Cerita Kala Berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa - Nasirullah Sitam

Cerita Kala Berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa

Share This
Museum Kereta Api Ambarawa
Museum Kereta Api Ambarawa
Niat hati ingin jalan kaki dari Benteng Willem I menuju ke Museum Kereta Api Ambarawa. Langkah kaki sudah sampai di sebuah rumah sakit, tapi kutangguhkan. Menjelang siang cuaca cukup terik. Aku putuskan untuk memesan ojek daring. 

Lokasi kedua destinasi yang ada di Kabupaten Semarang ini sebenarnya sepelemparan batu. Jika cuaca mendukung, mungkin aku sudah jalan kaki. Tak lama, ojek daring datang. Rasanya baru duduk di atas motor, kendaraan sudah berhenti. Di depanku gerbang besar bertuliskan “Indonesian Railway Museum”. 

Museum Kereta Api Ambarawa berlokasi di Jalan Stasiun, Jalan Panjang Kidul No 1, Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Tidak jauh dari Benteng Willem I, serta destinasi yang lainnya di Kabupaten Semarang. 

Sebelumnya, aku sudah beberapa kali berkunjung ke destinasi wisata di Kabupaten Semarang. Tahun lalu kusempatkan menjelajah potensi wisata di Kampoeng Kopi Banaran, serta Candi Gedong Songo. Saat itu menjadi jurufoto rombongan keluarga yang berlibur.
Area terbuka di Museum Kereta Api Ambarawa
Area terbuka di Museum Kereta Api Ambarawa
Kusapa dua petugas yang berjaga di pintu masuk. Kukira pembelian tiket di tempat tersebut. Salah besar, aku tertawa melihat tingkahku sendiri. Kulirik lagi, ternyata petugas tersebut melayani tiket parkir kendaraan bermesin. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB – 15.00 WIB. 

Tak lama kemudian, aku sudah memasuki museum. Petugas tiket menyapa. Sebelumnya, suara pelantang otomatis pun menyapa. Tiket masuk sebenarnya 10.000 rupiah untuk satu orang. Berhubung aku datang menjelang HUT RI, jadi tiket menyesuaikan harga menjadi 7.500 rupiah. 

Kode batang pada karcis kupindai di kotak kecil, portal terbuka. Aku menyusuri jalan menuju area dalam museum. Di tembok sisi kanan terdapat banyak dokumentasi yang berkaitan dengan kereta api serta jalur di sekitaran arah Ambarawa. 

Sisi kiri dibatasi dengan rantai. Deretan lokomotif terparkir. Aku melihat lokomotif tersebut. Setidaknya, pikiranku sempat melayang pada gerbong-gerbong kereta api di Balai Yasa. Dulu, aku pernah memotret sewaktu acara 100 tahun Kereta Api Indonesia. 
Pengunjung museum rata-rata keluarga
Pengunjung museum rata-rata keluarga
Menjelang siang ini belum banyak pengunjung. Rata-rata yang datang adalah rombongan keluarga. Pengunjung yang waktunya hampir bersamaan denganku semuanya adalah pasangan keluarga. Museum Kereta Api Ambarawa memang salah satu destinasi yang direkomendasikan untuk keluarga. 

Kuikuti jalur museum, para pengunjung bersebaran. Mereka mengikuti ke mana anaknya berlarian. Rombongan yang lainnya sibuk berfoto dengan bapak yang menggunakan pakaian ala masinis. Aku sendiri masih melihat detail lokomotif yang tetap terawat. 

Di masa pandemi seperti ini, sedikit ada perubahan aturan yang berlaku. Kereta wisata reguler yang biasa berjalan kala akhir pekan dan hari libur lainnya untuk sementara waktu tidak beroperasi. Sehingga para wisatawan yang datang fokus bersantai dan keliling area museum. 

Aku masih asyik melihat berbagai lokomotif yang terparkir pada jalur rel. Kudekati salah satu lokomotif yang warnanya sudah usang. Warna coklat tua dengan besi sedikit terkupas oleh waktu makin bagus untuk kuabadikan. Di sini, aku sama sekali tidak memegang, hanya melihat detailnya dari dekat. 
Jalur rel kereta api di Museum Kereta Api Ambarawa
Jalur rel kereta api di Museum Kereta Api Ambarawa
Puas melihat beberapa lokomotif, aku menuju bagian dalam ruangan museum. Terparkir sebuah lokomotif berwarna krem dengan kombinasi hijau. Di sini juga terdapat deretan tempat duduk yang bisa digunakan berfoto dengan latar lokomotif. 

Kulihat, petugas melayani para pengunjung yang ingin berfoto. Rombongan keluarga ini mengajak foto seorang bapak yang menggunakan pakaian serba putih. Bapak tersebut dengan ramah menginformasikan terkait sejarah kereta api yang ada di sini. 

Lokomotif demi lokomotif kulihat, tak semuanya kuabadikan. Memori ini merekam nomor-nomor yang ada di atas lokomotif, lalu mencatatnya jika sempat. Seperti lokomotif dengan identitas nomor C2407, CC5029, ataupun C5417. 

Para pengunjung asyik berfoto di dalam gerbong, ada juga yang sibuk mengambil rekaman untuk stori media sosial. Sementara aku masih tetap bersantai, melihat besi tua ini dengan serius. Salah satu yang menarik bagiku adalah tulisan Kereta Pustaka. 

Konsep museum kereta api Ambarawa ini pada dasarnya bagus untuk edukasi anak-anak. Berbagai peninggalan yang berkaitan dengan kereta api pun lumayan lengkap di bagian ruangan. Pernak-pernik yang berkaitan dengan kereta api, mesin ketik, mesin hitung, buku panduan kereta api, dan masih banyak yang lainnya. 
Petugas sedang membersihkan Lokomotif
Petugas sedang membersihkan Lokomotif
Lepas melihat dan mengambil vlog di spot-spot tertentu, aku kembali ke bangunan utama. Kulihat seorang bapak sedang sibuk membersihkan bagian atas lokomotif. Aku meminta izin untuk mengabadikan aktivitas beliau. 

Misal sekarang tidak pandemi, aku yakin kunjungan wisatawan jauh lebih banyak. Destinasi ini memang cocok untuk keluarga, khususnya yang mempunyai anak kecil. Sehingga bisa dikenalkan tentang kereta api Indonesia. 

Selain itu, tak sedikit pula pengunjung yang datang ke sini adalah muda-mudi. Mereka lebih sering mengabadikan diri di tiap lorong ataupun lokomotif. Sudut-sudut ini memang terlihat sangat menarik untuk diabadikan. Bisa jadi nantinya mereka unggah di media sosial. 

Aturan Wisatawan Museum Kereta Api kala Adaptasi Kebiasaan Baru 

Tepat pada tanggal 28 Juli 2020, sebuah postingan dari PT Kereta Api Pariwisata mengunggah sebuah gambar dilengkapi dengan informasi. Museum Kereta Api Ambarawa dibuka dengan ketentuan menerapkan protokol adaptasi kebiasaan baru. 

Sebuah banner bertuliskan tatanan aturan yang wajib dilakukan tiap pengunjung sudah tersebar di berbagai sudut area museum. Hal ini diterapkan agar nantinya setiap pengunjung yang datang mematuhi aturan tersebut, sehingga museum ini tetap buka dan semuanya turut mencegah penularan Covid-19. 

Pengecekan Suhu Badan Pengunjung. Di depan pintu masuk sudah tersedia tempat mencuci tangan. Tiap pengunjung diharapkan mencuci tangan sebelum antre masuk museum. Di sini, petugas mengecek suhu tiap pengunjung yang hendak masuk. 

“36.10 ya pak,” Ujar petugas sembari memperlihatkan hasil identifikasi suhu badan. 
Pengecekan suhu oleh petugas Museum Kereta Api Ambarawa
Pengecekan suhu oleh petugas Museum Kereta Api Ambarawa
Sudah menjadi bagian utama semasa penerapan adaptasi kebiasaan baru. Rekaman suhu ini nantinya menjadi panduan awal apakah pengunjung tersebut diperbolehkan masuk atau ditangguhkan. Biasanya, ketika ada pengunjung yang suhunya lebih dari 37.50, nantinya ada imbauan dari petugas. 

Menjaga Jarak antar Pengunjung. Setiap wisatawan pada dasarnya sudah diarahkan untuk menjaga jarak ketika berada di museum. Pun dengan saat mereka ingin masuk. Di lantai sudah terpasang tempat untuk antre. 

Adanya tanda untuk jaga jarak kala antre masuk menjadi bukti nyata pihak museum Kereta Api Ambarawa sudah siap menyongsong adaptasi kebiasaan baru. Petugas yang berjaga pun senantiasa mengarahkan agar pengunjung tidak berjubel saat masuk. 
Garis untuk antre diberi jarak
Garis untuk antre diberi jarak
Menggunakan Masker ataupun Pelindung Wajah. Sudah menjadi kebiasaan baru kala pandemi. Penggunaan masker di tempat umum adalah hal yang mutlak. Dengan seperti ini, kita saling menjaga diri dan memutus rantai penyebaran Covid-19. 

Di Museum Kereta Api Ambarawa, petugas yang berjaga dilengkapi dengan masker. Mereka juga menggunakan pelindung wajah. Salut dengan komitmen pihak museum, hal ini tentunya membuat pengunjung tenang dan nyaman. 

Tak hanya petugas museum, semua pengunjung juga menggunakan masker. Aku melihat semua rombongan yang berdatangan. Mereka mengenakan masker dengan baik dan benar. Sesekali memang membuka masker saat berfoto, lalu mengenakannya lagi. 
Petugas di museum menggunakan masker dan pelindung wajah
Petugas di museum menggunakan masker dan pelindung wajah
Pengunjung museum menggunakan masker
Pengunjung museum menggunakan masker
Kulihat seorang bapak sedang mengajak anaknya berkeliling gerbong. Beliau dengan telaten mengikuti anak perempuannya yang antusias berkunjung ke museum. Di satu kesempatan, aku meminta izin untuk memotret beliau, dan beliau mengizinkan. 

Tersedianya Tempat Mencuci Tangan. Poin yang tak kalah penting dalam penerapan adaptasi kebiasaan baru adalah pemasangan tempat cuci tangan di spot-spot strategis. Kulihat di area museum terdapat dua tempat mencuci tangan. 

Satu tempat berada pada samping landmark “IAMBARAWA”. Wastafel ini sudah dilengkapi dengan sabun cair. Sehingga ketika ada pengunjung yang hendak mencuci tangan bisa langsung ke tempat tersebut. 

Wastafel kedua berlokasi di pintu keluar museum. Di sini juga lengkap dengan banner informasi aturan-aturan yang harus ditaati pengunjung kala berkunjung ke museum. Di banyak tempat, banner ini sudah tersebar dengan baik. 
Tersedia tempat cuci tangan di bagian luar dan mendekati pintu keluar museum
Tersedia tempat cuci tangan di bagian luar dan mendekati pintu keluar museum

***** 
Menilik kesiapan pihak museum kereta api Ambarawa dalam menerapkan adaptasi kebiasaan baru dalam menyambut wisatawan, dapat disimpulkan bahwa destinasi ini sudah siap dan komitmen tinggi dalam mencegah penularan Covid-19. 

Ketika pihak destinasi sudah melakukan secara maksimal, tinggal kita sebagai calon pengunjung yang juga mengikuti aturan berlaku. Tidak berkerumunan, menggunakan masker dengan benar, bepergian dalam keadaan sehat, dan membawa pembersih tangan. 
Sepasang remaja berfoto di Museum Kereta Api Ambarawa
Sepasang remaja berfoto di Museum Kereta Api Ambarawa
Harapannya, semua destinasi wisata di Indonesia menerapkan protokol kesehatan seperti ini. Sehingga destinasi bisa kembali dibuka, tapi tetap dalam aturan yang ketat. Melihat media sosial Info Pariwisata Kabupaten Semarang, mereka sudah mendatangi berbagai destinasi dan mengarahkan pelaku wisata untuk menerapkan protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru. 

Lebih dari satu jam aku di museum, lalu melangkahkan kaki keluar museum. Walau belum buka secara maksimal, setidaknya museum ini sudah kembali dibuka dengan aturan-aturan baru. Semoga dapat melepas dahaga para pecinta museum untuk berkunjung. *Museum Kereta Api Ambarawa; 15 Agustus 2020. 

Catatan: Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog “Wisata Kabupaten Semarang di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”. Tulisan ini ditetapkan menjadi Juara Harapan 1 di lomba tersebut.


38 komentar:

  1. dari dulu pengen naik Kereta wisata di ambarawa ini, belum kesampean..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, aku ke sini pas masa pandemi, jadi ada beberapa yang tidak berjalan mas (keretanya)

      Hapus
  2. dari dulu pengen kesini tapi belom kesampaian ... pernah main ke Semarang tapi waktunya tidak memungkinkan untuk sampai kesini ...
    Mudah2-an setelah masa pandemi ini lewat bisa berkunjung kesini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kang, bisa langsung beberapa destinasi. Mulai dari Museum Kereta Api Ambarawa, Benteng Willem, dan yang lainnya.

      Hapus
  3. Aku malah belum pernah sama sekali ke museum kereta api mana pun di Indonesia, padahal ngaku anak kereta hahaha.
    Itu siapa sepasang remajanya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, sekalian besok bisa bikin Itin-nya mas, biar makin asyik.

      Hapus
  4. Sitam, ini tempat mainku waktu kecil. Sepedaan dari rumah ke situ. Senang sekali sekarang museum Kereta api ini makin cantik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah, tak kirain mbak Dini aslinya Temanggung hahahahah. Berarti mengenang masa lalu tenan, mbak

      Hapus
  5. Museum Ambarawa pas AKB gini jalan nggak sih itu keretanya? setauku kan ada fasilitas jalan jalan naik kereta diesel.

    dulu pas ke sini nggak kesampaian soalnya waktu itu sistemnya masih harus sewa penuh, jadi mahal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak jalan, memang sementara off selama pandemi. Semoga lekas berlalu, biar bisa kembali berjalan

      Hapus
  6. serius, aku belum pernah ke museum kereta api ambarawa. wkwkw
    baguslah kalau destinasi wisata sekarang udah menerapkan protokol kesehatan macam ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Besok selepas pandemi main ke sini, bisa dolan ala-ala sesuka hatimu

      Hapus
  7. Halo, Mas. lama banget nggak nengok blog jenengan. Hehehe.. Sudah siap banget ya Museum KA di New Normal ini :D

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mas, terima kasih kembali dolan ke blog saya.
      Benar banget, sekarang sudah siap menyamput adaptasi baru

      Hapus
  8. Memang gak bisa menutup selamanya destinasi wisata ya. Covid ini entah kapan akan berlalu. Namun dengan penerapan new normal seperti yang diterapkan di museum kereta api ambarawa ini, hati wisatawan gak akan was-was. Pokoknya jalan-jalan boleh tapi ikuti semua protokol kesehatan ya Mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bu, mau tidak mau nantinya kita harus hidup dengan adaptasi baru. Kita menjaga jarak serta turut memutus rantai penyakit dengan protokol kesehatan

      Hapus
  9. Aku suka naik kereta, tapi kereta di Indonesia malah baru sekali dinaikin, boro2 liat museumnya :D.

    Menarik padahal yaa, aneka locomotif jaman dahulu masih terawat gini. Anak2ku termasuk yg seneng dengan kereta. Sbnrnya sempet bikin itin mau datang ke museum ini kalo nanti mudik ke solo, mampir ke Semarang beberapa hari. Tp malah telanjur si pandemi datang. Sayang tapi kereta wisatanya sdg ga jalan ya mas. Aku lgs inget Ama kereta wisata di jepang. Di beberapa prefectures nya kereta2 vintage kayak gini msh dioperasikan walo hanya utk turis. Ada yg melewati laut, gunung, cakep2 view-nya. Semoga kita bisa kayak gitu sih. Bisa menarik banyak wisatawan pastinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehehe, kalau saya malah terbiasa naik kereta di Jawa, mbak. Kadang kalau ke Jakarta milih naik kereta daripada pesawat hahahahahha

      Hapus
  10. wah udah lama gak naik kereta jadi pengen liat lagi dan mengenal sejarahnya :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau naik kereta api sekarang harus pakai surat kesehatan dan yang lainnya, semoga pandemi lekas berlalu.

      Hapus
  11. Ibuu mertua dulu sebelum tinggal di Salatiga pernah tinggal dekat rumah sakit ambarawa ...
    Paling suka liat kereta uapnya jalan, nguuuuung nguuuung

    djangki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahuahua, memang dekat dari RS Ambarawa e sini, berarti tiap hari lihat kereta uap ya

      Hapus
    2. Ya nggak tiap hari juga mas, soalnya kereta uap ini cuma jalan kalau ada yg booking. Kalau kereta diesel ke tuntang tiap sabtu minggu

      djangki

      Hapus
    3. Iya juga sih hahahahaha, tahun 2018 kalau gak salah teman-teman sepeda pernah ikutan naik kereta uap ini.

      Hapus
  12. tempatnya luas juga ya dibandingkan museum kereta api di sawahlunto yang cuma seuprit di bekas stasiun sawahlunto..

    Oya di Sawahlunto ada lokomotif legend namanya Mak Itam yang sebelumnya disimpan di Museum Kereta Api Ambarawa ini. Akhirnya si Mak Itam pulang kampung ke Sawahlunto. Dulu, Mak Itam ini yang bertugas menarik angkutan batu bara dari Sawahlunto ke Kota Padang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi nama Mak Itam itu karena warnanya hitam disebabkan fungsinya sebagai pengangkut batubara eeheheheheh

      Hapus
  13. Selama ini belum pernah main ke Museum KA. Tapi di saat pandemi seperti ini untungnya di Museum menerapkan protokol kesehatan juga. Akhirnya baca juga ceritanya setelah sebelumnya hanya liat fotonya di Instagram

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, intinya di kala pandemi, kita harus bisa menjaga diri saat bepergian.

      Hapus
  14. Sering lewat di depan museum ini, tapi belum pernah mampir hihihi
    Tapi kerenlah, mereka sudah mulai membiasakan diri dengan new normal. Harapannya, mereka bisa beraktifitas seperti biasa dengan tetap menjaga protokol kesehatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kalau ke Semarang lagi disempatkan singgah, daeng. Semoga korona lekas berlalu.

      Hapus
  15. Bagus juga tuh udah nerapin protokol kesehatan yang ketat, semoga objek wisata lainnya juga segera menyusul, biar pengunjung dan petugas tetap sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga saja yang lainnya juga menerapkan hal yang sama, sehingga apa yang diharapkan bersama tetap jalan dengan baik

      Hapus
  16. Wah bagus ya protokol kesehatannya Museum Ambarawa ini ya Mas..jadi pengunjung merasa lebih aman..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, setidaknya dari pengelola sudah tanggap, tinggal wisatawannya yang harus patuh pada aturan

      Hapus
  17. AKu udah 2x ke sini bagus emang buat edukasi dan pepotoan tentunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah malah sudah dua kali. Saya baru sekali, nantinya kalau bawa ponakan mau ke sini lagi

      Hapus
  18. Keren juga Museum KA Ambarawa, Mas. Sudah pakai kode batang dan portal. Kayaknya museum ini jauh lebih baik pengelolaannya ketimbang museum kereta yang di Sawahlunto.

    Dari dulu saya penasaran coba naik kereta lawas di Ambarawa. Mudah-mudahan suatu saat kesampaian buat nyobain. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, memang museum di sini menurutku sudah sangat bagus pelayanannya. Wah sama mas, aku juga pengen mencoba kereta lawasnya

      Hapus

Pages