Menyambangi Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari - Nasirullah Sitam

Menyambangi Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari

Share This
Jari-jari yang luwes memegang canting dan memberi warna motif pada kain
Jari-jari yang luwes memegang canting dan memberi warna dan motif pada kain
Puas berkeliling di Griya Cokelat Nglanggeran, kami keluar menuju halaman. Di halaman Griya Cokelat sudah ada mobil penjemput dari Desa Wisata Wukirsari. Nantinya, agenda kami di sana melihat pembuatan batik sekalian praktik membatik di pendopo. Oya, sekalian makan siang. Seperti itu informasi yang kudapat dari salah satu penjemput.

Jalur yang dilalui mengingatkanku saat bersepeda di kawasan perbukitan Gunungkidul - Bantul. Mobil dari Nglanggeran melewati Watu Amben, Pinus Pengger, dan kawasan hutan Pinus Dlingo. Aku terperangah melihat kawasan Hutan Pinus sudah terpetak-petak dijadikan destinasi wisata baru.

“Sudah pernah ke Wukirsari?” Tanya bapak yang menjemput kami.

Teman-teman yang ada di dalam mobil diam. Beberapa mengaku hanya pernah ke Mangunan, lokasi yang tidak jauh dari Wukirsari. Akupun menimpali jika pernah main ke Wukirsari dan sekitarnya. Menikmati Wedang Uwuh di Makam Imogiri, latihan fisik saat bersepeda ditanjakan Makam Seniman, bahkan blusukan sampai di Air Terjun Seribu Batu/ Curug Cengkehan.

“Wah ternyata mas satu ini sudah hafal daerah sini.” Sahut bapak tersebut.

Tidak terasa kami sudah sampai di Pendopo besar bertuliskan Kampung Batik Giriloyo. Tepat sampai di lokasi, gerimis kecil menyambut kami. Rombongan Famtrip #EksplorDeswitaJogja berlarian ke tempat teduh. Sebelumnya menyempatkan memotret tulisan tersebut.
Menyambangi Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari
Menyambangi Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari
Rombongan kami diarahkan menuju salah satu gazebo. Di sana ada tiga perempuan yang sedang membatik. Helaian kain lebar dan panjang penuh dengan motif mulai diberi warna. Tangan-tangan perempuan tersebut luwes memegang canting.

Aku mendekati salah satu dari ketiga perempuan tersebut. Sembari melihat, sesekali aku mengabadikan. Ibu yang kudekati tersenyum sesaat, kemudian beliau melanjutkan pekerjaannya. Ibu Imaroh (perempuan yang di dekatku) memperkenalkan kedua perempuan lainnya. Beliau adalah Ibu Nurjanah, dan Ibu Niptiah.

Menurut ketiga ibu ini, membatik merupakan pekerjaan sampingan. Biasanya ibu-ibu membatik pada puku 09.00 – 16.00 WIB. Beliau membatik tidak hanya di pendopo tapi juga di rumah. Pekerjaan membatik dibutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu helai kain. Kain yang dibatik berukuran 250 CM X 105 CM. 

Satu helai kain diselesaikan satu bulan. Batik tulis memang membutuhkan waktu lama dalam penyelesaiannya. Bahkan akan membutuhkan waktu sampai 4 bulan jika kain yang dibatik berkualitas bagus dan halus.

Bahan kain yang digunakan tidak asal sembarang kain. Biasanya kain yang digunakan adalah kain Primisima jenis katun. Pernah juga ibu-ibu ini membatik dengan bahan Sutra, karena memang ada yang menyediakan kain sutra dari tempat lain. Berdasarkan pengalaman beliau, kain sutra rata-rata paling sulit untuk dibatik.

“Kalau batik tulis itu motifnya apa saja bu?”

Bu Imaroh masih fokus membatik. “Di sini motifnya macam-macam mas. Pokoknya motif kontemporer. Seperti yang dibatik bu Nurjanah itu motifnya Buah Naga.”

“Pernah merasa jenuh atau capek nggak bu saat membatik?”

“Membatik bukan merupakan hal yang membosankan kalau menurut kami mas. Membatik itu sangat menyenangkan. Kita bersemangat menyelesaikan kain batik ini dengan harapan hasilnya lebih baik dan mempunyai nilai jual tinggi. Kami bersemangat melakukan ini karena menghasilkan.”

Seperti itulah seharusnya, tak hanya membatik tapi juga pekerjaan lainnya. Ketika kita menyukai setiap pekerjaan, maka tak ada kata jenuh. Ibu-ibu ini tiap harinya membatik, menyelesaikan sampai tuntas, kemudian memulai lagi dengan kain yang berbeda. Beliau berujar kalau sengaja membuat stok.

“Batik itu beda hasil beda harga mas. Jadi kami harus benar-benar membuat karya yang terbaik di tiap kainnya.”

“Kalau misalnya mau pesan satu batik tulis saja tetap dilayani kok mas.”
Bu Imaroh sedang membatik di pendopo
Bu Imaroh sedang membatik di pendopo
Batik sendiri sudah ada sejak abad 17. Kain batik biasanya digunakan pada upacara-upacara di Keraton. Seperti yang sudah diketahui, Batik sudah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangibie Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009 - Wikipedia.

Untuk jadi kain batik siap jual, prosesnya tidak hanya pada saat memberi motif saja. Proses lainnya juga membutuhkan waktu lama. Salah satu proses yang lama lainnya adalah pemberian warna. Jika batik cetak, tinggal dicetak dan diberi warna biasa selesai, batik tulis berbeda. Warna yang digunakan itu adalah warnah alami.

Warna alami di sini yang sering digunakan seperti kulit kayu, kulit rambutan, daun jati, kunyit, dan bahan-bahan lainnya yang bisa menghasilkan warna. Karena inilah batik tulis dengan warna alami harganya bisa mahal. Dari prosesnya saja sudah membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Konon katanya bahan-bahan alami tersebut direbus terlebih dulu. Kemudian kainnya dimasukkan ke dalam kuali yang sama. Untuk mendapatkan warna yang bagus, satu kain bisa direbus dengan bahan yang sama sebanyak 8 -10 kali.

Tidak jauh dari ibu-ibu yang membatik, ada juga aktifitas ibu yang sedang merebus kain batik ke dalam kuali. Aku tertarik melihat yang beliau lakukan, segera kulangkahkan kaki menuju belakang rumah. Di sana ada tiga ibu yang melakukan pekerjaan berbeda, dibantu anak kecil memegang selang kecil mengisi air ke ember.

“Ini namanya proses apa bu?”

Plorot mas.”

Plorot?!” Aku mengerutkan dahi.
Proses pelepasan lilin pada kain setelah dibatik
Proses pelepasan lilin pada kain setelah dibatik

Sembari terus melakukan pekerjaannya, salah satu ibu menerangkan apa itu Plorot. Plorot adalah istilah yang digunakan untuk proses melepaskan lilin pada kain batik yang sudah diberi motif. Kain tersebut direbus ke dalam kuali dan digerak-gerakkan seperti mengaduk.

Nantinya kain yang sudah direbus tersebut dimasukkan ke dalam ember besar yang ada di depan anak kecil. Sementara ibu yang di belakang mencuci kain yang sudah direndam ke dalam ember. Warna kain akan terlihat di sini, jika sudah selesai dicuci tinggal dijemur.

Tidak ketinggalan, kamipun masuk ke dalam toko batik yang ada di sini. Ruangan tempat batik dipajang dan dijual ini cukup panjang. Setiap sisi terdapat berbagai motif batik yang siap dibeli. Sebagian besar yang dijual dalam bentuk kain jadi. Seperti keterangan dari bu Imaroh tadi, lebih banyak orang membeli kainnya daripada membeli dalam bentuk kemeja. Harga kain batik tulis yang bagus berkisar 500 ribu ke atas.

Aku melihat berbagai jenis motif yang ada di sini. Selain beragam motifnya, warna kainnya pun lebih kalem. Jika kainnya berwarna cerah, hampir dipastikan itu bukan warna alami bahan yang digunakannya. Iseng-iseng kulihat motif batik yang warnanya kalem di depanku. Harganya pun tinggi, lagi pula bahannya juga memang bagus.
Berbagai macam motif batik yang terpajang di toko
Berbagai macam motif batik yang terpajang di toko
Motif Tambal, Warna Alami, dan Harganya
Motif Tambal, Warna Alami, dan Harganya
Tidak hanya menjual dalam bentuk kain, di sini juga ada kemeja batik yang siap dijual. Kisaran harga antara 300 ribu – 500 ribuan. Tidak banyak sih yang dipajang, tapi sudah mencukupi jika ada yang mendadak beli kemeja. Kalau lama-lama di sini bisa beneran khilaf dan borong. Ada saran dari ibu yang di sini, kalau punya baju batik jangan dicuci dengan diterjen. Kata beliau cepat rusak.
Kemeja batik yang siap untuk dibeli
Kemeja batik yang siap untuk dibeli
Menurut informasi dari pengelola Desa Wisata Wukirsari, dalam setahun pengunjung yang datang sekitar 18.000. Banyak wisatawan yang ke sini khusus ingin belajar membatik, atau malah membeli batik. Tahun ini ada tambahan destinasi, pihak pengelola sedang membuat outbond susur sungai di dekat Air Terjun Seribu Batu.

Pemerintah pun mendukung apa yang dilakukan oleh desa wisata. Dukungan pemerintah langsung dari Dinas Pariwisata, dinas memfasilitasi setiap kegiatan promosi. Selain dari dinas, pengelola juga mengikuti pameran nasional dan menyebar brosur profil desa wisata.

Puas rasanya dapat berkunjung di Kampung Batik Giriloyo. Teman-teman juga berkesempatan membatik. Mereka berkreasi membuat motif didampingi Bu Imaroh. Teman-teman antusias, terlebih di setiap kain yang dibatik diberi nama mereka. 

Tidak hanya nama, sengaja mereka cantumkan nama blog masing-masing. Usai membatik dan makan siang, kami harus berpamitan, dua mobil penjemput dari Desa Wisata Kebonagung sudah menanti. Kami berpamitan pada pengelola dan foto di depan tulisan Kampung Batik Giriloyo.
Foto bareng di depan tulisan Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari
Foto bareng di depan tulisan Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari/ Dok. insanwisata.com
*Rangkaian kegiatan Travel Blogger Explore Desa Wisata Jogja (Hastag #EksplorDeswitaJogja) dipersembahkan oleh Forkom Desa Wisata Yogyakarta 24 - 26 Februari 2017.

Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari

Alamat: Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul

39 komentar:

  1. Aku baru memahami batik setelah melihat prosesnya lgsung mas, apalagi batik tulis. Dan sadar bahwa yg selama ini dipakai bukan batik. Tapi kain bermotif batik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, bahan yang biasa kita pakai itu kain dicetak motif batik saja

      Hapus
  2. Aku pun yang orang mBantul lagi sekali ini ke sini mas. Ahahaha. Di sini kemarin juga pengalaman pertama membatik. Angel jebule.

    Kamu hafal betul mas nama-nama ibunya? Jangan-jangan karena punya anak gadis terus tok mintai nomornya jugaa wkkw. Pisss.

    BalasHapus
  3. Ya iya lah masnya sudah hafal daerah sini, bolang sejati...hehhe :D...ya ampun satu helai satu bulan?? itu sebabnya harga batik tulis mahal banget yaaa...OMG,,,300-500 ribu?? itu masih murah loh, mengingat cara buatnya complicated begitu :(

    BalasHapus
  4. Sempat belajar batik juga di sana ya kang ? wah enak benar tuh. Akan menjadi keangan perjalanan yang indah dan terkesan rasanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa teman yang sempat belajar batik kang.

      Hapus
  5. Buatku yaaa... Walo hrg batik tulis mahal, tapi teteplah kita perlu punya setidaknya satuuuu aja batik tulis :). Dipake utk hari2 spesial only. Jgn cm beli batik cap.. ;).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Batik adalah mahakarya yang memang sudah selayaknya harganya tinggi

      Hapus
  6. Seru banget mas Nasirullah bisa merasakan dan berkomunikasi dengan para pengrajin batik.. Tapi yang mebuat sedikit bertanya adalah kenapa harga batik kita masih lebih mahal dari negara tetangga yang menyebabkan banyak yang lebih tertarik untuk mengenakan batik instan ketimbang batik buatan bangsa sendiri ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengan negara tetangga seperti malaysia?
      Saya belum pernah ke Luar Negeri, tapi kalau melihat prosesnya yang benar-bernar lama. Harga segitu wajar :-)

      Hapus
  7. Wah Mas iki pancen penjelajah sejati hahaha. Apal kabeh wkwkwk.

    Keren batik Giriloyo ini, ada sentranya untuk belajar, showroom, jadi bisa terpusat. Batiknya juga apik-apiiiikk, aku durung karuan isok mbatik haha.

    Oh iya Mas, ini bukannya desa Wukirsari ya? Apa Wukisari hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaha, yang benar Wukirsari. Ternyata aku kelupaan hahahahha

      Hapus
  8. mau nanya, kl gak dicuci sm deterjen jd sebaiknya menggunakan apa ya? Thank youuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata kalau batik dicuci biasa saja, akrena tidak terlalu kotor.

      Hapus
  9. batiknya bagus bagus .. sekarang saya lebih sering pakai batik, tiap daerah punya ciri khasnya ... bagi penggemar berat batik ... pasti diburu apalagi bisa sambil berwisata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada banyak batik Indonesia yang menggugah untuk dibeli.

      Hapus
  10. hahahaha cen tingkat kesulitan produksi berbanding lurus dengan harga jual. edun.
    itu nggak dikasih tau mas, limbah pembuangan plorotnya dibuang ke mana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Limbah plorot dibuang di tempat sendiri. Kemarin tidak sempat melihat tempat pembuangan untuk air bekas plorot

      Hapus
  11. Aku lho pingin main ke tempat pembuatan batik, terus bikin peta indonesia di kain batik, ahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idemu jos mas. Kalau ke Jogja sekalian aja di coba mas.

      Hapus
  12. Tadinya sy pikir Wukirsari Sleman ternyata mBantul. Bau malem (lilin) dicantingkan ke mori khas sedepnya. Semakin jaya desa2 wisata di DIY.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe di Sleman Wukisari, kalau di Bantil Wukirsari :-)
      Sejak ini saya jadi minat banget blusukan ke desa wisata :-)

      Hapus
  13. Wah Batik Jawa emang tidak ada habia nya y Mas kalau di kunjungin disana. Ngomong" harga Batik disana berapaan ya Mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, batik tulis di sini harganya antara 500ribuan ke atas mas.

      Hapus
  14. aku malah g enak sama ibu2 di sana. Punyaku kan kugarap setengah jadi. Malah diteruskan jadi apik gitu. Sebenere pengen banget setiap ngetrip ke UMKM terus beli. Tapi kalau liat harganya, duh nguras kantong banget. Lebih murah lurik Klaten. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu mah gitu hahahaha. Makanya kalau punya itu diselesaikan sendiri hahahahha

      Hapus
  15. Seru mas. Di solo ada juga tempat melihat pembuatan batik gini. Tapi gak di luar rumah gitu. Kalau di luar gini asyik. Aura desanya dapet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, sebenarnya sama asyiknya kalau kita bisa interaksi mbak.

      Hapus
  16. wow! harganya fantastis juga hihihi
    tapi masuk akal sih kalau lihat prosesnya, membatik memang gak sembarangan. butuh ketekunan dan kemampuan melihat detail. jadi wajarlah kalau dihargai tinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar daeng, proses yang lama dan warna alami menjadikan batik tulis ini menjadi mahal harganya.

      Hapus
  17. Batiknya pasti mahal tu harganya kalau dijual di pasar, soalnya kualitas bagus, bukan batik cetak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harganya di atas rata-rata kalau dibanding kain dicetak motif batik.

      Hapus
  18. Batik merupakan kebanggaan indonesia. kalau ada di Kepri tempat membatik pasti seru ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya di tempat lain lebih terkenal dengan kain tenunnya :-)

      Hapus
  19. Merasa pling betah lama di Giriloyo ini. Apalagi bisa melihat proses awal membatik sampai ngelorot dan penjemuran yang dilakukan oleh para pengrajin batik di sana. Pun pembuangan limbah dari pewarnaan batik ikut dipikirkan oleh mereka dengan membuat penampung khusus sehingga tidak mencemari persawahan di sekitar rumah industri tersebut. Besok beli satu kain batik tulis ahh kalau ada rejeki lebih. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beanr mas, harus diagendakan untuk membeli satu helai kain jika ada rejeki. :-D

      Hapus

Pages