Mampir di Pembuatan Jurnal Catatan Perjalanan Kenandy Galeri - Nasirullah Sitam

Mampir di Pembuatan Jurnal Catatan Perjalanan Kenandy Galeri

Share This
Berbagai produk karya Kenandy Galeri
Berbagai produk karya Kenandy Galeri
Sumberharjo masih panjang. Kami lebih banyak berhenti di beberapa tempat. Dari Omah Maggot, berlanjut kami mendengarkan arahan pemandu di pematang sawah yang menginformasikan adanya sawah organik.

Lepas itu, kami diajak diskusi cukup menyita waktu lama. Lebih dari dua jam kami harus menunggu arahan selanjutnya. Beruntung, agenda ke Kenandy Journal tetap terealisasikan. Padahal, sempat ada wacana untuk dilintasi tanpa harus singgah.

“Belok kanan, mas,” Teriak salah satu pemandu.

Kami yang fokus di jalan kampung sedikit menurun bergegas menekan tuas rem. Rombongan lain sudah bablas melintasi jembatan kecil, lantas mereka balik arah. Aku sendiri langsung belok kanan melewati samping rumah warga, dan memarkirkan sepeda di pinggir jalan.

Di depanku, sebuah bangunan kayu yang tak besar tapi menyenangkan. Dua pintu besar terbuka, di bagian depan sebuah gantungan papan bertuliskan Kenandy. Aku baru menyadari jika kunjungan ke Kenandy Galeri akhirnya tetap dilaksanakan meski tak berlangsung lama.
Bersepeda di desa wisata Sumberharjo
Bersepeda di desa wisata Sumberharjo
Terlihat ada rombongan keluarga yang sudah sejak tadi menyambangi Kenandy. Mereka cukup asyik dengan melihat berbagai produk hasil karya tangan yang dipajang. Aku langsung melepaskan sepatu, dan turut melihat koleksi yang tersedia.

Jauh sebelumnya, tak ada terbesit di pikiran jika Kenandy Galeri ini menghasilkan barang-barang yang membuatku antusias. Meja yang terpajang di depan lebih banyak ditata semacam buku catatan perjalanan dengan sampul kulit sapi.

Aku penasaran, kenapa Kenandy ini sepertinya sangat spesifik menjual buku catatan perjalanan. Selain itu, masih ada juga semacam peta sebagai pelengkap. Sebenarnya,di bagian belakang meja, ada juga kulihat tas ataupun topi, tapi jumlahnya hanya segelintir.

Kenandy Galeri nyatanya memang sudah mempunyai pangsa pasar sendiri untuk setiap barang yang dibuat. Buku catatan perjalanan ini menjadi potensi yang paling mereka andalkan. Kutilik dari postingan di media sosial, ternyata banyak konten creator ataupun artis yang mengoleksi buku catatan dari Kenandy Galeri.
Menyambangi Kenandy Galeri
Menyambangi Kenandy Galeri
Awalnya, aku tidak berniat untuk mencari tahu siapa pemilik galeri ini. Sampai suatu ketika aku mengunggah foto dan menandai akun media sosial Kenandy. Seorang kawan narablog yang sering bersua denganku berkomentar menyebut dua nama orang pemiliknya.

Tidak kuketahui secara spesifik kapan Kenandy Galeri ini dibuka. Namun, dari berbagai postingannya, aku tahu jika mereka sudah cukup lama menggeluti usaha tersebut. Bisa jadi, penamaan Kenandy itu merupakan akronim dari nama kedua pemiliknya.

Panggilan mbak Ken yang ditulis kawanku serta pokdarwis yang menghubungiku sendiri adalah Mas Andy. Sepasang suami-istri ini merupakan pemilik Kenandy Galeri. Selain membuka galeri, beliau juga giat mendedikasikan tenaga dan pikirannya untuk desa wisata Sumberharjo.

Salah satu yang membuatku senang berada di Kenandy Galeri adalah tempatnya. Sunyi, agak masuk di belakang rumah warga, dan di dekat aliran sungai. Sebelum berkeliling melihat berbagai koleksi yang dibuat, aku sudah menyapu pandangan khususnya di bagian bawah, sebuah petakan dekat aliran sungai yang ada meja dan kursi. Asyik untuk mengeteh sambil bercerita.
Etalase di salah satu ruangan Kenandy Galeri
Etalase di salah satu ruangan Kenandy Galeri
Dua orang yang bekerja di galeri menyapa kami. Mereka sumringah dengan kedatangan rombongan pesepeda. Penyambutan yang menyenangkan, tak bosan mereka menjawab pertanyaan para rombongan secara bergantian.

Buku catatan perjalanan memang digandrungi para pejalan. Tak sedikit dari temanku ketika mereka bepergian selalu menjadikan buku tersebut sebagai barang yang wajib dibawa. Tujuannya tentu untuk mencatat hal-hal yang penting selama ditemui waktu bepergian.

“Tempat workshop-nya di sini juga, mas?” Tanyaku penasaran.

Pegawai yang mendamping mengiyakan. Hanya saja beliau bilang jika hari ini libur, sehingga tidak ada aktivitas membuat produk. Sebenarnya, aku penasaran dengan proses pembuatannya. Mungkin di lain kesempatan bakal ke sini lagi.

Jika di ruangan utama lebih banyak koleksi jurnal, di ruangan satunya koleksi berbagai dompet terpajang. Dompet-dompet kulit buatan tangan ini lebih awet dan bentuknya pun menarik. Ada berbagai bentuk dompet yang dibuat.
Buku catatan perjalanan produk Kenandy Galeri
Buku catatan perjalanan produk Kenandy Galeri
Bagi kalian yang ingin mencari dompet kulit, bisa saja langsung mengunjungi Kenandy Galeri. Jika memang jauh dari Jogja, mungkin bisa berkomunikasi melalui media sosialnya, atau diarahkan ke lokapasar milik Kenandy Galeri. Kalian tinggal melihat etalase dan membeli sesuai selera.

Harga dompet kulit berkisar antara 250.000 rupiah jika tidak salah. Kita tahu, dompet kulit sapi dengan kualitas bagus tentu harganya sepadan. Aku sendiri tertarik untuk mempunyai dompet kulitnya. Menabung dulu, jika nanti sudah ada uang yang disisihkan, tingga bersepeda ke galerinya.

Tanpa terasa, waktu kunjung kami terbatas. Kami harus meninggalkan Kenandy Galeri. Rombongan sudah meninggalkanku sendiri. Bergegas aku mengayuh sepeda, mengikuti rombongan yang sudah di depan. Suatu saat, aku bakal menyambangi Kenandy Galeri. Mengeteh di dekat aliran sungai, sekaligus membeli dompet kulitnya. * Deswita Sumberharjo; 12 Maret 2023.

10 komentar:

  1. Kebetulan kami pecinta dompet kulit nih mas itam, dan kualitas kulit untuk dompet dan cover buku catatan perjalanannya kayaknya bagus ya...Jadi betah pastinya nulis di buku catatan yang covernya bagus. Mana galerynya nyenengin kayu kayu gitu, serasa adem suasananya 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pas ke sini pengen beli, tapi masih kutahan-tahan dulu ahahhahah

      Hapus
  2. Setuju, buku catatan perjalanan seperti ini memang ada pangsa pasarnya sendiri. Jaman memang sudah bergeser ke digital, tetap masih banyak orang membawa buku catatan perjalanan dalam setiap perjalanan yang mereka lakukan.

    Buku catatan perjalanannya terlihat bagus bagus mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku catatan memang menyenangkan, mas. Setidaknya beberapa kawan narablog juga suka bawa buku catatan begini

      Hapus
  3. Buku catatannya menarik, Mas. Sudah tak cek-cek juga di lokapasar. Harganya masih masuk akal. :)

    BalasHapus
  4. Waaah pas ke Jogja trakhir Ama temen, kamj ke sentra kulit juga, dan aku banyak borong dompet kulit di sana buat oleh2 keluarga.

    Yg disini juga lucuk2 BANGETTTT 😄😄. Aku biasanya kalap kalo liat begini mas.

    Masalahnya pas awal ga ada niat beli dompet, eh Krn temenku expert soal kulit, aku jadi terpengaruh beli juga 🤣🤣.

    Cuma untungnya kalo jurnal biasa aja sih. Udh lbih suka nulis di notes hp drpd jurnal 😁.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gas mbak, ahhahahah
      tempatnya asyik buat bersantai loh,

      Hapus
  5. Eh menarik nih Om Sitam, suasana galerinya enak banget ya, adem gitu. Saya tertarik dengan produk-produknya sampe mampir ke lapak onlinenya, produknya bagus bagus. Mau nabung juga ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, pemiliknya benar-benar paham konsep dan tahu pangsa pasarnya

      Hapus

Pages