Sariman Kecil dan Guru Matematika - Nasirullah Sitam

Sariman Kecil dan Guru Matematika

Share This
Masih tentang Sariman. Iya, Sariman. Sosok mahasiswa tingkat akhir yang belum jelas kapan lulusnya sering menceritakan masa dia waktu masih kecil. Ternyata Sariman juga pernah mengalami masa kecil, aku kira dulu waktu lahir dia langsung besar dan bisa BBM-an dengan para calon gebetannya.
Kalau aku sih ngasihnya nol saja
Ilustrasi: Kalau aku sih ngasihnya nol saja (sumber: www.nag.co.za)
“Dulu aku orangnya lugu banget, bang,” Katanya seraya menatap layar hp.

“Sekarang, Man? Masih lugu kan?” Tobing berpura-pura perhatian.

“Ya kalau sekarang sih sudah sedikit nggak lugu, bang. Tapi kalau lagi ngobrol sama cewek kudu bisa menempatkan posisi yang baik dan benar. Bisa lugu, bisa juga garang.”

Otak ini pun berpikir penuh tanda tanya, seperti apa kalau Sariman garang. Kami sedari tadi yang diam dipaksanya untuk menggeliat serta saling berpandangan. Jujur rasa penasaran menggelayuti otakku, bukan hanya otakku; tapi otak teman-teman yang sedang duduk santai. Pikiran kami pasti nyaris persis, membayangkan wajah Sariman yang garang. Benar-benar tak terbayangkan.

“Memangnya waktu kecil kamu selugu apa, Man?” Mius tertarik untuk mendengarkan cerita Sariman.

“Bagi rokok dulu, baru ceritanya lancar,” Sariman terkekek merayakan kemenangan.

“Wohhh bocah! Mung rep udud ndadak ngomong lugu!”

Sudahlah, sekeras dan sepedas apapun yang keluar dari mulut kami, toh Sariman tetap tersenyum tanpa merasa tersakiti. Dia sudah kebal dengan kerasnya ucapan anak kos. Bahkan seandainya seharian dia tidak diomeli, dicaci, ataupun dihina, pasti dia kangen dengan cacian tersebut.

“Dulu…” Kata Sariman seraya menikmati setiap hisapan rokoknya.

“Waktu masih SD, guru MTK (dibaca: Matematika) tiba-tiba ngasih ulangan. Aku kan orangnya paling nggak paham MTK, jadi bingung dan gemetaran kalau disuruh ngerjain tugas. Soalnya diberi lima, terus dikasih waktu 30 menit.”

Sariman berhenti sejenak, lalu minum air mineral dihadapannya.

“Silakan kerjakan, boleh tanya dengan siapa saja di dalam kelas ini,” Sariman memperagakan gurunya saat memberi perintah.

“Terus kamu kerjakan, Man? Nggak yakin aku,” Sahut Pasaribu.

“Bentar toh, bang. Aku kan lagi cerita. Mbok diam dulu,” Protesnya.

“Ya ya ya, lanjut ceritanya, Man.” Pasaribu mengalah.

Sariman tersenyum bahagia. “Selang 30 menit, hampir semua siswa sudah selesai. Tinggal aku sendirian yang belum selesai. Gimana mau selesai, lha aku kan nggak tahu pakai rumus apa ngerjainnya.”

“Emang kau nggak pandai kok, Man. Sampai sekarang pun kelihatan,” Celetuk Ritonga.

Diabaikannya celetukan Ritonga. Dia sedang bernostalgia dengan masa kecil yang menyenangkan.
“Waktu itu aku bingung, bang. Antara takut dan panik, pasti aku satu-satunya siswa yang tidak bisa mengerjakan tugas tersebut. Sudah kepalang basah, aku memberanikan diri untuk mengacungkan tangan ke atas.”

“Aan ada yang ditanyakan? Begitu kata pak guru kala itu,” Terang Sariman.

“Anu pak, ini mau tanya. Jawabnnya nomor 1 sampai 5 apa ya?” Tanya Sariman kecil.

“Kamu itu jangan bercanda, ayo kerjakan cepat,” Jawab pak guru.

“Saya nggak bercanda kok, pak. Tadi kan bapak bilang boleh bertanya ke siapa saja di dalam kelas. Jadi saya tanya ke bapak, mumpung bapak masih di dalam kelas,” Jawab Sariman kecil dengan menyakinkan.

Sontak kami tertawa berbarengan. “Terus gimana, Man. Dikasih jawaban sama gurumu?” Potong Pasaribu cepat.

Sariman menghela nafasnya, “Enggak bang, dapat nilai nol. Kata pak guru itu nilai seperti telur, jadi sampai rumah bisa dibikin telur ceplok.”
Baca juga cerita yang lainnya 

14 komentar:

  1. Ya ampun sariman..*tepok jidat hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa kecil kita sepertinya kalah dengan Sariman, mbak :-D

      Hapus
  2. ada-ada saja nih ulah sariman
    masa nanya jawaban ke guru :D

    BalasHapus
  3. wahaha :D
    ada aja yaa sariman sariman ;D

    BalasHapus
  4. sariman sariman tapi hebatlah nanya jawabannya langsung. yang lain juga sebenernya pengen tau tuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sariman kan orangnya lugu dan nggak mau dibilang pandai :-D

      Hapus
  5. Mas bahasa Jawa'a translate juga dong, saya gak paham kalo dialog'a pke bahasa jawa

    Sariman-sariman bener-bener kocak kelakuannya. Minta jawaban sama guru hahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaa, baiklah. Ke depannya aku kasih translate :-D

      Hapus
  6. cerita sariman masi berlanjut nih..betewe gambar kucingnya ga nahan

    BalasHapus
  7. hahahaha.... ga kebayang kalo temenku dulu ada yg begitu :D... bye bye naik kelas aja deh ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kurang seru teman kelasmu, harusnya ada biar seru *eh :-D

      Hapus

Pages