dulunya sunyi menjadi ramai. Film bisa
menjadi salah satu cara mempromosikan wisata dengan caranya sendiri. Karena
film (selain sosmed), semua bisa berubah dengan secepatnya. Membuat orang-orang
ingin berkunjung, mengabadikan dititik tertentu, dan berkata; aku sudah ke
tempat itu.”
![]() |
Gereja Burung Merpati, Magelang, Jawa Tengah |
Sebenarnya mengunjungi Gereja Burung
ini bukanlah termasuk rencana libur panjang. Sebelumnya aku hanya merencanakan
selama empat hari libur kugunakan sepenuhnya bersepeda. Tapi rencana itu
mendadak harus berubah karena ajakan teman berkunjung ke Menoreh; mengunjungi Watu Tekek dengan alasan survei lokasi
yang nantinya akan kami kunjungi naik sepeda dilain waktu. Banyak orang
menyebut Gereja Burung itu dengan sebutan Gereja Ayam. Tapi sebenarnya bentuk
Gereja tersebut adalah Burung; ada yang bilang itu Burung Merpati.
“Pernah ke Gereja Ayam?” Celetuk temanku seraya menyeruput Kopi Jahe Menoreh di kedai
Mbak Mar.
“Belum pernah. Dulu sepedaan hanya sampai Punthuk Setumbu saja. Katanya
sih tempatnya tidak jauh dari sana,” Jawabku.
“Kita ke sana saja.”
Lontaran ajakan teman ini menjadi
awal perjalanan ke Gereja Burung. Ya, kami
memang berada di dekat Puncak Suroloyo, hanya membutuhkan waktu tak lama sampai
di Borobudur. Baiklah, toh aku hanya mbonceng,
jadi aku manut saja. Menyusuri jalan alternatif ke Magelang, menyeberangi
jembatan gantung, jalanan dekat Candi Mendut sampai Candi Borobudur macet. Beruntunglah sepeda motor dapat
berjalan dengan agak tersendat. Tak seperti mobil yang harus rela berhenti
lama, menunggu kemacetan dapat sedikit terurai.
“Lewat sini bisa mas, tapi nanti melewati sesek (jembatan kayu). Tapi
kalau pengen lebih mudah, ambil yang tikungan itu ke kiri,” Kudengar baik-baik informasi dari
seorang bapak di dekat sawah arah ke Punthuk Setumbu.
Sebenarnya ada beberapa jalan
alternatif yang bisa dilalui menuju Gereja Burung; rute yang kulalui adalah
Borobudur – Arah ke Punthuk Setumbu – Pertigaan sawah belok kiri (kalau lurus
ke arah Setumbu) – Ikuti jalan mentok sampai jalan raya, ambil kiri – sebelum
jembatan kecil belok kiri tepat ditulisan “Bukit Rhema” – Ikuti jalan sampai
mentok.” Jalan kecil ini mengantarkan kami sampai di tempat parkir kendaraan.
Kami berhenti di tempat parkir dan meminta karcis parkir. Lokasi Gereja Burung
ini di Gombong, Kembanglimus, Borobudur, Magelang.
![]() |
Berjalan menuju Gereja Burung Magelang |
“Dua ribu parkirnya, mas. Bayar nanti saja kalau balik,” Terang pemuda tanggung padaku.
Menjelang siang ini sudah banyak
kendaraan yang terparkir. Sementara itu dari arah atas sudah beberapa kali
mobil Jeep naik-turun membawa penumpang. Mobil ini adalah jasa angkut bagi yang
tidak ingin capek-capek jalan kaki ke atas. aku dan temanku jalan kaki menuju
lokasi. Sesampai di sana, aku hanya duduk di bawah rindangnya pohon; kulihat
sudah sangat ramai lokasi ini. Mereka berfoto di depan Gereja Burung.
![]() |
Pengunjung ramai yang datang ke Gereja Burung Magelang |
Dari bawah sini aku dapat melihat
antrinya orang masuk ke dalam. Aku sendiri masih berkutat mencoba memasang
lensa 10-30mm yang sedang error, dengan harapan bisa terpasang dan mengabadikan
tempat ini. Sayangnya, lensa tetap error sehingga aku harus memaksimalkan lensa
30-110mm untuk membidik objek dari jarak dekat. Hasilnya pun tak maksimal, aku
gagal mengabadikan seutuhnya bentuk Gereja Burung ini. Tak apalah, toh masih
bisa mengabadikannya.
“Kita masuk saja,” Ajak temanku yang ikut berdesakan diantrian masuk.

![]() |
Inilah Gereja Burung Merpati Magelang yang sekarang sedang ramai dikunjungi |
Baiklah, aku pun ikut antri. Sesampai
di dalam tiap pengunjung yang ingin naik ke atas dikenai tiket Rp.5000/orang.
Temanku menyodorkan uang Rp.10.000, setelah itu dia tak langsung naik tapi
mengabadikan di dalam sini. Pada postingan orang-orang sebelumnya, di dinding
ini ada banyak coretan (vandal), tapi sekarang hampir setiap sudut dinding
tembok sudah bersih. Bangunan tahun 1989 ini kembali dipugar oleh beberapa
pihak. Selama aku di sini, temboknya disemen kembali, dan dibuatkan tangga
permanen. Di antara pengunjung yang bersesakan, terlihat lebih dari empat
pekerja bangunan yang bekerja.
Tepat di atas, bukan yang laing
puncak; kami sudah antri. Sebagian pengunjung antri tepat dibagian paruh
burung. Dari sini terlihat orang yang ada di bawah. Untuk naik ke atas
(jambul), dibatasi maksimal 10 orang. temanku sudah lebih dahulu naik, dia sangat
antusias. Sementara aku sengaja membiarkan orang di belakangku untuk naik lebih
dulu. Aku ingin mengorek informasi dari petugas yang mengatur antrian menuju
paling atas.
![]() |
Bagian ekor Gereja Burung Magelang |
“Pengunjung dalam beberapa minggu terakhir membludak, mas. Kalau
perkiraanku lebih dari 100% jumlah dari jumlah pengunjung bulan-bulan
sebelumnya.”
“Efek film AADC2 ini, mbak,” Celetukku tertawa.
“Bisa jadi mas. Mas guide ya? Kok tidak naik ke atas? Apa tamunya sudah
naik?” Tanya mbak
yang jaga.
“Wah nggak mbak, saya hanya menemani temanku yang sudah di atas. Dulu
pernah mau ke sini tahun 2014, tapi nggak tahu jalan dan sendirian juga. Baru
sekarang kesampaian,”
Jawabku.
Geli juga dikira guide; usut punya usut, ternyata ada beberapa agen travel yang
mulai menyertakan tour mengunjungi spot-spot yang ada di film AADC2. Salah satu
spot yang paling digandrungi adalah Gereja Merpati ini, terlebih mereka ingin
berfoto tepat dipaling atas. Dari mbak-mbak ini juga aku mendapatkan informasi
jika Gereja Burung ini memang dalam proses pemugaran. Rencananya akan dibuat
semacam galeri lukisan. Konsepnya mungkin seperti Rumah Kamera yang ada tak jauh dari sini. Destinasi yang sempat
kukunjungi naik sepeda tahun lalu.
“Empat orang boleh naik!” Teriak mbak yang jaga antrian.
Aku bergegas naik ke atas melalui
tangga yang lumayan tegak. Tangga ini mengingatkanku saat naik ke Mercusuar di Pantai Bantul. Di atas
cukup sesak, tepat sekecil ini disesaik 11 orang. Sepuluh pengunjung plus satu
petugas. Aku melihat sekelilingku, perbukitan Menoreh cukup rimbun, dan menyenangkan.
Sayangnya terik siang ini membuatku ingin secepatnya kembali turun. Sementara
temanku dan yang lainnya asyik berfoto menggunakan Tongsis masing-masing. Aku
sekali mengabadikan tempat untuk memandang Gereja Burung ini, kalau diruntut
itu adalah sebelah lain dari Punthuk Setumbu. Sepertinya asyik ke sana, melihat
Gereja Burung dan Candi Borobudur. Tak lebih dari 5 menit, aku bergegas turun
ke bawah.
![]() |
Salah satu sudut dari arah jalur Punthuk Setumbu |
Jarum jam tepat pukul 11.00WIB, aku
masih menunggu temanku yang berada di dalam Gereja Burung. Aku sendiri sudah
asyik duduk di bawah pepohonan, sesekali menerima permintaan pengunjung yang
ingin berfoto bareng menggunakan kamera mereka. Kayaknya buka jasa foto laku di
sini (batinku). Tak lama berselang, temanku turun. Kami pun menuju area tempat
parkir. Dari sini terdengar suara rekaman Qiroah dari salah satu
masjid. Ya, ini hari jum’at, jadi kami pun harus bergegas menuju masjid. Dekat
tempat parkir, kulihat seorang bapak menggunakan peci dan sarung, pasti beliau
ingin ke masjid.
“Pak, masjid terdekat sini mana ya?” Tanyaku seraya menjabat tangan beliau.
“Itu mas, perempatan kecil itu nanti belok kanan. Dekat kok,” Jawab beliau mengarahkan.
Bergegas aku dan temanku menuju
masjid tersebut. Sebuah masjid yang sedang dalam proses renovasi, kami memarkirkan
kendaraan tepat di depan rumah warga (samping masjid). Empu rumah tak kalah
ramah, kami dipersilakan masuk dan menitipkan tas di dalam rumah. Di sini juga
aku dan temanku ganti pakaian (temanku membawa baju koko), dan aku membawa
sarung. Tanpa terasa kami berdua sudah berada d dalam masjid, menikmati suasana
sholat jum’at di kawasan Magelang; serta mendengarkan ceramah menggunakan
bahasa Jawa Kromo Inggil. *Kunjungan ke
Gereja Burung Magelang pada hari Jum’at; 06 Mei 2016.
Baca juga
perjalanan lainnya
Wah, kita beda sehari mas. Aku ke sini hari Sabtunya.
ReplyDeleteEh tapi kok kemarin waktu mau naik ke mahkota burung ada tulisan bayar Rp 10.000 ya? Trus gak jadi naik deh. Duitnya buat pulang Semarang, hehee :D
Oya? hehehehhe, setahuku cuma bayar 5ribu loh perorang, wah naik lagi *paling bener-bener membeludak pengunjungnya.
Deletewarna ayamnya menghitam gitu. atau memang sengaja dicat belang?
ReplyDeleteItu memang cat dari awal mbak. Tapi sudah usang :-D
Deletesemua tempat yang dipakai shooting AADC 2 jadi ngehit semua, kyaaaa ...
ReplyDeletemudah2an tidak merusak terutama tatanan sosial di sekitar tempat2 apik ini.
Kenyataannya setiap tempat yang dipromosikan melalui film menjadi cepat tenar. Semoga kasusnya tidak seperti Ranukumbolo dll.
Deletewah bakal makin tenar nih spot mas hehe... wah jumat" panas" ke sininya mas hehe mantap hehe jng lupa sholat itu keren mas... lbh keren dari si burung hehe .. smga si burung ini aman dan gak longsor deh aamiin
ReplyDeleteSekarang udah bludak banget pengunjungnya mas..
Deletewah joon mantep tenan wkwkwkw
DeleteKatanya malah naik ke mahkotanya bayar 10.000 sekarang ahahahahhaa
DeleteMas sitam naik dari parkiran sampai depan gerejanya ngos-ngosan enggak? Aku kok iya ya :')
ReplyDeleteDuluu sih 2015 pas aku ke sana cuma 3 orang, jadi ga diatur 4 orang boleh masukkk gitu wkkw
Kamu kudu banyak olahraga dan butuh teman untuk bisa diajak gandengn tangan kayaknya hahahahahah
DeleteAku rung tau rono. Ra hits tenan aku ya
ReplyDeletePiyer ak hits, lah wes tekan derawan loh hahahahahha
Deleteunik ya bentuk gerejanya ... sehingga jadi tempat wisata ..
ReplyDeletegereja ini nongol di AADC ... maklum ga nonton .. hebat ya efek dari film, bisa bikin jadi ngetop
Iya kang, ini salah satu spot yang ada di film tersebut. :-D
Deletewah makin terkenal nih spotnya..semoga makin dipercantik lagi :)
ReplyDeleteIya, semakin banyak pengunjung yang ke sini.
Delete