Senja di Green Village Gedangsari Gunungkidul - Nasirullah Sitam

Senja di Green Village Gedangsari Gunungkidul

Share This
Matahari terbenam dari ujung Gedangsari
Matahari terbenam dari ujung Gedangsari
Tuntas sudah menjelajah sedikit potensi di Desa Wisata Jarum, Klaten. Sedari awal, kami memang fokus melihat geliat potensi yang bisa menjadikan tempat ini sebagai desa wisata, dan pada masanya dapat menggaet wisatawan untuk berlibur di desa wisata Jarum. 

Sudah sore, jalan makadam kami lintasi menggunakan sepeda motor. Sebagai pelengkap, kami disempatkan untuk mengunjungi Green Village Gedangsari. Desa yang berada di perbatasan Klaten – Gunungkidul. Secara administratif, Gedangsari adalah bagian dari Gunungkidul. 

Sepanjang berjalanan, aku sudah ingin turun di tepian jalan. Memotret baskara yang bulat tanpa ada awan yang menutupi. Hanya saja aku menangguhkan. Bersabar agar secepatnya sampai di tujuan. Meski aku tahu, jalan menuju spot yang dituju penuh tanjakan dengan jalan cor. 

Aku pernah mendengar cerita kawan, jika pemandangan dari Gedangsari kala senja sangat indah. Terbukti selama perjalanan ini kulihat langit cerah dengan mentari yang bulan dan menggoda. Benar kata orang kalau dataran tinggi di Gedangsari menjadi spot favorit memotret sunset

“Semoga masih terkejar, mas,” Ujar pemuda desa Jarum yang mengantarku menuju Gedangsari. 

Aku hanya mengangguk seraya menatap baskara yang menggoda. Rombongan terpisah, kendaraanku paling depan. Lamat-lamat kulihat, sepertinya keindahan sunset di Gedangsari memberi isyarat lekas berlalu. 

Jalan cukup terjal, motor meraung kencang. Kendaraan roda dua ini berusaha mencapai tanjakan terakhir. Jalan sudah datar, motor secepatnya menuju area parkir. Aku berlari menuju pintu masuk Gedangsari. Selanjutnya mengerahkan seluruh tenaga meniti tangga. 
Secuil sunset dari Green Village Gedangsari, Gunungkidul
Secuil sunset dari Green Village Gedangsari, Gunungkidul
“Belum terbenam. Belum terbenam,” Ucapku berharap. 

Sampai di atas, aku langsung memotret matahari yang tinggal separoh. Tak sempat kuatur setelan kamera. Langsung memotret, dan terus menekan tombol shutter. Tak ayal, baru beberapa kali mengabadikan, sang baskara tenggelam tanpa menghiraukan kami yang ingin mengabadikan. 

“Dapat!?” Koh Halim dan teman yang lainnya terlambat naik. 

Aku menggeleng. Kami tertawa bersama melihat perjuangan ingin memotret sunset di salah satu spot terindah di Jogja. Rombongan sudah lengkap. Kulihat raut-raut capek mengejar waktu terpancar pada semua rombongan. 

“Tadi mau berhenti di tengah jalan, tapi kok sayang karena sudah dekat,” Terang Mbak Sasa sedikit menyesal. 

Semua juga mempunyai pikiran yang sama. Namun, tidak satupun dari kami berhenti untuk sekadar mengabadikan. Justru terus mengendarai kendaraan hingga sampai di Green Village Gedangsari. 

Sepertinya hanya aku sendiri yang sempat mengabadikan momen mentari terbenam. Tadi sempat terlihat matahari hendak menghilang di ufuk barat, tepat di atas barisan bukit dan sejajar dengan dua pohon Randu. 
Sang baskara sudah hampir tenggelam
Sang baskara sudah hampir tenggelam
Meski sunset telah berlalu. Semburat cahayanya masih tetap terlihat indah. Terlebih kami berada di dataran tinggi. Nun jauh di sana bentangan sawah indah dengan warna jingga. Berkali-kali aku mengabadikan, setidaknya ada sedikit keindahan yang bisa kulihat sore ini. 

“Ini kalau jadi tulisan judulnya, terlambat memotret senja di Gedangsari,” Celetukku. 

Hari makin petang, semburat rona jingga merekah di ufuk barat. Di sudut yang lain, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu terlihat jelas. Warna siluet ini menarik diabadikan. Benar adanya, jika tepat waktunya, di Gedangsari pemandangan senjanya menggoda. 

Sejatinya, Gedangsari adalah salah satu destinasi wisata andalan di Gunungkidul. Berbeda dengan destinasi pada umumnya di kabupaten tersebut yang identik pantai atau berkaitan dengan air. Di sini kita dimanjakan panorama senja dengan hamparan sawah. 

Siang hari, Green Village Gedangsari sangat ramai. Ada beberapa joglo serta tempat semacam spot foto. Spot foto ala-ala yang ada di sini sudah mulai rapuh, menurutku sudah harus diganti. Terutama yang menghadap ke barat. 
Pemandangan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu kala senja
Pemandangan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu kala senja
Salah satu yang menarik minat para pengunjung ke sini adalah adanya flying fox panjang. Konon menjadi salah satu yang terpanjang di Indonesia. Sayangnya aku tidak bisa menyaksikan pengunjung yang menaiki flying fox tersebut karena sudah sore. 

Kami duduk di salah satu gazebo kecil. Sebagian teman mengelilingi jalur jalan kaki yang sudah ada anak tangganya. Tak ada target apapun, kami hanya mengabadikan sisa-sisa semburat senja. Warnanya masih tetap bagus diabadikan. 

Tidak ada yang menyesal meski tak bisa memotret mentari kala hendak terbenam. Kami tadi memang menikmati setiap perjalanan menjelajah sudut desa wisata Jarum. Mulai dari pembuatan batik, hingga pembuatan cobek dari batu. 

Lamat-lamat, petang menggelayut. Kami hendak bergegas turun. Menariknya di ufuk timur, rembulan tampak bulat. Sekilas ini seperti bulan purnama. Kami menikmati suasana di sini, angin sedikit berembus, hawa dingin rasanya mulai menusuk. 
Semacam bulan purnama
Semacam bulan purnama
Menjelang petang, angin berembus agak kencang. Sebagian dari kami menggigil. Rombongan para pemburu sunset yang terlambat menuju musola yang ada di bawah. Kami menyempatkan salat magrib berjamaah. 

Tak terlihat tulisan Green Village Gedangsari yang besar dan sering menjadi latar ketika pengunjung berfoto. Petugas yang di sini sudah tidak banyak, mereka duduk di salah satu warung yang berada di seberang jalan. 
Ranting pohon yang meranggas dan senja
Ranting pohon yang meranggas dan senja
Tuntas mengerjakan salat, kami semua turun kembali menuju desa wisata Jarum, Klaten. Malam besok pagi ada pertunjukan wayang tepat di depan perempatan balai desa. Sebelumnya, esok pagi aku dan rombongan turut mengikuti jalan sehat bersama warga. 

Pada kenyataannya, rombongan kami memang belum beruntung mengabadikan sunset di salah satu spot terbaik di Gunungkidul. Namun, secara keseluruhan, kami menikmati perjalanan ini. Sedikit hasil dokumentasi yang kudapatkan, mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan untuk main ke Gedangsari. *Gedangsari, Gunungkidul; 25 Agustus 2018.

10 komentar:

  1. Beh, gitu aja udah bagus hasilnya. Gimana kalau gak buru-buru atau gak telat mengabadikannya ya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari semua motor yang berdatangan, cuma aku yang bisa memotret hahahah. Teman yang lain sudah gak bisa dapat :-D

      Hapus
  2. bagus loh.. malah sehabis tenggelam warna merahnya makin nyala ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas,
      cuma kudu nyari objek buat bidikan biar tidak cuma merah aja hahahahha

      Hapus
  3. unik juga penggunaan kata "baskara"
    heuheuehu
    udah lama gak denger kata itu
    jadi inget temen SMA dulu, ada yang namanya Baskoro

    Btw memang semburat cahaya setelah matahari terbenam itu cantik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, sengaja menyisipkan sedikit dengan diksi berbeda. Sudah agak indie belum? ahahhaha

      Hapus
  4. Wah, kini makin banyak desa yang mengembangkan wisata. Tidak sedikit yang sukses. Dana desa yang besar, yakni Rp 1 miliar, memang sangat besar. Bisa membiayai berbagai program untuk memajukan desa. Sangat menarik laporannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gedangsari sudah lama menjadi desa wisata, pun dengan Jarum. Hanya saja kadang sempat mau mati

      Hapus
  5. aku jd penasaran , yg bagusnya lagi seperti aoa, krn yg ini aja udh baguus banget sih hahahaha.. Aku bukan ahli soal fotography sih, makanya kalo disuruh motret senja, ya ga tinggi2 harapannya. bisa kliatan seperempat gini, buatku udh ukuran sukses hahahahah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, sama-sama bagusnya sih mbak. Hanya saja memang pas di sini momentumnya kurang dapat.

      Hapus

Pages