Santap Siang Mangut Beong, Kuliner Khas dari Magelang - Nasirullah Sitam

Santap Siang Mangut Beong, Kuliner Khas dari Magelang

Share This
Sajian kuliner Mangut Beong di Magelang
Sajian kuliner Mangut Beong di Magelang
“Besok sebelum balik Jogja makan siang di mana mas?” Tanya bapak yang mengantarkan kami ke Magelang. 

Aku melihat rangkaian jadwal pada secarik kertas. Agenda terakhir sebelum meninggalkan Magelang ternyata makan siang di salah satu kuliner terkenal enak di Magelang. Nama warung kuliner tersebut adalah Rumah Makan Sehati Borobudur Spesial Ndas Beong. 

“Makan siang di Mangut Beong, pak,” Terangku setelah melihat jadwal. 

“Enak kui mas,” Sahut beliau cepat. 

Berkali-kali aku mendengar ulasan teman di blog kuliner tentang Kepala Beong. Hanya saja, aku belum pernah mencicipi cita rasa kuliner khas Magelang tersebut. Akhirnya, besok siang aku bisa mencicipinya. Tidak sabar untuk merasakan sensasi rasa yang konon pedas tersebut. 

***** 

Tiga mobil beriringan meninggalkan Pusat Souvenir Pensil. Bapak supir mengarahkan mobil menuju warung makan. Sekilas, tempat warung ini tidak jauh dari Bukit Rhema. Iringan mobil berhenti tepat di halaman Warung Rumah Makan Sehati. Warung ini terkenal menu spesial Mangut Ndas Beong. 
Warung kuliner mangut kepala beong di Magelang
Warung kuliner mangut kepala beong di Magelang
Warung ini berlokasi di Jl. Sudirman No.Km. 2, Bumenjelapan, Kembanglimus, Borobudur. Jarak dengan Kawasan Candi Borobudur sekitar 5 kilometer. Di halaman, sudah banyak kendaraan roda empat yang parkir. 

Rombongan menuju meja yang sudah dipesan. Menjelang siang sudah ramai pengunjung yang ingin santap siang. Sembari menunggu sajian dihidangkan, aku melihat ke meja tempat lauk Mangut Beong. 

Gerobak kecil tempat sajian menu sudah dipenuhi dengan lauk. Di bagian kaca tertempel berbagai sticker. Terselip kertas ukuran A4 dilengkapi dengan tulisan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk memesan makanan jauh-jauh hari. 
Nomor yang bisa dihubungi untuk memesan mangut beong
Nomor yang bisa dihubungi untuk memesan mangut beong
“Saya boleh lihat ke dapur, bu?” Tanyaku meminta izin. 

“Boleh mas. Masuk saja lewat pintu ini,” Jawab ibu yang melayani pembeli. 

Pintu di belakang tidak lebar. Aku melangkahkan kaki ke dalam, melihat bagian dapur. Tempat Mangut Beong ini diolah sampai disajikan. Ruangan dapur terbagi menjadi dua, satu bagian untuk membuat bumbu, dan belakangnya lagi untuk memasak ikan. 

Kuali-kuali besar berjejer di atas tungku yang terbuat dari tanah liat. Berbagai bumbu sudah menyatu dalam kuali besar, tinggal memasukkan ikan yang sudah dipotong. Bau semerbak rempah masuk dalam indera penciumanku. 

Cabai, Laos, Kunyit, Jahe, Daun Jeruk (Jeruk Purut), Serei, Daun Salam, dan Lengkuas teritangkap indera penciumanku. Rempah-rempah yang kusebutkan memang digunakan, dengan tambahan seperti Ketumbar, Merica, dan Jinten. 
Memasaknya masih menggunakan tungku dan bahan bakar kayu
Memasaknya masih menggunakan tungku dan bahan bakar kayu
“Pantes baunya menggugah selera, bu,” Celetukku selama di dapur. 

Api menyala merah membakar tumpukan kayu bakar. Di warung ini, mereka masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Hal ini dikarenakan agar cita rasa kulinernya tetap terjaga. 

***** 

Ikan Beong disebutkan sebagai ikan endemik di sungai Progo. Pada literatur lain ada yang mengatakan bahwa ikan ini mempunyai nama latin mystus nemurus. Masih menurut informasi dari portal tersebut, ikan ini tersebar di beberapa sungai Indonesia. 

Jika kita menulis kata mystus nemurus di Wikipedia. Nantinya kata kunci tersebut diarahkan pada Ikan Baung Tageh. Tiap daerah menyebutnya dengan nama yang berbeda-beda. Antara lain Ikan Bawon, Singgai, Senggah, Tageh, Baceman, Beong, dan Bebeong. 

“Ikannya mirip Kutuk, mas,” Terang Bu Isti sembari memegang kepala ikan Beong. 

Selama di dapur, aku mengulik informasi bagaimana warung makan sehati ini bisa tetap mendapatkan stok ikan beong dengan jumlah yang banyak. Bu Isti tidak perlu repot-repot ke pasar mencari ikan, beliau tinggal menunggu antaran ikan dari para pengepul. Satu kilo ikan beong mentah ditebus dengan harga 45.000 rupiah/kilo. 

Uniknya ikan beong ini harganya berbeda. Jika bagian badan ikan setiap satu porsi dihargai 35.000 yang kecil. Untuk kepala paling murah dapat dibeli dengan harga 49.000 rupiah/porsi. Kepala Beong menjadi favorit para pecinta kuliner karena dagingnya lebih banyak. 
Ibu Isti memperlihatkan kepala ikan beong
Ibu Isti memperlihatkan kepala ikan beong
“Kalau kepala beong paling besar, kami hargai 80.000 rupiah/porsi.” Ujar Bu Isti. 

Obrolan panjang di dapur tidak terasa. Bahkan pesananku sudah sedari tadi tersaji di meja. Aku memesan beong bagian badannya dengan harga 35.000 rupiah/porsi. Ini saja menurutku sudah besar. Rasanya memang pas, tentunya semua ini karena rempahnya menyatu. 

Bagi pecinta kuliner pedas, Mangut Beong harus dicoba. Selama menikmati hidangan, seringkali aku berhenti mengunyah, menyempatkan waktu menyesap minuman dingin. Daging ikan beong pun lembut. 

Warung Rumah Makan Sehati ini buka mulai pukul 07.00 – 17.00 WIB. Terdapat 8 orang yang mempunyai tugas masing-masing. Mulai dari pramusaji sampai peracik rempah untuk Mangut Beong. 
Santap siang kuliner mangut kepala beong Magelang
Santap siang kuliner mangut kepala beong Magelang
“Jika warung ramai, kami biasanya membutuhkan satu kuintal ikan, mas,” Terang Bu Isti sembari memilah rempah-rempah. 

Tidak mengherankan kuliner Mangut Beong menarik perhatian para wisatawan. Cita rasa yang enak dan pas di lidah membuat banyak orang ingin mencicipi kuliner satu ini. Bagi kalian yang sedang di Magelang, berwisata ke Borobudur dan sekitarnya. Bisa dicoba makan siang menyicipi Mangut Kepala Beong. *Magelang; Minggu, 11 Maret 2018.

34 komentar:

  1. Mangut itu masakan kesukaanku mas..apalagi nek pas dolan kendal..wajib ki..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah baru pertama kali makan Mangut Beong ini mas. Pas di lidah

      Hapus
  2. Menggunggah selera bangat tapi sayang pas eksplore magelang kagak kesana padahal ternyata hanya 5 km dari borobudur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Besok-besok kalau singgah di Magelang dan sekitarnya bisa kulineran di sini hehehehhe

      Hapus
  3. sehati ini favorit aku mas! pertama kali diajak kesini rame-rame sama pak dosen dalam rangka perpisahan angkatan :( tapi abis itu kalo reunian kita smua kumpulnya disini lagi karena enak banget mangutnya apalagi yang pedassss hmmmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah dibaca oleh pelanggan setia Sehati. Memang enak mas, dan sepertinya kalau main ke Magelang lagi bakal singgah di sini

      Hapus
  4. Waikiii harus diagendakan kalo ke borobudur. Hmmm sepertinya menggoda *lap iler

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo kamu kan biasanya suka mlipir sendiri mas. Jadi bisalah main ke sini hahahahha

      Hapus
  5. wooo, ikan to, kirain keong, heuheuheu
    nek mangut lele, sering makan. di Lombok gak ada yg jual, jadi masak sendiri...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangut Lele di sekitaran Bantul ada yang terkenal mas, kalau Beong ya di Magelang

      Hapus
  6. Tak kira Beong itu cuma nama Warung Makan nya, oh ternyata memang ada ikannya.
    Iya juga, kalau dilihat di foto, bentuk kepalanya mirip iwak kutuk. Tapi ini versi jumbonya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas. Saya lihatnya juga besar-besar ikannya. Enak loh

      Hapus
  7. weh penasaran karo ikan beong. nek jarene sampean (dengan mengutip kalimat ibuk e) mirip kutuk malah dadi penasaran. daging e lembut berarti?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dagingnya cukup kembut. Beda dengan ikan laut hahahhahaa

      Hapus
  8. Lucu juga ya namanya, Beong. Kalau disuruh menebak di awal, saya pikir itu sapi. Di warung ini khusus menyajikan Beong saja ya mas?

    BalasHapus
  9. aku baru tahu ada ikan beong ...hehe
    bumbunya penuh rempah begini .. pasti rasanya mantaff :)

    BalasHapus
  10. Wah aku pernah nyobain mangut beong ini di kawasan Borobudur dan sukaa.. Pedas sih, tapi nagih ya.

    BalasHapus
  11. Aku bacanya kecebeong *efek tahun politik timeline bertebaran kata itu*
    Tadi aku penasaran terus googling gambar ikan Beong pas masih hidup. Punya kumis kaya lele :O
    Dann, kok bisa ya endemik di sana aja :o

    Kalau mengintip wajah dapurnya sih kayanya memang "ahli" di dunia permangutan warungnya tuh. Aku jadi pinginnn. Masak mangut pakai kompor tu tetep rasanya lain e.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buahahaha, kamu terlalu banyak mikirin politik mbak.
      Wah kasian mas e kalau kamu pengen tungku, balik desa mbak, biar asyik masaknya pakai tungku

      Hapus
  12. Hwoook jadi pengen. Pos soal kuliner ini mengingatkan saya pada kuliner khas Ende, namanya 'ika soa'. Itu ikan diasapi terus dimasak santan, makannya pakai 'wa'ai ndota' atau ubi cincang yang dikukus.

    Udeh, tinggalkan laptop, cari wa'ai ndota ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'ai ndota kalau di tempatku namanya Gobet. Jadi ingat kalau di rumah ahahahhahah

      Hapus
  13. Balasan
    1. Ini salah satu kuliner di Magelang yang harus dikunjungi

      Hapus
  14. Jos iki. cuma soyo suwe regone soyo larang. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang punya kawasan Magelang muncul hahahahha. Ncen enak mas

      Hapus
  15. Wah lokasine wes pindah, iki tempat sek fotoku dijupuk dinggo majalah nganu tanpo ngomong hehe

    BalasHapus
  16. Aku seringnya makan mangut lele. Jadi penasaran sama mangut beong ini. Kayaknya sama2 enak ya mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sama-sama suka mangut pasti cocok di lidah mbak.

      Hapus
  17. Tiap mudik atau balik ke Jogja pake motor selalu baca "sedia mangut beong" tapi sampe skrg belum kesampaian juga nyicip. Suamiku nggak suka mangut, jd dia ogah mampir 😓

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke sana pas mas-nya sudah kenyang. Jadi bisa mampir dan masnya jaga di parkiran kakakakkaka
      *kejam

      Hapus

Pages