Hidup jauh dari kampung halaman itu sudah hal yang lazim bagi
para mahasiswa. Serumah/komplek dengan orang-orang dari luar jawa menjadi
sesuatu keragaman tersendiri. Seperti yang sebagian besar kita rasakan. Teman
kos merupakan saudara ketemu besar kita selama masih berada ditempat yang sama,
dan pastinya merasa kangen kumpul bareng saat kita sudah berjauhan.
Malam ini teman kos ku yang berasal dari Papua pulang dari
pemancingan. Dia membeli dua kilo ikan untuk kami bakar bareng-bareng di kos.
Seru bisa kumpul, bakar ikan bareng, dan pastinya makan malam bersama-sama
hasil kerja keras anak kos yang sebagian besar tidak pandai meramu bumbu.
Makan malam bareng anak kos |
Dalam satu kos sebagian besar temanku dari Sumatera; sebagian
besar mereka dari Medan dengan berbagai marga (Nasution, Ritonga, Pasaribu,
Lubis, Tobing, ada lagi yang belum kesebut?), ada yang dari Palembang, dan
lampung. Untuk pulau lainnya, ada yang berasal dari NTT, dan Papua. Bahkan ada
yang berasal dari Timor Leste. Hanya beberapa yang dari pulau Jawa termasuk
aku.
Layaknya kumpulan koki yang sudah handal, mereka mulai ngolah
ikan biar siap untuk dibakar dengan arang. Ada yang bertugas sebagai membakar
ikan, membuat sambal, sampai memasak nasi. Sudah cukup jelas pekerjaannya
masing-masing, sedangkan aku? Ya aku malah sibuk mengamati mereka sambil
bercanda. Selesai semuanya akhirnya kami makan bareng dibawah pohon alpukat
malam itu. Lupakan sejenak kenikmatan nasi padang, warung tegal, dan lainnya.
Malam ini kami menikmati ikan bakar hasil kreasi anak kos. Biarpun agak gosong
tetap saja kami lahap untuk menikmatinya.
Terlihat tidak istimewa, hanya membakar ikan bareng, makan
bareng tanpa menggunakan sayur yang lebih bervariasi. Tapi secuil kegiatan ini
adalah salah satu perekat kita untuk tetap bersatu dan terlihat lebih kompak.
Kami anak kos yang suka berkumpul menjadi satu dibawah pohon seraya bermain
catur, menyeduh teh/kopi, bernyayi bersama (khususnya lagu Batak). Inilah
indahnya kos kami, tidak hanya berbincang seadanya ketika bertatap muka didepan
pintu, tapi bersatu dan tetap berkumpul dengan apa adanya. Semoga sepenggal
kisah ini bisa kita bicarakan ke anak-cucu kita kelak, heeeee.
Baca juga postingan yang lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar