Sejak subuh mulai menyapa, aku sudah mengayuh pedal sepeda menuju Jembatan Siluk, Bantul yang jaraknya lebih jauh daripada Makam Raja-raja Imogiri. Sesuai dengan prediksiku, lebih satu jam kukayuh sepeda agar sampai di Jembatan Siluk sebelum pukul 06.00 WIB.
Sebenarnya tujuanku bersepeda adalah Pantai Ngunggah, dan kumpulnya adalah di sekitar Jembatan Siluk, kemudian berangkat bersama tepat pukul 06.00 WIB. Sementara aku, pukul 05.20 WIB sudah berada di salah satu sisi Jembatan Siluk.
Sembari menunggu kawan yang lain, aku memanfaatkan waktu yang masih panjang ini beristirahat. Sesekali meneguk air mineral. Sebuah pemandangan cukup bagus pagi ini, sang mentari terlihat jelas muncul di ufuk timur. Aku tidak menyia-nyiakan pemandangan tersebut, dalam hitungan menit, sudah ada lebih dari lima file dokumentasi sunrise pagi ini.
Sang mentari mulai terlihat terang, cahayanya pun berpendar dan sedikit menyilaukan mata bagi yang melihatnya. Aku masih termangu di ujung Jembatan Siluk menunggu teman. Terkadang pemandangan seperti ini menjadi hal yang menyenangkan.
Sunrise di atas jembatan Siluk Bantul |
Selain sunrise, ada pemandangan yang membuatku tergerak untuk mengabadikannya. Sepanjang perjalanan, mulai dari Jalan Imogiri sampai Siluk, ada banyak warga yang masih menaiki sepeda. Rata-rata yang menaiki sepeda adalah orang-orang yang sudah tua.
Bahkah, waktu aku duduk seraya menyeka keringat dengan handuk kecil pun, masih banyak orang yang menaiki sepeda. Tanpa sengaja, aku mengabadikan sebagian kecil dari orang yang berlalu-lalang menaiki sepeda.
Bidikan kamera saku pun mulai mengarah pada setiap pengguna sepeda yang berlalu-lalang. Dari sudut tengah antara dua jalan, aku mengabadikan dua bapak yang menggunakan sepeda dan bertopi. Kayuhan sepeda tersebut pelan, dua bapak tersebut seperti sedang ingin menuju sawah atau ladang.
Di boncengan belakang, tampat karung plastik, dan juga terselip sebuah sabit. Mungkin beliau akan membabat rumput untuk pakan ternaknya. Bisa jadi seperti itu. aku berjalan menuju sisi lainnya, tepat sampai ujung, dua sepeda kembali melewati depanku.
Kali ini lelaki paruh baya dengan perempuan paruh baya. Beliau masih terlihat sehat dengan mengayuh pedal sepeda. Melakukan aktivitas seperti biasanya. Lamat-lamat terlihat setiap pesepeda yang berlalu-lalang itu menyenangkan dipandang.
Para pesepeda pagi hari di sudut jalanan Bantul |
Pemandangan para pengguna sepeda pun mulai beragam. Kali ini seorang ibu menggunakan kebaya, jarik, dengan kerudungnya. Sebuah topi anyaman ditanggalkan pada bagian depan stang sepeda. Beliau mengayuh pedal sepeda melewatiku seraya tersenyum.
Jika kita berada di perkotaan, tentu pemandangan seperti ini akan sulit didapatkan. Kemudian ada seorang perempuan tua sedang menuntun sepeda. Beliau seperti sedang menuju pasar. Sepedanya penuh dengan kantong-kantong plastik yang sesak dengan isi di dalamnya.
Di boncengan belakang pun bergelantungan plastik yang besar. Semangat bu, semoga tetap sehat dan terus kuat mengayuh sepeda. Bisa jadi beliau sepulang dari pasar, atau malah sedang menuju pasar. Perjalanan pagi yang beragam.
Simbah-simbah bersepeda setiap hari |
Apakah pengguna sepeda di sini hanya mereka yang paruh baya? Orang-orang yang mungkin tidak lagi berminat menggunakan kendaraan bermesin karena terlanjur tua? Sama sekali tidak, di sini memang warganya masih banyak yang menjadikan sepeda sebagai alat transportasi yang baik.
Sesekali tampak para siswa yang menuju sekolah dengan menggunakan sepeda, atau seperti kali ini. Seorang anak lelaki kecil menikmati kayuhan sepeda mini, sementara sang ibu menemani dia dengan menaiki sepeda motor. Aku yakin, kamu pasti menikmati pagi ini, dek.
Embusan udara pagi, kayuhan sepedamu membuat pikiran hanya ada rasa senang. Senang pagi ini bisa bersepeda. Tak berapa lama kemudian, di belakangnya juga ada remaja putri yang menaiki sepeda. Ini sebagai bukti bahwa sepeda di sini merupakan transportasi yang masih sangat diminati.
Selamat berakhir pekan, mari bersepeda |
Tentu, setiap jepretan para pesepeda di sini lebih banyak orang-orang paruh baya. Aku kembali menuju parkiran sepedaku, seraya duduk kamera ini masih terus hidup. Kuabadikan punggung-punggung para pengguna sepeda pagi ini.
Perempuan baya pertama, beliau masih menggunakan kebaya dan jarik. Diboncengan terdapat anyaman bambu yang dijadikan tempat/wadah. Di dalamnya berisi makanan. Ya, bisa jadi semacam Tape dan sejenis lainnya, kupastikan itu jajanan pasar.
Berlanjut ke perempuan paruh baya selanjutnya. Ikatan melingkar dan bantalan plastik yang berisi kerupuk diboncengnya. Dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengikat dan membawa bantalan kerupuk lebih banyak. Disusul perempuan yang ketiga, beliau tampak lebih ringan karena tidak ada beban diboncengannya.
Punggung-punggung pesepeda tua |
Iringan para perempuan paruh baya menggunakan sepeda pun berlanjut. Kali ini dua perempuan kuat paruh baya menaiki sepeda. Beban sepeda penuh, namun beliau dengan santainya menikmati setiap kayuhan.
Jalanan yang sedikit menanjak membuat di antara merak kadang harus turun dan menuntun sepeda. Kemudian menaiki kembali kala jalanan sudah kembali rata. Setiap jengkal, setiap kayuhan tentu dinikmati mereka.
Tidak peduli berapa jam sampai lokasi, mereka tentu sudah memperkirakan sebelumnya. Sama sepertiku, memprediksi berapa lama harus mengayuh peda, kemudian sejauh mana tenaga ini kuat mengayuh pedalnya.
Bike to Work Indonesia |
Jangan kalian tanyakan, apakah ceritaku ini benar atau salah. Aku hanya mencoba mendeskripsikan dari sisiku, mencoba menceritakan apa yang aku lihat dan sempat kuabadikan. Melihat mereka yang sudah paruh baya menaiki sepeda, penuh dengan beban, namun tetap bersemangat.
Tebersit dalam pikiran, mereka lah yang layak disematkan gelar “Bike to Work”. Dengan sepeda tua, menggunakan kebaya, serta sepeda seadanya, bahkan kadang lupa kapan terakhir diservis, mereka tetap bersepeda.
Mereka tak pernah mendengar teriakan/kampanye di sosial media untuk bersepeda, mereka tidak pernah menganggap rutenya terlalu jauh, mereka tidak pernah menganggap bersepeda di jalanan adalah hal yang membahayakan.
Mereka adalah orang-orang pilihan, semoga mereka terus sehat, terus kuat mengayuh pedal sepeda, dan menginspirasi para pesepeda lainnya untuk terus menggunakan sepeda, selama mampu. *Foto-foto ini penulis abadikan di area Jembatan Siluk, Bantul pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 05.20 WIB – 07.00 WIB.
syahdu sekali rutinitas mereka para sepuh yang msh mampu bersepeda..
BalasHapusSeru pagi-pagi naik sepeda :-D
Hapussepedaan, jalanan nggak terlalu ramai, udara masih segar... mantap.
BalasHapusEnaknya daerah pinggiran seperti ini, bro :-)
HapusDuh bacanya jadi terharu kak Sitam... Salut bagi mereka - mereka yang masih memilih transportasi sebagai kendaraannya,,, juga kak Sitam yang mencoba mengangkat tema ini. Asyik kayaknya tuh pagi - pagi setelah subuh sepedaan, segernya nggak kebayang. Sunsetnya itu loh bundar menggoda. Mantab kak Sitam, lanjutkan :-)
BalasHapusTerima kasih hehhehe, banyak kok yang di Jogja masih bsersepeda. Itu sunrise kok :-)
HapusEow iya maksud saya Sunrise :-)
HapusHeeee, bagus loh mas sunrisenya :-D
HapusDapet aja Rul fotonya, dipantengin bener tuh ya pesepeda yang melintas di sana, hehehe.. Suka sedih euy ngelihat orang2 yg sudah tua pake sepeda, apalagi kalau bawaannya banyak misalnya, tapi sebenarnya mereka sehat, karena olah raga terus tiap hari..:))
BalasHapusHeeee, ini awalnya daripada nunggu tanpa ada kegiatan, mbak :-D
HapusYa, bersepeda membuat kita menjadi lebih kuat dan sehat :-)
wah jembatan legendaris dan manusia di zamannya yang pernah berjaya mas... mantap dah
BalasHapusIya mas, ngerasa bersyukur bisa mengabadikan beliau-beliau kala pagi :-)
HapusMengamati sisi lain dari kehidupan yang berlalu lalang di jalan seperti nya bisa menjadi cerita tersendiri yach Rul. Padahal kalau orang lain lihat ini seperti layaknya pemandangan biasa sehari-hari, tapi jadi menarik dengan narasi yang bagus. Keren.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, mbak. Ya, kadang sebuah pemandangan yang menurut kita hal biasa dapat terlihat beda dengan sudut pandang yang lain :-)
Hapussepeda2 tuanya .. kategori yang dicari para ontelis ... ?
BalasHapuskalau iya bisa mahal harganya dong ....
Aku kurang tahu jenisnya om, tapi memang ini sepeda tua (kalo di sini bilangnya Pit Jowo) :-D
Hapusngeliat foto anak2 yg masih seneng naik sepeda, ikutan adem liatnya.. moga2 ga tercemar ama pikiran utk naik motor padahl bdn masih kecil kurus gitu, kyk anak2 kebanyakan di jakarta -__-..
BalasHapusSemoga dia meinta beli motor saat yang tepat :-D
Hapus