Kuliner di Pulau Bangka, Mie Koba Iskandar dan Otak-otak Ase - Nasirullah Sitam

Kuliner di Pulau Bangka, Mie Koba Iskandar dan Otak-otak Ase

Share This
Kuliner Mie Koba Bangka
Kuliner Mie Koba Bangka
Penerbangan dari Batam menuju Bangka berjalan dengan lancar. Sembari memanggul keril tanggung, aku mengikuti penumpang yang menuju pintu keluar. Meski tiba pukul 19.00 WIB, para menjemput cukup ramai. Mereka berjejer di batas pagar yang sudah ditentukan. 

Para penjemput didominasi pemandu, terlihat beberapa dari mereka memegang kertas bertuliskan nama rombongan yang dijemput. Pemandangan yang sama waktu aku turun di bandara Belitung. Bedanya, hanya pas di Belitung aku tiba pukul 10.00 WIB. 

Aku duduk di kursi yang tersedia sembari menyempatkan mengisi baterai gawai. Tidak lama kemudian, saudara yang menjemput terlihat dari kejauhan. Niat awal sejak tahun kemarin ingin berkunjung ke Bangka akhirnya terealisasikan. 

Perjalanan selanjutnya menuju Hotel Menumbing Heritage. Selama dua hari ke depan di Bangka, aku belum tahu ingin mengunjungi daerah manapun. Intinya sekarang ingin bersantai dulu sembari mencorat-coret rencana jelajah Pulau Bangka. Selepas mengurusi penginapan, aku langsung diajak kuliner malam. 

“Kita makan Mie Koba,” Ujar Bu Hastuti. 

Melewati pasar yang masih terlihat keramaiannya, mobil terus berjalan. Hingga berbelok kiri di pertigaan. Laju makin lambat, di depan sudah ada dua mobil parkir, dan beberapa sepeda motor. Mobil diarahkan juruparkir agar rapi kala berhenti. 
Warung Mie Koba malam hari
Warung Mie Koba malam hari
Aku melangkah menyeberangi jalan. Berdiri tepat di semacam puskesmas yang baru diresmikan bangunannya. Di seberangku adalah Mie Koba Iskandar yang terkenal di Belitung. Ibarat kata kawan, Mie Koba kudu dicicipi kalau main ke Bangka. 

Berlokasi di Gedung Nasional, Taman Sari, Kota Pangkal Pinang, Bangka Tengah, Mie Koba cukup popular di kalangan warga Bangka. Sedari tadi silih berganti yang datang. Sebagian makan di tempat, ada juga yang dibungkus. Tempatnya cukup sederhana, teras rumah yang sudah dipasangi atap permanen. 

Meja panjang layaknya warmindo di Jogja. Tiap meja dilengkapi dengan kursi plastik berwarna biru. Kami berbaur dengan pengunjung yang lain, sama-sama ingin menikmati mie tersebut. Intinya, kita datang dan langsung duduk, baru melakukan pemesanan. Takutnya tempat duduk ditempati orang lain. 
Pengunjung yang ingin menikmati Mie Koba Iskandar
Pengunjung yang ingin menikmati Mie Koba Iskandar
Para pecinta kuliner berkumpul. Kulihat rombongan dari berbagai kota. Meski didomininasi warga setempat, tetap saja ada rombongan dari kota lain di Indonesia. Aku mengetahui dari logat bicaranya. Sembari menunggu pesanan, kusempatkan untuk memotret dan mengambil sedikit rekaman. 

Mie Koba ini buka mulai pukul 08.00 WIB hingga malam. Rata-rata tutup pukul 22.00 WIB. Kali ini aku datang pukul 20.17 WIB. Dan pastinya antre lumayan lama. Lama antre ini disebabkan beberapa faktor, yang paling terlihat adalah, kadang pelayan tidak tahu siapa yang datang lebih awal untuk dilayani. 

Bagiku tidak masalah, tempat seramai ini hanya ada tiga orang yang bertugas. Satu abang meracik mie, satu lagi bertugas membantu membantu meletakkan piring dan mengantarkan ke pembeli, dan satu lagi bertugas di kasir. Mungkin ada beberapa lagi orang di belakang yang bertugas mencuci piring. 
Abang yang membuat Mie Koba
Abang yang membuat Mie Koba
Dua kali aku terlewatkan, orang di belakangku yang baru datang sudah terlebih dulu mencicipi. Kami hanya tertawa, toh memang di sini tidak ada nomor meja, tidak ada nomor antrean. Intinya, seingat pelayan tersebut kami cukup lama, itulah yang dilayani. Tak ketinggalan ujaran beliau pada kami. 

“Berapa orang, bang!?” Abang tersebut ingin memastikan. 

Sekilas Mie Koba terlihat seperti Bakmie rebus. Mie-nya lebih sedikit dan tampilannya lebih coklat. Namun porsinya tidak terlalu banyak. Tumpukan piring yang sudah beri tambahan racikan abang lekas diambil kawannya. Lantas mengantarkan piring-piring tersebut kepada pengunjung yang sudah menunggu. 

Sedikit tambahan taburan di atas Mie Koba yang aku kenali dari dekat adalah potongan seledri dan bawang goreng. Tidak ketinggalan tambahan kecambah. Aku melihat lebih detail lagi, termasuk kuah yang pekat. Aroma ikan cukup kuat. Kuah ini berasa seperti kuah ikan pindang. 
Kuliner Mie Koba Bangka siap disajikan
Kuliner Mie Koba Bangka siap disajikan
Kulibas Mie Koba yang ada di depanku. Makan mie ini juga bisa sekalian memesan telur rebus untuk tambahan. Tidak ada cabai, yang ada sambal. Itupun rasanya sudah tercampur aroma ikan. Bagi yang ingin mengurangi aroma ikan, bisa minta irisan jeruk nipis untuk diperas. 

Uniknya lagi, di sini pilihan minuman terbatas. Minuman yang disediakan adalah air mineral kemasan dan teh botol sosro. Tidak ada minuman yang lainnya. Kunikmati seporsi mie koba sebagai menu kuliner pertama di Bangka. Ketika mau membayar, semua sudah dibayari Bu Hastuti. Rezeki memang tidak tertukar! 

Berlanjut Kuliner Otak-otak Ase 

Satu porsi Mie Koba sudah kulibas. Kami meninggalkan warung yang makin ramai tersebut. Awalnya kurencanakan menikmati kopi, namun berhubung badan masih capek dan lokasi tempat mengopi lumayan jauh, kuputuskan mengikuti arahan tuan rumah. 

Sepanjang perjalanan, sedikit kuamati di Bangka masih terlihat bangunan-bangunan lamanya. Meski hanya melalui lampu rumah, aku bisa melihat dengan jelas bahwa bangunan tersebut peninggalan masa penjajahan. 

Mobil terus menyeruak keramaian kota, hingga berhenti di seberang tempat kuliner lagi. Warung bertuliskan Otak-Otak Ase mencolok. Keramaian di tempat tersebut pun terlihat jelas. Bisa jadi, ini adalah kuliner kedua dalam rentang waktu kurang dari setengah jam. 
Kuliner Otak-otak Ikan Ase, Bangka
Kuliner Otak-otak Ikan Ase, Bangka
“Mumpung di Bangka,” Celetuk Bu Hastuti. 

Lokasinya mirip ruko. Di bagian depan ada banyak pramusaji yang bertugas melayani pembeli. Selain kuliner otak-otak ikan, di sini juga menyediakan oleh-oleh kemasan yang bisa dibawa pulang. Aneka kerupuk pun ada di sini. Pembeli tinggal memilih, dan petugas memasukkan dalam kemasan. Sehingga tinggal bawa ke bandara. 

Kami menuju meja panjang, berbaur dengan pembeli yang lain. Bu Hastuti sudah mengurusi semua menu yang nantinya kami makan. Berlokasi di Jalan Kampung Bintang No.149, Bintang, Rangkui, Kota Pangkal Pinang, kuliner Otak-otak Ase sepertinya sudah familiar oleh wisatawan. 
Suasana cukup ramai di Otak-otak Ase
Suasana cukup ramai di Otak-otak Ase
Sajian sudah tersaji. Otak-otak ikan ada yang direbus dan dibakar. Semuanya sudah ada di depan mata. Tak ketinggalan minuman yang kami pilih Jeruk Kunci. Semua hidangan minum disajikan dingin. Oya, Jeruk Kunci adalah minuman khas di Bangka. 

Kuamati otak-otak ikan yang siap santap. Selain otak-otak ikan juga ada Empek-empek, Cumi, serta Udang. Tak ketinggalan Ampiyang. Semuanya bisa dinikmati dengan tiga sambal pilihan. Sambal biasa, Sambal Tauco/Belacan, serta Sambal Terasi. Kunikmati kuliner tersebut. semua kujajal satu persatu. Aku cukup cocok dengan menu kuliner ini. 

“Dihabiskan mas.” 
Menikmati menu kuliner Otak-otak Ase di Bangka
Menikmati menu kuliner Otak-otak Ase di Bangka
Percayalah, baru juga sandar di Bangka, aku sudah melibas dua kuliner sebagai pembuka. Sepertinya tanda-tanda esok bakal bangun siang. Lagi lagi semua makanan malam ini dibayar Bu Hastuti. Lumayan, uang sakuku belum terjamah sedikitpun. 

Rasanya sudah kekenyangan, aku kembali menuju penginapan. Usai mengantarkan sampai hotel, Bu Hastuti pamit pulang. Ya, hari yang panjang. Selepas perjalanan dari Batam, akhirnya aku istirahat juga di kasur hotel. Rencananya, besok aku ingin bangun pagi. Menyusuri sudut pasar di tengah kota Bangka. *Bangka, 25 Oktober 2018.

22 komentar:

  1. Mie Koba nih kuahnya lebih dominan rasa ikan kah? Penasaran deh mau cobain. Pempek bangka cobain nggak? Menurutku yang keturunan Palembang aja enakan pempek bangka loh T.T #ngeridikutuknenek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, memang seperti kuah ikan. Jadi dominan banget. Kalau mau agak berkurang bisa minta irisan jeruk nipis. Kemarin nggak berburu pempek, hanya makan pempek waktu di otak-otak ase saja.

      Hapus
  2. KEZEEEEEEEEEEL!!! Buka ini siang2. Yawlaaa jadi kangen makan mie bangka panas2 diperesin jeruk kunci... T.T nikmat tyada taraaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pankapan ke Bangka lagi, tapi nunggu harga tiket menurun ahhahaha. Kalau berangkat sekarang, yang menurun isi dompet haahhahah

      Hapus
  3. aduh baik sekali ibu hastuti ini, heuheuheuheu
    ditraktir makan terusss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoknya ketiban duren di Bangka, mas. Aman urusan kuliner hahahahah

      Hapus
  4. temenku ada yg orang bangka, daaaan tiap kali mudik dia pasti bawain pempek bangka dan otak2. aku hrs bilang pempek dan otak2 bangka malah yg terenak drpd palembang sih :) .. suka bangettt.

    mie koba aja yg aku blm rasain. kuahnya aroma ikan, rasanya sendiri gurih ato gmn mas? soalnya kayak mie atep belitungkan manis bgt. udh ditambah cabe juga ttp manis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku pribadi lebih suka mie bangka daripada mie belitung yang cenderung manis. Mie bangka kuahnya cenderung gurih tapi beraroma ikan.

      Hapus
  5. Di sana otak-otaknya beda ya mas sama yang di tempatku, kalo ditempatku otak-otaknya dibungkus pakai daun kelapa ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ini mala aromanya lebih asyik kalau dibungkus pakai daun

      Hapus
  6. Penasaran sama Mi Koba yang rasanya kayak kuah pindang ... pindang ikan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mirip kuah pindang menurutku walau lebih pekat

      Hapus
  7. ah kleru bukak pas siang panas panas puasa gini..aku penggemar otak2 juga mas, rasanya soalnya amis2 gimana gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aman mas, selama puasa malah banyak postingan kuliner hahahaha

      Hapus
  8. Bedebah! Kenapa pula saya harus buka ini pas siang-siang di bulan puasa coba?
    Hahaha

    Bangka ini terkenal dengan budayanya yang dapat pengaruh besar dari China ya? Makanan khasnya jelas sekali bernada oriental. Hampir mirip dengan Makassar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang daeng, godaan gambar hanya sesaat.
      Mungkin begitu, karena banyak keturunan china di sana. Wah kapan-kapan kudu singgah di Sulawesi untuk kulineran.

      Hapus
  9. Duh, kalau otak-otak rasa ikan sih enak ya. Mie rasa ikan, apa nggak eneg rasanya?
    Daku pengen ke Batam sama anak-anak, udah nabung, tapi nggak cukup-cukup, ha ha haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agak eneg kalau yang kurang suka aroma ikan pada kuahnya. Tapi lebih enak ini dibanding mie belitung (ini pendapatku) hehehhehe

      Hapus
  10. Cerita kuliner di berbagai daerah ternyata menarik juga. Saya dulu juga suka berkunjung ke berbagai daerah seperti Jambi, Palembang, Medan, Aceh, dsb.

    Tetapi, kurang tertarik dengan mengenali banyak kuliner. Saya hanya mampir ke rumah makan / restoran tanpa ingin menjelajahi aneka kuliner daerah seperti yang dilakukan Bang Nasirullah ini. Sukses Mas Nasirullah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidakm setiap kota saya berburu kulinernya mas. Mumpung pas di sini ada ajakan untuk kuliner khas Bangka, tentu ajakan tersebut tidak bisa disia-siakan hehehehhe

      Hapus
  11. mantep juga kayanya mienya. wah kalo maen kesana kayanya wajib icip mienya nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ke sana, min.
      Doakan juga saya bisa ke Nusa Penida hehehheh

      Hapus

Pages