Bangunan Tua di Komplek Pelindo Cilacap |
“Mas ada waktu luang tidak? Kita kopdar sebentar.”
Segera kubalas kalau bisa. Ternyata teman yang mengirim pesan sudah ada di lobi hotel. Aku bergegas turun menemui beliau. Di sini aku bertemu dengan Mas Ari, pemilik blog arikus. Beliau bloger Cilacap.
Berawal dari saling komentar di blog, akhirnya kami bisa kopdar. Kami berbincang di teras Grand Whiz Hotel. Sesekali memamerkan foto selama di pulau. Lucu ya, masa memamerkan foto pulau Nusakambangan ke orang Cilacap.
“Suka sama bangunan tua toh? Ayo saya ajak ke banguan tua di sekitar Komplek Pelindo.”
Ajakan yang menggiurkan. Biarpun aku tidak punya wawasan luas tentang bangunan tua, sekadar suka memotret bangunan tersebut tanpa menelusuri sejarahnya. Entah kenapa tiap ada ajakan ke bangunan tua, aku antusias.
Bangunan yang sama dari sudut berbeda |
Memasuki Kawasan Komplek Pelindo, jalan terhalang portal. Dinaikkan portal tersebut, dan kami menuju sudut lain dekat lahan terbengkalai. Di depanku bangunan besar menjulang tinggi. Tanpa ada atap, dan bekas jendela-jendela sebesar pintu.
“Bangunan ini hits loh mas. Remaja di sini banyak yang foto dan diunggah ke Instagram.”
Sama halnya di setiap wilayah, sekalinya ada bangunan seperti ini pasti mengundang para wisatawan untuk datang, mengabadikan, unggah di media sosial. Tapi, tempat ini sepertinya hanya dikunjungi para remaja setempat saja.
Selain kami berdua, ternyata ada tiga remaja (satu cewek, dua cowok) yang menenteng kamera dengan lensa fix. Mereka menyapa kami sembari meminta izin untuk foto di sekitaran tembok kusam. Untuk sementara aku dan Mas Ari menuju sudut yang lain, membiarkan mereka leluasa memotret.
Sekilas bangunan ini seperti segi empat. Bekas bangunan dua lantai, di lantai dua terdapat enam jendela besar, sementara sisi lainnya ada tiga jendela/pintu. Entah ini bekas perkantoran atau semacam gudang peninggalan Belanda.
Selain pintu tertutup rapat, ada juga di sudut arah jalan sebuah jendela kecil. Kayu-kayu jendela masih kokoh dimakan waktu. Sesekali burung datang dan pergi silih berganti. Tak ada niat ingin tahu area dalam. Aku cukup memandang dari luar.
Semacam ventilasi udara |
Kali ini aku terus mengabadikan dulu. Nantinya, sepulang dari Cilacap aku akan mencari tahu tentang bangunan ini. Mulai dari menelusurinya di literatur-literatur yang ada, atau bertanya pada orang yang menurutku paham dengan sejarah Cilacap.
Bangunan tua ini bekas perkantoran atau gudang?
Terbesit rasa penasaran ingin tahu sejarah bangunan tua ini. Hanya saja, keterbatasan literatur membuat aku kebingungan. Aku hanya bisa menyimpulkan bahwa Cilacap mempunyai banyak peninggalan tua yang patut dipelihara.
Sepulang dari Cilacap, aku mengunggah satu foto bangunan tersebut dengan menandai salah satu akun twitter yang sering membahas tentang bangunan peninggalan di Cilacap. Akun twitter beliau adalah @Soyosae.
Kurangkum informasi yang kudapatkan dari beliau. Sedikit informasi ini mungkin berguna. Biarpun minim literatur, setidaknya ada potensi bahwa bangunan ini bisa sedikit teridentifikasi. ya, meskipun tulisanku ini jauh dari kesempurnaan.
Diterangkan oleh Mas Soyosae bahwa di kompleks pelabuhan memang banyak bangunan tua. Bangunan yang aku abadikan ini adalah bekas gudang. Pada masa lampau Cilacap menjadi tempat Gudang untuk mengekspor gula dan kelapa. Pasokannya dari Jogja dan Wonosobo.
Kereta api yang melintasi Kawasan bangunan tua ini adalah Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) dan Staatsspoorwegen (SS). Selaras dengan artikel yang pernah kutulis tentang Stasiun Lama Maguwo beberapa waktu silam, saat aku ikut kelas heritage di Jogja.
Jalur rel kereta api tepat di samping bangunan tua |
Ketika jalur rel kereta api memasuki Cilacap, bangunan pergudangan berkembang di Donan. Kini menjadi Kawasan Tanjung Intan. Lokasi yang sampai sekarang tetap ramai.
Sampai sekarang tetap ada rel kereta api yang melintang di sisi bangunan. Aku sempat melongok dan mengabadikan rel tersebut. Sekarang rel ini sudah tidak berfungsi lagi. Malah digunakan para remaja untuk berfoto.
Sembari menerangkan, Mas Soyosae menyertakan beberapa foto bangunan tersebut. Sebuah foto pada tahun 1925 tampak bangunan di atas masih utuh dengan warna cat putih. Serta beberapa lokomotif atau gerbong yang berada di jalur rel kereta api.
Foto bangunan lama (cat putih) saat masih utuh/ Screenshot twitter @soyosae |
Kita tidak pernah tahu ke depannya, siapa tahu masa mendatang bangunan-bangunan seperti ini menjadi daya tarik para pecinta wisata heritage. Para pecinta sejarah yang ingin mengulik kehidupan masa lampau. Sejatinya sejarah adalah sesuatu yang nyata, hanya saja kita terbatas dalam menelusurinya. *Cilacap; Sabtu, 17 Februari 2018.
*Referensi tambahan: Informasi tweet dari @Soyosae. Terima kasih atas bantuan informasinya dalam mengidentifikasi bangunan di sekitaran Komplek Pelindo Cilacap.
Sangar juga tuh bangunannya
BalasHapusNggak sangar kok hahahaha.
HapusEmang sih, bagi sebagian orang, bangunan seperti punya banyak cerita
ngelihat foto foto nya, jadi keinget bangunan tua di Ampenan yang hancur karena gempa kemarin
BalasHapuspenuh kenangan, tempat foto prewedding, heuheuheu
Semoga lekas berlalu gempanya mas. Semoga juga selamat keluarga dan seluruh masyarakat NTB.
HapusPas melihat foto tahun 1925 kayak lagi di film-film Cowboy. Ini yang tersisa cuma satu bangunan ini aja ya?
BalasHapusTersisa tinggal satu ini, itupun tak terawat
HapusJangan disebut beliau disini dong Mas, kayak Capres-Cawapres aja. Sebut saja Ari..hiihihi...
BalasHapusHahahaha, tetap saja mas pakai kata beliau.
HapusInsyallah secepatnya mau main ke sana lagi mas :-)
Pas juga kalau Cilacap sempat dijadikan sebagai gudang penyimpanan untuk stok barang ekspor, karena Cilacap sendiri punya sarana transportasi yang cukup mendukung untuk kegiatan ini. Ya, katakanlah pelabuhan dengan tambahan rel kereta api seperti foto di atas.
BalasHapusBenar mas, bahkan banyak sejarah yang menarik di Cilacap. Termasuk adanya benteng pendem, benteng karangbolong, dan benteng klingker
HapusSaiki saitik saitik instagramable yak. Lah iya lah kan diupload di instagram, nek diupload ning FB dadi Facebokable.
BalasHapusBerarti dengan kata lain, nanti diekspor lewat pelabuhan Tanjung Intan atau sing satune kui ya. Hmm~
Sekarang lebih banyak yang suka mengunggah di Instagram loh dibanding lainnya. Kita orang twitter mah sukanya yang receh-receh
Hapuswah mas, ini belum keturutan kalo ke Cilacap eksplor wisata heritagenya. Tulisan menarik tentang heritage.. Asyik klo eksplor Cilacap bareng mas Soyosae..
BalasHapusBener itu mas. Aku malah gagal ikut jelajah yang di Kebumen mas.
HapusMungkin bulan depan kalau ada lagi mau ikutan
Kalo sedang wisata ke tempat2 tertentu, dan menemukan bangunan2 tua yg hancur, aku juga lgs penasaran. Kenapa bisa begitu. Penyebabnya apa sampe hancur. Seperti apa bnetuknya dulu. Digunapan untuk apa dll. Apalagiii, kalo ada kaitannya dengan hal2 yg mengerikan, ntah itu krn perang, ato bom. Aku lgs semangat itu cari tau :D.
BalasHapusKayaknya aku baru suka hal seperti itu mbak, tapi kalau datanya terbatas benar-benar membingungkan :-)
HapusMakanya kemarin sengaja mencolek akun yang lebih paham sejarah di Cilacap
bangunan tua memang ada pesonanya sendiri ya mas hehehe penasaran juga dengan relnya... kira-kia berakhir kemana ya?
BalasHapusDi Cilacap banyak rel loh.
HapusBahkan sekarang di Stasiun Kota Cilacap juga mulai hidup lagi stasiunnya
baca ini aku langsung googling lokasi Cilacap dan setelah tahu lokasinya, wajar memang CIlacap dijadikan pergudangan jaman Belanda dulu
BalasHapusBenar mas, ini juga masih ada rencana mau nulis berkaitan dengan peninggalan Belanda lagi di Cilacap. Masih banyak bahan yang belum saya tulis di blog
HapusBangunannya yang old itu yang bikin gemas pengen foto di situ hahaha. Kalau ke Ende saya ajak ke Gedung Imaculata 😁😂
BalasHapusDoakan mbak bisa main ke Ende hehehhhe.
HapusAda banyak kawanku orang sana