Toska Kahve, Kedai Kopi Asyik di Dekat Alun-Alun Wates - Nasirullah Sitam

Toska Kahve, Kedai Kopi Asyik di Dekat Alun-Alun Wates

Share This
Minuman di Toska Kahve Wates
Minuman di Toska Kahve Wates
Kereta Api Prameks berhenti di Stasiun Wates. Aku bergegas turun, lalu duduk santai di tongkrongan bapak-bapak ojek pangkalan. Sesekali kulihat beliau menyapa pengunjung yang baru keluar dari stasiun, menawari untuk diantarkan ke tujuan. 

Satu jam aku bersantai di tongkrongan ojek pangkalan. Pukul 08.00 WIB, aku berjalan kaki menuju Alun-alun Wates. Hari ini kurencanakan mengunjungi salah satu instansi di Kulon Progo pukul 14.00 WIB. Baru juga berjalan, kudapatkan informasi agenda hari ini dibatalkan, diundur besok siang. 

Aku sudah mengantisipasi ini, sedari kemarin sudah menghubungi admin Toska Kahve untuk berkunjung. Kedai kopi tersebut buka pukul 09.00 WIB. Artinya, masih ada waktu satu jam untuk kuhabiskan waktu sembari menunggu kedai kopi buka. 

Pukul 09.09 WIB, aku sudah berada di depan kedai kopi. Sebelum menuju meja barista, aku mencuci tangan di wadah yang sudah disiapkan. Sudah menjadi keharusan bagi kedai kopi di masa pandemi. Jika tidak menyediakan air untuk mencuci tangan, mereka harus menyediakan cairan antiseptik. 
Barista sedang membuatkan kopi
Barista sedang membuatkan kopi
Lantunan musik pelan menyambutku. Dari jendela, terlihat dua perempuan yang membuka kedai kopi. Jendela depan tergeser, seorang barista perempuan menyapa. Aku mendekat, terdiam sesaat menatap daftar menu yang disediakan. 

Memang masih pagi, akupun menghindari minuman manual seduh. Di etalase terdapat kemasan biji kopi hasil roasting dari Klinik Kopi dan Space Coffee Roastery. Mata ini membaca satu persatu minuman yang agak manis. 

“Vietnam Drip saja, mbak,” Jawabku. 

“Baik mas, satu minuman Vietnam Drip hot. Ada yang lain?” Ujar barista. 

Kembali aku amati menu yang terpajang di sekatan kaca. Aku melihat ada menu makanan berat dan beberapa kudapan. Satu tulisan yang menarik perhatianku sebenarnya adalah Indomie Telur. Tapi, pada akhirnya aku memesan Loco Moco. Konon menu ini paling sering dipesan pengunjung. 

Di Toska Kahve ini, hampir semua menu harganya antara 14.000 – 21.000 rupiah. Harga yang menurutku lebih murah dibanding kedai kopi di sekitaran Jogja. Bisa jadi, perbedaan tempat menjadikan kedai kopi ini berkisar harga tersebut. 
Daftar menu dan harga di Toska Kahve Wates
Daftar menu dan harga di Toska Kahve Wates
Selama di sini, aku berkomunikasi dengan owner Toska Kahve melalui pesan Instagram. Aku meminta izin untuk mengambil gambar dan vlog, serta izin untuk merepotkan barista selama di kedai. Setidaknya sewaktu ingin salat duhur. 

Di pesan, beliau memang mengatakan belum ada tempat untuk musola. Tapi bagi pengunjung yang ingin salat, barista yang berjaga memberikan satu tempat di belakang untuk menunaikan ibadah. Akupun tak masalah, toh selama pandemi seperti ini, rata-rata musola tertutup bagi pendatang. 

Toska Kahve adalah kedai kopi yang dibuka sejak 09 September 2017. Pada dasarnya kedai kopi ini menyediakan minuman manual seduh. Hingga sekarang, menu minuman lebih beragam. Salah satu minuman yang paling laris dibeli adalah kopi susu. 

Berlokasi tidak jauh dari lingkungan instansi pemerintahan serta salah satu kampus. Toska Kahve cukup strategis. Terlebih tatanan interior ruangan cukup bagus. Di bagian luar, meja dan kursi ditata sedemikian rupa. Bagi pengunjung yang datang rombongan, mereka bisa mengatur meja ataupun kursi sesuka hati. 

Di depan, tempat parkir motor pun bisa menjadi opsi tempat duduk terbuka kala sore ataupun malam. Menurut informasi, kunjungan makin ramai selepas magrib. Padahal pagi ini, sudah banyak pengunjung yang datang. Tak ketinggalan ojek daring silih berganti. 
Salah satu sudut ruangan Toska Kahve Wates
Salah satu sudut ruangan Toska Kahve Wates
Aku memilih area luar agar leluasa bergerak. Sudut yang berdekatan dengan jendela kasir menjadi tempat favoritku selama dua hari berturut-turut. Stop kontak tersedia, pun dengan jaringan internet. Tiap pengunjung yang membutuhkan internet diberi kertas username dan sandi. 

Jaringan internet cukup stabil. Aku beberapa kali mengunggah materi berjalan dengan lancar. Pun kala aku sedang melanjutkan aktivitas blogwalking. Tak ada masalah dengan jaringan internet. Semua terkendali dengan baik. 

Suara musik dari pelantang agak kencang. Mungkin ini bertujuan agar suara tak bising dengan lalu-lalang kendaraan di depan. Aku sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. Sehingga tak menjadi masalah kala harus berkonsentrasi untuk bekerja. 

Di ruangan dalam hanya ada beberapa tempat duduk. Rata-rata mereka yang duduk di luar fokus untuk bekerja ataupun mengerjakan tugas. Di dalam lebih sunyi. Hanya terkadang suara pintu tergeser kala barista mengantarkan pesanan di bagian luar kedai. 

Pada bagian tembok dalam kedai, berbagai kemasan biji kopi yang pernah dipesan bergantungan. Ada nama-nama kemasan yang tak asing olehku. Di depan meja barista dan di luar, terdapat susunan koleksi buku yang bisa dibaca. 

Bagi yang ingin meneguk air mineral, tempat air disediakan di luar. Tepat di dekat jendela barista. Pun dengan gelasnya. Selain itu, di sana juga tersedia tempat untuk menaruh asbak. Bagi pengunjung yang merokok, area luar menjadi pilihan utama. 

Siang ini pengunjung ramai. Belum juga pukul 12.00 WIB, di ruangan dalam sudah dihuni dua perempuan yang mengerjakan tugas kuliah. Pun meja ujung diduduki dua lelaki. Salah satunya menggunakan seragam polisi. 
Melayani calon pembeli di kedai kopi
Melayani calon pembeli di kedai kopi
Meja yang di luar pun begitu. Di sisiku tiga orang sedang asyik berbincang. Telingaku sedikit menguping pembicaraannya. Mereka sedang berdiskusi panjang tentang agama. Sepasang muda-mudi depanku juga sibuk menelpon klien dengan memberi arahan. 

Berbeda halnya dengan sekumpulan remaja yang duduk di pojokan. Sepertinya mereka adalah pelanggan tetap Toska Kahve. Lima remaja yang memesan dua botol Coffee Beer Kapiten, lalu meminta lima gelas kosong ditambahi kepingan es batu. 

Tiap ada pengunjung datang, barista menyapa dengan hangat, lalu ditanya apakah ingin memesan langsung atau membawa kertas menu ke meja. Pramusaji sudah bersiap dengan tugasnya. Tatkala pengunjung duduk, dia bergegas mengelap meja untuk dibersihkan. 

Sepertinya ini menjadi standar operasional prosedur barista maupun pramusaji di sini. Aku mengamatinya selama dua hari. Hampir alur yang dikerjakan sama. Menjadi hal yang menarik, karena sejatinya barista bukan sekadar peracik minuman, mereka juga dituntut untuk berinteraksi dengan baik. 

Tak kuhitung sudah berapa kali ojek daring silih berganti datang dan pergi. Minuman-minuman es menjadi target pangsa pasar yang tepat. Jika boleh kuambil simpulan, kedai kopi ini selama aku di sini sangat ramai yang memesan minuman. 

Secara berkala pesananku datang. Pertama adalah minuman Vietnam Drip dan juga Loco Moco. Minuman Vietnam Drip ini pas kusesap kala pagi. Tidak terlalu tebal, cukup bisa diterima oleh perut saat pagi. 
Vietnam Drip dan sarapan Loco Moco
Vietnam Drip dan sarapan Loco Moco
Aku tertarik melihat makanannya. Sarapan sekaligus makan siangku adalah Loco Moco. Nasi seporsi berukuran besar, di bawahnya ada telur dadarnya. Serta bagian atas adalah daging sapi. Sekilas kuahnya mirip saat kita makan di Warung Steak. 

Hari kedua, pesananku berbeda. Untuk minuman, aku memesan cappucino. Siangnya kuminta dibuatkan Indomie Telur. Sementara cemilannya adalah Croissant seharga 10.000 rupiah yang jumlahnya ada tiga berukuran kecil. 

Untuk menikmati Croissant ini sebaiknya tidak hanya diberi garpu. Ke depannya kalau bisa diberi pisau potong, sehingga pengunjung yang ingin menikmati bisa memotong sebelum dioleskan ke cairan coklat ataupun yang lainnya. Ini sekadar masukan saja. 

Terlepas dari itu semua, aku cukup senang di kedai kopi ini. Suasana nyaman, baristanya juga ramah, pelayanannya baik, dan beberapa kali kurepotkan. Jika ingin bekerja, lebih baik datang ke sini pagi atau sebelum asyar. Jika sekadar nongkrong, waktu sore dan malam itu paling tepat. 

Jika kalian ada kunjungan ke instansi di Kulon Progo, dan lokasinya tidak jauh dari Alun-alun Kulon Progo. Mungkin bisa menyempatkan menyesap kopi di Toska Kahve. Misalkan waktu mendatang aku berkunjung lagi, rasanya ingin menyesap minuman manual seduhnya. *Toska Kahve Wates; 11 & 12 Agustus 2020.

21 komentar:

  1. kirain lagi nongkrong di rusia, ternyata di wates, heuheuheu. namanya itu lho...

    menarik banget sih itu loco moco nya, enggak kelihatan telur dadarnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaha, kalau ke Rusia pokoknya ke Kazan kakakakakkaka

      Hapus
  2. Lucuu ya nama menunya Loco Moco :D. Aku td mikirnya sejenis nachos mungkin, ternyata setelah baca di bawa nasi Dengan lauk :D.

    Slama pandemi jujurnya aku jrg bgt ke kafe kopi mas. LBH sering mesen online. Tp sblmnya, adalah bbrp kali suami ngajakin refresh bntr k kafe kopi walopun dia mesennya coklat :p.

    Biasanya kami cari kafe yg bener2 sepi dan kalo bisa g ada pengunjung :p. Agak susah sih memang, itu juga yg bikin jarang kluar jadinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini nasinya buanyak banget, sampai kenyang ahahahhaha.
      Benar mbak, selama pandemi memang harus ada yang dipilah-pilah. Saya sendiri cenderung ke kedai pada saat jam kunjungan sepi. Kalau sudah ramai biasanya pulang

      Hapus
  3. Interiornya menarik, minimalis modern gitu, nggak kaya Wates yang buatku terkesan lebih Jawa dengan tone warna coklat dan ijo tua. Itu loco moco-nya kok jatuhnya murah banget ya mas. Kayaknya porsinya besar lagi. Ini Toska Kahve emang harganya murah-murah ya menunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, memang tampilannya minimalis banget. Tapi menyenangkan kok ke sini. porsinya gede banget dan kenyang hahahhaha

      Hapus
  4. Salfok sama nama makanannya mas, Loco Moco hihi unik ya.
    Btw itu nyari tempat duduk di pojokan biar dpt stop kontak gitu hehehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, makanan dengan porsi besar dan menyenangkan untuk dimakan sampai kenyang

      Hapus
  5. Salah satu hal yang bikin saya betah nongkrong di satu kafe adalah keramahan barista dan pramusajinya, Mas. Bukan keramahan yang bikin kita malah canggung, tapi yang natural aja. Kadang suka risih kalau semua awak pada serentak bilang "Terima kasih" banter-banter pas keluar dari kafe. :D Dari cerita Mas Sitam, kalau pelayanan di kafe ini bagus, rasanya memang pantas kalau kafe ini ramai sejak siang.

    Btw, saya suka nama kafenya. Kelihatan kalau pemiliknya ngerti sejarah kopi. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, benar juga ya. Keramahan yang natural menjadi kunci, mas.
      Terkait penamaan, saya juga sepakat dengan njenengan terkait pemilik kedai kopi.

      Hapus
  6. kalo mas sitam tertarik sama Loco Moco, aku sebaliknya hahaha. aku ngerasa Loco Moco itu terlalu berat buatku hahaha.

    kalo ke sana mungkin aku nyoba pancake-nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya kalau lagi laper pas pagi, Loco Moco menjadi pilihan paling tepat untuk perut

      Hapus
  7. Loco Moconya menggoda banget uhh, apalagi belum sarapan nih. wkwkwk
    meski belum ada mushalanya tapi kalau disediakan ruang untuk beribadah nggak masalah lah, daripada mesti keluar kedai dulu kan, ahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kemarin beliau bilang kalau harapannya bisa mempunyai tempat salat. Beliau juga sangat ramah dan menerima masukan hhehehehe

      Hapus
  8. Nama cafenya unik banget yaa.. saya juga biasanya kalau baru pertama kalinya nyoba cafe pasti cari aman dengan pesan caffee latte atau vietnam drip.

    Mungkin nanti kalau main ke Jogja lagi bisa lah toska kahve ini. Btw, nama cafe ini inspirasinya dari mana ya???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, penamaan yang asyik kan ahahhaha.
      Ini kalau dari kota Jogja jauh loh mbak, karena ada di Wates

      Hapus
  9. wah harganya bener2 murah bangetttt .... di Jogja aja termasuk paling murah .... di Jakarta belum pernah menemukan kedai kopi semurah ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, harga Jogja ada yang mahal juga kok, kang. Kalau di sini emang murah hahahahhha

      Hapus
  10. Woh, ternyata udah lama juga ya dari 2017. Aku suka kawasan sekitar Alun-Alun Wates dan Stasiun Wates, suasana khas kota kecil dengan trotoar yang nyaman, beberapa pepohonan, dan nggak terlalu rame.

    Loco Moco-nya menarik, ini signature dish mereka apa memang ada makanan kayak gini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, bulan ini sudah tiga tahun dan kemarin ulang tahun. Eh bagi pecinta kereta api, konsep instansi di Kulon Progo ini pas banget, karena dekat dengan stasiun semua.

      Hapus
  11. Kepengen makan Loco Moco deh hehehe :) Lucu juga ya penyajiannya di mangkok gitu. Bener2, sekilas kayak kuah :D Murce2 juga ya harga menu di sini. Ke Wates kayaknya cuma lewat doang. Kapan2 ah mau juga :D

    BalasHapus

Pages