Sore Hari di Pantai Parai Tenggiri Bangka - Nasirullah Sitam

Sore Hari di Pantai Parai Tenggiri Bangka

Share This
Pantai Parai Tenggiri Bangka

Dari pantai ke pantai, itulah agenda hari ini. Keluar dari Pantai Tongaci, mobil terus menuju destinasi pantai yang lainnya. Tujuannya kali ini adalah Pantai Parai Tenggiri. Konon pantai ini sudah terkenal sejak lama bagi wisatawan. 

Kunikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Jalur cukup lancar, tidak ada tersendat layaknya di tengah kota. Berbagai barisan pantai terlihat. Pun dengan bebatuan yang menjulang tinggi. Bangka dan Belitung memang terkenal dengan bebatuan granit. 

Lucunya, mobil kami sengaja masuk ke Pantai Matras, padahal tidak ada agenda ke tempat ini. petugas yang berjaga menghentikan mobil, karena tiap kendaraan yang ingin singgah di pantai tersebut harus membayar. Bapak yang menyetir bilang kami tidak turun, hanya kurang dari lima menit, lantas keluar. 

Benar saja, deretan panjang pasir putih tampak di sisi kanan. Tepat di tulisan besar “Pantai Matras”, mobil berhenti dan memutar balik. Di bibir pantai ada beberapa wisatawan yang sedang menikmati suasana pantai. 
Melintasi Pantai Matras Bangka
Melintasi Pantai Matras Bangka

“Biar kalian tidak penasaran dengan pantainya, jadi numpang lewat,” Celetuk bapak supir. Kami tertawa. Selepas itu ke arah pintu masuk dan menyapa petugas yang tadi berjaga. Bisa dipastikan petugas yang berjaga hanya geleng-geleng kepala heran. 

Tak kulihat plang petunjuk arah. Mungkin sempat ada, namun tak kulihat. Barisan nyiur melambai. Mobil melambat, tampak bangunan semacam anjungan di dekat pantai. Tempat ini semacam resort. 

Benar adanya, mobil berhenti di depan bangunan resort. Tersemat tulisan Parai Resort and Spa. Seperti yang sudah kubaca di beberapa tulisan perjalanan kawan, pantai Parai berlokasi di resort. Lokasinya ada di Kawasan Wisata Terpadu Pantai Para Tenggiri, Sungai Liat, Bangka. 

Aku tidak sendirian, ada beberapa mobil yang terparkir dan membawa tamu. Semua tamu menuju bangunan terbuka. Lantas mendata serta membayar untuk biaya masuk pantai. Masuk pantai di sini secara otomatis masuk ke area Parai Resort & Spa. 

Entah berapa rupiah biaya untuk masuk. Sebelum masuk, aku sudah dibayari kawan. Jika kucari informasi, untuk biaya masuk sekarang berkisar antara 25000 rupiah. Kuambil kamera untuk membuat vlog. Untuk sesaat aku beraksi di depan kamera. Sementara kawan yang lainnya hanya terkekeh melihat polahku selama di Bangka. 

Jalan kecil sisi kiri bangunan kutapaki. Terdengar suara nyanyian dari pelantang. Tepat di dekat kolam renang, ada semacam hajatan. Aku berlanjut menuju hamparan pasir. Laut cukup tenang dan menyenangkan untuk bermain air. 
Jalan kecil menuju Pantai Parai Tenggiri
Jalan kecil menuju Pantai Parai Tenggiri

Tepat di dekat jalan menuju pantai terdapat spot foto dengan bingkai berbentuk Instagram bertuliskan Parai Resort & Spa. Ada yang berfoto, aku melewatkan. Kaki ini kembali rindu butiran pasir. Kulepas sandal, lalu berlarian di tepi pantai. 

Sepi, itulah yang terekam pada mataku. Sebagian orang sibuk bermain air nun jauh di dekat perairan yang tertutup bukit. Selebihnya duduk asyik menikmati waktu sore sembari mengepal pasir, lalu melemparkannya. 

Deretan anjungan menghadap ke pantai. Nyiur tertata rapi membuat suasana makin teduh. Suara ombak kecil beriak kala mengempas di bibir pantai. Angin sepoi, dan aku masih berusaha mengabadikan suasananya. 
Hampara pasir putih di Pantai Parai Tenggiri
Hampara pasir putih di Pantai Parai Tenggiri

Cuaca tidak sepenuhnya cerah, gumpalan awan tersebar. Aku tertarik menuju bongkahan bebatuan berwarna putih di sisi kanan. Sedikit yang ada di bebatuan tersebut. Seingatku ada seorang remaja yang berusaha mengabadikan diri menggunakan gawai. 

Kami bertegur sapa. Aku sempat membantunya mengabadikan diri. Lumut-lumut pada bebatuan yang terendam air sedikit licin. Harus hati-hati saat menapakkan kaki agar tidak terpeleset. Dari ujung sini, tampak keramaian para pengunjung yang bermain air. 

Tidak tampak sang baskara. Mungkin sedang dirundung awan tebal. Aku berlarian menuju ujung bukit yang satunya. Dari sini terlihat ada jembatan yang menghubungkan. Sedari tadi bukit tersebut banyak dikunjungi para wisatawan. 

Samudra tenang, pada garis pemisah lautan dan angkasa terdapat kapal-kapal yang sedang berlayar. Cuaca laut cukup menyenangkan. Tidak ada gelombang. Berbeda halnya dengan peralihan tahun yang biasa ombak cenderung labil. 
Bebatuan menjulang tinggi di tepian pantai
Bebatuan menjulang tinggi di tepian pantai

Kuturuti bibir pantai menuju bukit satunya. Hingga akhirnya aku merasa ada yang sedang menunaikan salat. Kuambil jalur agak jauh, melewati jembatan beton yang jaraknya lebih dekat dengan daratan. Sesekali kubidik lelaki yang menunaikan salat asyar. 

Pukul 17.00 WIB, suasana pantai masih lumayan sepi. Satu-satunya tempat yang lumayan ramai ada di ujung bukit yang terdapat jalur jembatannya. Mungkin karena pantai ini menghadap ke timur, sehingga menjelang sore kurang banyak peminatnya. Atau malah karena berbayar. 

Jembatan cor ini memanjang melintasi hamparan pasir menuju bukit. Jika sekilas dilihat, sepertinya bukit ini terpisah, hanya disambung dengan endapan pasir dan jembatan cor. Sesekali kuambil vlog untuk melengkapi tulisan. 
Jembatan cor menuju Parai Tenggiri
Jembatan cor menuju Parai Tenggiri

Sisi kiri jembatan pemandangannya lebih bagus. Berbeda dengan pantai Parai yang berada tepat di belakang resort. Di sini tiap sebaran bebatuan lebih merata. Menurutku, tempat ini tidak terlalu nyaman untuk berenang. Kalau untuk bersantai mungkin lebih pas. 

Meski dominan dengan bebatuan di perairan, tetap saja ada wisatawan yang bermain air. Mereka mungkin sengaja main di sini agar terhindar dari ombak langsung. Cuaca memang mendukung, sehingga tidak ada ombak. Jika musim ombak labil, tidak kurekomendasikan bermain air di sisi tersebut. 

Di ujung jembatan, jalur sedikit menanjak. Aku sarankan kalian yang ingin naik ke bebatuan ini menggunakan alas kaki. Di sini juga ada semacam rumah limasan yang lumayan besar dan terbuka. Aku menyusuri jalur menuju atas. 
Di sisi lain, pantai Parai Tenggiri didominasi bebatuan
Di sisi lain, pantai Parai Tenggiri didominasi bebatuan

Bukit yang merupakan bongkahan batu besar ini nyatanya menarik banyak wisatawan. Di atas bebatuan ini ada banyak wisatawan yang berfoto. Aku melihat keramaian para pengunjung. Sepertinya ada satu tim yang sedang membuat konten dengan model perempuan. 

Menjelang gelap, para pengunjung sebagian besar sudah turun. Spot yang sedari tadi digunakan antre berfoto lumayan lengang. Kuambil kamera dan memasang tripod gorilaz. Tidak lupa membuka aplikasi di gawai untuk memotret. 

Tidak terasa waktu beranjak petang. Aku bergegas turun, teman yang lainnya sudah menunggu. Pantai Parai Tenggiri menurutku mengasyikkan bagi wisatawan. Bagi warga setempat, mungkin berpikiran beda karena masuknya berbayar. Semoga kebersihan pantai ini terjaga, sehingga para wisatawan bisa nyaman kala berkunjung. 
Spot foto di Pantai Parai Tenggiri menghadap ke samudera
Spot foto di Pantai Parai Tenggiri menghadap ke samudera

Tuntas sudah kunjungan menyusuri pantai di Bangka. Rencananya malam ini ingin menikmati boga bahari di Aroma Laut Restaurant. Sebuah restoran yang berbentuk kapal kayu dengan sajian masakan laut. Patut dinikmati. *Pantai Parai Tenggiri; 26 Oktober 2019.

16 komentar:

  1. sekilas foto yang di atas namanya pantai miras, eh ternyata pantai matras, heuheuheu.

    sepi banget ya, mungkin karena mahal ya tiketnya?

    tapi jadi lebih tenang dan bersih sih, nyaman buat bersantai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiketnya murah, mas. Ini malah banyak orang warga setempat yang main. Kalau pengunjung biasanya ke tempat-tempat yang sudah ditenak.

      Hapus
  2. Foto nomor 3 mirip ujungnya Tanjung Kelayang. Mirip banget ya pantai-pantai di Bangka sama yang di Belitung. Aku belum sempat mblusuk Bangka, cuma lewat doang. Masuk dari Muntok, naik bis sampai Pangkalbalam, terus naik kapal cepat ke Belitung.

    Kayaknya keindahan Bangka sebenarnya terkuak berkat Laskar Pelangi juga ya, Mas? Sebelum Belitung terekspos, Bangka tetangganya cuma tenar karena timahnya doang kayaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekilas memang sangat mirip, mas. Pun dengan melihat batu-batu granitnya. Ketika Belitung dikenal, akses transportasi dari Bangka untuk penyeberangan, ini pasti berpengaruh pada wisatawan. Keduanya penghasil timan, dan mempunyai beberapa tempat cekungan yang sekarang malah dijadikan wisata danau.

      Hapus
  3. pantainya keren banget yah dengan pasir putih keemasan yang bersih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enaknya lagi di sini sepi dan bisa berlarian haaaa

      Hapus
  4. pantainya keren banget iini mas! keren lah

    BalasHapus
  5. Pantainya keren kang, sayangnya agak sepi. Sama sih kayak pantai di tempat ku.
    Kebanyakan orang sibuk bermain air di dekat perairan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Daerah mana kang? Siapa tahu bisa kujadikan opsi dolan waktu liburan

      Hapus
  6. bangka .... memang pantainya kece kece ya mas Sitam
    ada yang berpasir putih .. dan pantai berbatu batu besar unik .. khas bangka ... top deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, bentuk pantainya sekilas mirip dengan Pulau Belitung. Menyenangkan

      Hapus
  7. asli keren bangeeet batu2nya juga artistik hehehee.. semoga sya tahun 2020 ini bisa mengunjungi pantai ituu :))

    BalasHapus

Pages