Jalan Berliku Menuju Pantai Bobi Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Jalan Berliku Menuju Pantai Bobi Karimunjawa

Share This
Foto di sudut pantai Bobi Karimunjawa
Foto di sudut pantai Bobi Karimunjawa
Alarm di gawai kuhidupkan dengan harapan besok bangun sesuai pagi hari. Sedari tadi sore, aku sudah mengecek sepeda. Menyempatkan diri pemanasan di rute-rute dekat, dengan harapan besok tidak kelelahan di tengah jalan.

Jarak dari rumah ke Pantai Bobi Karimunjawa sekitar 18 kilometer. Ini hanya perkiraan, karena tadi yang kutandai adalah Alun-Alun Karimunjawa. Dari rumah menuju alun-alun jaraknya 16 kilometer, sementara pantai Bobi masih di ujung timur.

Ini menjadi kali keduaku bersepeda menyusuri sudut-sudut Karimunjawa. Sebelumnya, di tahun 2015 rute ini sudah pernah kulintasi. Bahkan Pantai Bobi kala itu belum terkelola dengan baik. Aku ingatnya nama pantai Legon Lele.

Di dua tahun terakhir ini, pantai tersebut lebih dikenal dengan nama Pantai Bobi. Nama yang menjadi populer untuk kalangan wisatawan. Bahkan, kepopuleran pantai ini menurutku menggeser Pantai Tanjung Gelam.

Pukul 05.30 WIB, sepeda BMX merek Pasific sudah kukayuh. Seatpost pendek membuatku cepat kelelahan di bagian lutut. Maklum, sepeda ini sebenarnya untuk anak-anak. Jika dikendarai orang dewasa, minimal harus diganti seatpost yang lebih panjang.
Menaiki sepeda BMX di sekitaran Mangrove Karimunjawa
Menaiki sepeda BMX di sekitaran Mangrove Karimunjawa
Rute masih cukup aman. Dari Kemujan hingga melintasi jalan panjang di Mangrove Karimunjawa, jalanan relatif datar. Tanjakan mulai ada ketika memasuki Legon Cikmas hingga mendekati Karimunjawa. Untungnya, jalanan lebih banyak rolling.

Setengah jam perjalanan, aku berhenti di rumah kakak. Kuminta pelumas, karena Bottom Bracket atau yang lebih dikenal dengan sebutan BB sepeda sepertinya agak berderit. Kuambil pelumas dan melumuri bagian BB dan rantai sepeda.

Tidak ada kendala yang menyulitkan, satu jam berselang, aku sudah sampai di Karimunjawa. Jalan menuju Kapuran menjadi pilihan. Melintasi sekolah SMP, tempatku mengenyam pendidikan di awal tahun 2000. Seperti menyibak sedikit memori waktu sekolah.

Jalan aspal berganti paving. Pembangunan penginapan di sekitaran Kapuran pesat. Entah sudah beberapa hotel yang kulintasi. Perbukitan di depan menanti. Inilah tanjakan yang lumayan panjang di Karimunjawa dengan jalur meliuk.

Lepas turunan kencang, pedal tidak kukayuh. Roda sepeda berhenti, akupun turun dan menuntun. Tenaga memang masih kuat, tapi kuhemat untuk perjalanan pulang. Percayalah, pulang nanti dibutuhkan tenaga lebih ekstra.
Pemandangan setelah tanjakan menuju Pantai Bobi Karimunjawa
Pemandangan setelah tanjakan menuju Pantai Bobi Karimunjawa
Perbukitan ini menyuguhkan pemandangan indah. Bukit jauh di sana terhampar menyatu dengan laut. Tempat ini cocok untuk bersantai sembari menatap laut. Sepertinya spot ini sering dibuat nongkrong orang, tampak ada bekas kaki ataupun sampah.

Turunan tajam berliku kulintasi. Sisi kanan jalan terdapat penginapan. Seingatku, penginapan tersebut tepat di sekitaran Pantai Legon Waru. Tak ada keramaian, kukayuh sepeda hingga mendekati Pantai Bobi. Pagar kayu menandakan inilah pantai yang kutuju.

Gapura kayu dibuat seadanya tepat di sisi bangunan. Sebelumnya, fasilitas cuci tangan untuk pengunjung. Hamparan pasir di pantai Bobi ini dirawat dengan baik, kuurungkan menaiki sepeda di pasir, sengaja kutuntun dan kuparkirkan pada dinding warung.

“Sepeda boleh dibawa masuk, pak?”

Seorang bapak yang sedang meratakan pasir melihatku. Kuperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjabat tangan beliau. Pak Bobi tersenyum dan memintaku untuk menuntun sepeda. Sepeda diperbolehkan masuk, tapi tidak boleh dinaiki.

“Pasirnya tiap hari saya ratakan mas. Mohon maaf ya. Sepeda boleh kalau untuk foto. Penting tidak dinaiki,” Jawab beliau.
Lansekap Pantai Bobi Karimunjawa
Lansekap Pantai Bobi Karimunjawa
Kuucapkan terima kasih, lantas kuambil sepeda yang terparkir. Sebelumnya, ada orang yang menikmati pantai di sini. Beliau adalah pemilik penginapan di Pantai Legon Waru. Sepeda kutuntun, lantas menyandarkan di pohon kelapa.

Bulan mei, angin timur mulai datang. Ini artinya pantai Bobi dan sekitarnya sedikit ada ombak. Riak-riak ombak terdengar. Jika musim timur menerjang, sampah-sampah kiriman dari laut tersebar di sepanjang pantai sisi timur.

Hari masih sangat pagi untuk wisatawan. Aku sendirian di sini. Pak Bobi berbincang denganku, beliau sedang meratakan pasir di sisi yang lain. Tidak lama kemudian, anaknya yang bertugas sebagai pemandu datang. Dia menyiapkan kelapa muda untuk tamunya.

Embusan angin cukup kencang. Kusempatkan mengelilingi pantai dan mengabadikan sudut-sudutnya. Pak Bobi masih sibuk meratakan pasir agar tidak bergelombang. Warungnya dibuka, sementara yang tampak jajanan seperti pop mie dan minuman kemasan.

Lansekap Pantai Bobi indah. Lekukan pantai memanjang, jauh di sana perbukitan Karimunjawa pun tampak jelas. Aku tidak bisa memastikan, sepertinya ujung sana adalah sekitaran Legon Cikmas. Bisa jadi daratan jauh di sana Pantai Annora.

Daratan kecil berbentuk bongkahan batu diterjang ombak. Sebagian orang menyebutnya pulau Batu. Sekilas, aku teringat bongkahan batu yang ada di Pantai Timang, Gunungkidul. Meski tak sama, tapi pulau Batu tersebut mengingatkanku dengan Pantai Timang beserta pulau dan gondolanya.
Warung yang dikelola Pak Bobi
Warung yang dikelola Pak Bobi
Wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa menjadikan pantai Bobi sebagai salah satu tujuan destinasi wisata. Meski jalur yang dilintasi berliku dan ada tanjakan lumayan curam, letak yang tak jauh dari pusat Karimunjawa menjadi salah satu alasan untuk berkunjung.

Selain itu, para biro wisata pun mulai menjadikan pantai ini sebagai destinasi tujuan. Pasir putih yang luas dengan pepohonan kelapa di setiap daratannya menjadikan orang merasa nyaman untuk bersantai disuguhi pemandangan pantai.

Pantai Bobi terawat dengan baik. Pak Bobi sendiri menjaga agar sampah yang berserakan dibersihkan. Harapannya saat ini adalah bibir pantai ini terhindar dari abrasi. Terlebih, di musim timur, ombak cenderung tinggi dan menggerus pasir di tepian pantai.

Tersebar gazebo di tiap sudut. Setidaknya gazebo ini bisa dimanfaatkan para wisatawan untuk duduk sambil menikmati sepoi angin laut. Pepohonan menjadi penyejuk. Padasudut-sudut tertentu tampak tulisan untuk membuang sampah pada tempatnya.

Sepeda BMX yang kunaiki masih tersandar di salah satu pohon kelapa. Dua bendera merah putih terkibar di sampingnya. Tali panjang bergelantungan, kadang digunakan para wisatawan untuk berayun. Seperti spot favorit para pengunjung kala berfoto.
Pasir putih terhampar di Pantai Bobi Karimunjawa
Pasir putih terhampar di Pantai Bobi Karimunjawa
Aku meminta Pak Bobi menyajikan kelapa muda. Beliau cekatan membelah sabut kelapa dan menyakikan kelapa segar padaku. Ketika aku hendak membayar, beliau menolak. Sebuah suguhan yang harus kusyukuri.

Tak lupa kuucapkan terima kasih. Bahkan beliau menawariku untuk menyantap lontong. Di warung Pak Bobi, kalian bisa memesan makanan lontong atau sekadar mengopi sambil menikmati gorengan yang tersedia.

“Sekarang susah membedakan masyakarat setempat dengan tamu, mas,” Celetuknya sambil tertawa.

Pak Bobi bercerita jika pernah menarik uang sukarela kepada pengunjung yang datang, dikiranya mereka adalah wisatawan. Setelah sadar kalau sekumpulan pengunjung adalah masyarakat setempat, beliau meminta maaf.

Ini seharusnya menjadi catatan bersama. Saling percaya dan mengikuti prosedur yang tidak tertulis. Pantai Bobi memang ada uang sumbangan sukarela untuk wisatawan, dan beliau kelola sendiri tanpa menyediakan tempat loket yang memadai.

Misalkan kalian wisatawan, cukup memberikan sumbangan sukarela pada kotak yang disediakan. Semua uang tersebut digunakan Pak Bobi untuk keperluan yang berkaitan dengan kebersihan di pantai ini.
Bersepeda BMX menuju pantai Bobi
Bersepeda BMX menuju pantai Bobi
Lumayan lama aku duduk santai di sini. Kuminta izin untuk berfoto dengan sepeda sebelum meninggalkan Pantai Bobi. Kujabat tangan Pak Bobi sembari kembali mengucapkan terima kasih atas suguhannya. Aku pun berlalu.

Pantai Bobi kembali lengang. Harapannya pandemi lekas berlalu, sehingga pantai-pantai di Karimunjawa menggeliat pariwisatanya, dan roda perekonomian pulih. Meninggalkan pantai Bobi, aku harus melintasi tanjakan S Legon Lele yang meliuk.

Seperti yang kalian duga, tentunya aku lebih banyak menuntun sepeda daripada menaikinya. Percayalah, menjaga tenaga dan mengendalikan ego jauh lebih penting daripada sekadar melampiaskan hasrat untuk melintasi tanjakan dengan kayuhan.

Sepeda BMX melaju kencang pada turunan. Jalan kembali datar. Kulintasi jalur yang sama. Kali ini destinasi yang kutuju adalah Pelabuhan Penyeberangan Karimunjawa. Sepertinya aku menyusuri napak tilasku di tahun 2014. *Karimunjawa; 14 Mei 2021

12 komentar:

  1. wih mantep, tiap hari diratakan pasirnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar pengunjung bisa santai menikmati pasir halus hehehehhe

      Hapus
  2. Jadi pantai ini diksh nama sesuai bapak yang mengurus pantainya yaaaa. Aku bakal ngira, si bapak pemilik pantai jadinya :D.

    Naaah kalo Nemu pantai yg terawat gini, seneeeeng. Mau ksh sumbangan ala kadarnya juga dengan senang hati, karena tau beneran dipake utk kebersihan dan maintenance pantai

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku lupa nama asli pangainya, kayak nama pohon gitu. Kemarin pas mau nulis, kucari-cari nama pantainya gak ketemu hahahahh

      Hapus
  3. Sering aku berkunjung ke blog ini, aku jadi banyak tau tentang tempat wisata yang ada di karimunjawa. Banyak pantai indah yang wajib dikunjungi, seperti pantai Bobi ini. Nama pantainya sama nama si bapak yang menjaga pantainya. Apakah itu emang nama sebenarnya atau gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, itu hanya nama dari orang yang di sana. Aku lupa napa pantai aslinya hahahahah.

      Hapus
  4. Mengendalikan ego, mending nuntun aja. Hemat tenaga untuk perjalanan pulang yang masih jauh. Bener juga mas. Apalagi naik sepeda model bmx, sangat merepotkan kalau dibawa jarak jauh..hiks

    Nyepeda keliling pulau dan pantai rasanya bisa dijadikan paket wisata bagi goweser. :D

    Pemandangan dari warung kayaknya bagus banget. Pohon kelapanya juga ikonik banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk mereka yang tidak menggunakan paket, sebenarnya bisa banget wisata sepeda ini diterapkan, mas. Aku juga kepikiran begitu hehehehhe. Semoga ada modal untuk merintisnya

      Hapus
  5. Mantap! Sepedaan dari gunung sampai pantai sudah
    Dari Jogja sampai Karimun Jawa sudah
    tinggal, kapan sepedaan di Papua? Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, kayaknya bisa menginjakkan kaki di Papua saja sudah anugerah. Apalagi sepedaan di sana hehehe. Kuaminkan dulu

      Hapus
  6. seru juga ya sesepedahan di Karimun jawa .... ada bukit2nya ... dan paling keren ... pantai pasir putihnya, asyik banget jadi destinasi gowes dan nongkrong2 di tepi pantai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pas sedang gak ada acara enak kang, bisa gowes santai hahahah

      Hapus

Pages