Sekian lama tidak menginjakkan kaki di Jakarta, kali ini aku menjadi salah satu dari banyak orang yang menyibak jalanan kala siang. Transportasi daring mengantarku dari Kota Tua menuju Stasiun Kereta Api BNI City. Dari sana nantinya aku dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Bandara Soetta.
“Berhenti di sini saja, bang,” Pintaku saat melihat ada portal akses jalan masuk. Aku ingin menyusuri jalur pejalan kaki hingga ke stasiun.
Dari depan sudah terdapat plang petunjuk arah untuk pejalan kaki, parkir kendaraan, serta lobi stasiun. Sepanjang perjalanan di jalur pedestrian, sisi kiri terdapat parkir sepeda motor. Tidak selang lama, bus Transjakarta melintas di sisi kanan. Lantas berhenti tepat di tulisan Stasiun Kereta Api BNI City.
Ketika ada wacana ingin menjajal kereta api menuju bandara Soetta, aku langsung tebersit untuk mengambil sedikit dokumentasi. Ingin mengulas pengalaman naik kereta api ke bandara. Sesuatu yang menarik bagi orang seperti aku.
Menuju Stasiun Kereta Api di Stasiun BNI City |
Stasiun kereta api BNI City hanya melayani penumpang yang hendak ke bandara. Di satu area ini terdapat beberapa stasiun, antara lain Stasiun Sudirman dan juga Stasiun Dukuh Atas BNI. Tiap stasiun berbeda layanannya.
Kami beranjak mencari tempat pemesanan tiket. Di stasiun kereta ini sudah ada petugas yang siap melayani dan mengarahkan tahapan demi tahapan dalam memesan tiket, hingga mencetaknya. Mesin cetak tiket berjejer di tepian, sudah ada orang yang memesan.
Tulisan merah mencolok di depan Stasiun BNI City |
Nominal pembayaran tertera, kartu debit dimasukkan, dan memasukkan sejumlah tarif yang tertera. Ketika pembayaran sukses, mesin bekerja untuk mencetak tiket. Harga satu tiket yang kami bayarkan sebesar 60.000 rupiah.
Tiap satu jam, terdapat dua kali jadwal kereta api menuju bandara. Aku di stasiun pukul 17.00 WIB. Jadwal yang tertera adalah 17.20 WIB dan 17.50 WIB. Pada tiket terdapat nominal harga, kode batang, kode pemesanan, hingga keterangan waktu sampai lokasi tujuan.
Proses pemesanan dan mencetak tiket kereta api bandara |
Fasilitas seperti musola dan tempat khusus ibu menyusui pun lengkap. Aku menjelajah menuju toilet. Toilet di sini masih sangat bersih, petugas kebersihan memeriksa secara berkala. Sewaktu aku masuk, dia sedang mengepel lantai.
Suara pelantang menginformasikan sebentar lagi kereta api bandara datang. Kuambil tiket yang sudah tercetak, aku sedikit berlari menuju tempat pindai tiket. Ada banyak jalur untuk melewati portal dengan memindai kode batang. Lampu berwarna hijau, portal tersebut terbuka. Aku langsung melintas.
Tidak semua calon penumpang lancar saat berusaha memindai kode batang pada kertas tiket. Ada beberapa orang yang sedikit tersendat karena mesin pindai belum mendeteksi. Kulihat warna yang muncul merah. Petugas di sana sigap, beliau langsung membantu calon penumpang tersebut.
Proses scan (memindai) barcode tiket pada portal |
Belum ada tanda-tanda kereta api datang. Aku berjalan di sekitaran stasiun. Plang informasi posisi kita tersemat di salah satu tembok penyanggah. Rute yang tertera bertuliskan Stasiun BNI City – Stasiun Duri – Stasiun Batu Ceper – Stasiun Bandara Soetta.
Di sepanjang tempat tunggu, terlihat jalur khusus disabilitas dengan warna kuning. Pada jarat tertentu terdapat spot menunggu tepat di depan pintu kereta api. Secara garis besar, fasilitas seperti ini sangat bagus. Para teman disabilitas bisa tahu jalurnya.
Lamat-lamat terdengar suara gemuruh. Ini menandakan kereta api bakal datang. Benar saja, dari ujung jalur sudah tampak kereta api yang melaju, sedikit melambat. Dari kejauhan pula terlihat petugas yang menjaga di ruang tunggu sedikit berlari, memeriksa calon penumpang yang sekiranya kesulitan naik.
Kereta Api yang mengantarkan penumpang ke Bandara Soetta |
Penumpang silih berganti masuk, namun tetap sedikit lengang. Sempat kuabadikan kala gerbong lengang. Di sini pula, aku sempat mengabadikan diri kala di gerbong. Mumpung sepi. Dibantu kawan, akhirnya terabadikan.
Sepertinya tidak hanya aku. Di belakang juga terlihat penumpang saling mengabadikan diri. Mungkin ini menjadi pengalaman pertama mereka. Sama seperti aku di sini. Posisi kursi terbagi menjadi dua arah. Ini mengingatkanku saat naik Kereta Api Wijayakusuma. Pada kursi nomor 8 dan 9, tempat duduknya saling berhadapan.
Kursi di kereta api bandara malah lebih besar dan luas. Menarik jika kursi-kursi seperti ini terpasang pada seluruh kereta api yang ada di Indonesia. Aku menikmati pemandangan senja dari jendela kereta api. Lambat laun, laju kereta makin kencang.
Susunan kursi di dalam kereta api bandara |
Berfoto di kereta api bandara kala lengang |
Lucunya, laju kereta api ini berbalik. Sepertinya mengarah ke stasiun BNI City lagi. Beruntung aku duduk di kursi yang berhadapan. Sontak aku berbalik tempat duduk. Pun dengan penumpang yang ada di seberangku. Dia juga pindah kursi agar searah dengan laju kereta api, atau menghadap depan.
Selama duduk di kursi, ada yang menarik perhatianku. Slot colokan kabel USB tersemat di antara dua kursi. Di sana terdapat dua slot colokan. Jika kalian membutuhkan listrik untuk gawai. Colokan ini bisa dimanfaatkan sementara waktu.
Fasilitas pengisian baterai gawai di kereta api |
Hingga akhirnya mendekati bandara. Kereta api melambat. Suara pelantang menginformasikan bahwa kami sudah berada di Stasiun Bandara Soetta. Informasi lain yang disampaikan adalah terkait tiket. Jangan sampai kita menghilangkan tiket tersebut.
Turun dari kereta api, kami melangkah mencari trasportasi bandara yang mengarahkan ke Terminal Dua. Tiket kereta api tadi kembali digunakan untuk membuka portal jalur menuju bandara. Aku bergegas menuju salah satu jalur yang kosong, dan meletakkan tiket pada alat pemindai.
Alhasil, perjalanan singkat ini membuatku sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta. Kami bergegas menuju tempat tunggu. Menantikan bus bandara yang mengantarkan hingga ke Terminal Dua. Aku kembali duduk santai, menunggu bus datang.
Sampai di Bandara Soekarno-Hatta |
Sebuah pengharapan yang pastinya disepakati banyak orang. Adanya transportasi langsung dari pusat kota ke bandara menjadi fasilitas yang sangat vital. Terlebih jarak antara pusat kota dengan bandara baru cukup jauh. Semoga saja. *Bandara Soetta; 10 Juli 2019.
aku blm prnh rasain kereta bandara ini mas. sbnrnya pengen, tapi masalahnya utk menuju ke bni stasiunnya, itu jauh dari rumahku;p. hrs naik taxi ato taxi online lg. ato ojek kalo ga bawa koper. ya biayanya mahal juga. makanya kalo ke bandara aku slalu taxi, krn dr rumahku di rawamangun, tinggal masuk tol yg lgs ksana. itu makanya ga rezeki mulu ngerasain kereta bandara :) .
BalasHapusHehehehe, memang transportasi ini malah lebih ramai dari bandara ke kota, ini hanya menurutku. Aku naik ini karena penasaran ahahahah
Hapuswuih mantap tuh kalau nanti fasilitas transport seperti ini dibangun juga di NYIA
BalasHapusHarapannya juga begitu mas.
HapusMisalnya ada kan asyik ahahahahah
belum pernah menikmayi kere ke soetta, saya pernah ya kereta dari medan ke bandara kualanamo mas, kalau untuk fasilitasny fasilitasny kayaknya 11-12 deh, cuma bedanya stasiun kereta di medan cuma 1 gedung aja, tiket beli di konter, nanti dikasih kartu, gitu mau masuk gate kereta, masukkan kartu kedalam gate
BalasHapusSaya malah penasaran dengan Kualanamu. Berarti model akrtunya seperti trans jogja, ketika kartunya sudah dimasukkan, nanti portalnya terbuka.
HapusInterior keretanya terlihat elegan sekali. Saya suka pemilihan warnanya :D
BalasHapusHaloow, kamu lama tidak nongol. Apa malah ganti domain ya? hahahahahha.
Hapusya ampuuun itu kursi2 kece banget, masih keliatan baruuu.. bersih banget pula ya.. enak tuh colokannya disela-sela kursi, nggak di dekat kaca jendela, jd masih bisa mainan hp meski pas di cas.. hhh
BalasHapusKeknya memang baru semua haahhahaha. Benar, loaksi colokan malah bagus seperti ini ahahhaha
Hapuswahhhh saya aja yang orang jakarta belum pernah naik KA bandara ini .. hebat mas Sitam ini :)
BalasHapusMumpung pas bertepatan dengan tugas kantor di Jakarta, kang. Jadi sekalian jajal ahhhhahaha
Hapus