Mengopi di Lantai Bumi Coffee and Space Jogja - Nasirullah Sitam

Mengopi di Lantai Bumi Coffee and Space Jogja

Share This
Pesanan V60 dan Vietnam Drip di Kedai Kopi Lantai Bumi
Pesanan V60 dan Vietnam Drip di Kedai Kopi Lantai Bumi
Meski tidak jauh dari tempat kerja, kedai kopi Lantai Bumi jarang kukunjungi. Seingatku, baru dua kali aku berkunjung. Itupun pertama kali datang ke sini tidak mencicipi minumannya karena sedang puasa sunah. Datang tidak lebih dari setengah jam, menyapa kawan luar kota, lantas izin balik kerja. 

Sekian lama berselang, baru bisa menyempatkan kembali mengunjungi kedai kopi ini saat puasa Ramadan. Agenda awal ingin mencoba paket buka bersama di kedai kopi, hingga akhirnya berlanjut sampai malam hari. 

Memasuki kedai, tidak ada perubahan yang mencolok dari awal. Hanya saja di bagian tempat merokok sedang direnovasi. Hal ini mengubah lokasi musola dan yang lainnya. Bagi yang sekadar mengopi, meski direnovasi, tetap saja bisa digunakan. Mungkin ketika tulisan ini tayang, renovasi sudah selesai. 

Seorang pramusaji mengarahkan meja yang sudah kami pesan. Seperti biasa, orang yang datang lebih awal di kedai kopi adalah aku. Niat awal memang ingin sekalian menyicil pekerjaan. Menjelang buka puasa, pengunjung makin ramai. 

Di hari biasa, kedai kopi ini buka mulai pukul 08.00 WIB hingga tutup pukul 00.00 WIB. Berlokasi di Pogung Kidul, tentunya kedai ini menjadi salah satu lokasi favorit para mahasiswa UGM untuk berkumpul, kongkow, dan mengerjakan tugas. 

“Sekarang nongkrong di mana, mas?” Sapa barista cowok beranbut panjang. 

“Pindah-pindah, mas. Tergantung mood,” Jawabku tertawa. 
Pramusaji dan Barista menjadi satu di meja bar
Pramusaji dan Barista menjadi satu di meja bar
Barista ini yang dulu sempat kami temui waktu ngopi di Culturehead Coffee. Sementara kedai kopi tersebut tutup, entah sedang renovasi atau selamanya. Aku tidak bertanya lebih jauh. Intinya, seorang barista mengingat pengunjung yang lama tidak kelihatan pastinya hal yang bagus. 

Kami berbincang sesaat. Kemudian larut bersama laptop. Menulis draft yang sempat tertunda sembari menunggu kawan datang. Cukup lama di sini, sajian buka sudah habis. Kami masih bertahan. Lagi-lagi, kami memesan minuman tambahan. 

Kutilik biji kopi yang tersedia. Seingatku yang tersedia biji dari Malang dan Jambi. Aku menjajal biji kopi dari Malang. Proses pembuatannya dianjurkan barista menggunakan metode kalita. Katanya, rasanya jauh lebih muncul. Sebagai pecinta kopi dan masih awam terkait rasa, tentu aku mengangguk setuju. 

Pilihan menu minuman di Lantai Bumi beragam. Bahkan menurutku, bagi yang tidak begitu suka kopi dimanjakan dengan menu nonkopi. Kisaran harga minuman di sini mirip harga di kedai kopi Mathonos. Selama bersantai, lebih banyak pengunjung yang memesan Es Kopi Susu Adinda. 
Daftar menu dan harga di kedai kopi Lantai Bumi Jogja
Daftar menu dan harga di kedai kopi Lantai Bumi Jogja
Mungkin karena bulan puasa, menurutku di kedai ini banyak barista dan pramusajinya. Mereka berkumpul di meja bar sembari berbincang. Namun, terkadang sibuk meracik kopi yang dipesan pengunjung. 

Sepintas juga seorang barista perempuan sedang meracik kopi. Lantas merasakan hasil racikannya. Tidak ketinggalan barista dan teman yang lain ikut mencicipi, lantas mengomentari terkait rasa. Pemandangan ini mengingatkanku pada cupping kopi. 

Seorang peramu kopi (barista) meracik kopi, menyeruput, mengenali aroma rasa, menghirup bau yang keluar, hingga meneguk minumannya. Usai itu, mereka memberi pendapat terkait rasa yang keluar dari tiap seduhan. Biasanya kegiatan seperti ini dilakukan para barista, roaster, maupun orang-orang yang bergelut dengan biji kopi dengan istilah cupping
Meracik kopi pesanan pengunjung
Meracik kopi pesanan pengunjung
Bangunan yang lebih didominasi oleh kaca transparan besar ini ramai. Mumpung belum ramai pengunjung, aku memotret bagian dalam kedai kopi. Dua sofa yang dilengkapi kursi terletak di bagian ujung kedai, berbatasan langsung dengan kaca panjang sebagai jendela. 

Meja dan kursi banyak tertata rapi di dalam. Jika kita datang dengan rombongan lumayan banyak, pramusaji maupun barista memperbolehkan kita untuk menggabungkan beberapa meja menjadi satu. Di lantai pun ada colokan listrik. 

Hampir setiap kedai kopi menambah barang untuk menjadikan sudut ruangan lebih bagus dipandang. Tepat di dinding terdapat tiga gambar yang sudah dalam bingkai. Tidak ketinggalan di sisi kanan pintu masuk, terdapat rak buku serta satu sepeda fixie. 
Meja dan kursi di ruangan bebas rokok kedai kopi Lantai Bumi
Meja dan kursi di ruangan bebas rokok kedai kopi Lantai Bumi
Interior tambahan di sudut ruangan
Interior tambahan di sudut ruangan
“Makin ramai selepas isya,” Celetukku. 

Di luar, tempatnya jauh lebih luas. Pengunjung bisa menggunakan sisi kiri tempat terbuka ataupun di deretan kursi sebelum pintu masuk. Semuanya bisa ditempati selama masih kosong. Kursi permanen yang menyatu dengan tembok biasa digunakan barista bersantai kala tidak sibuk. 

Deretan sepeda motor tertata rapi, sisi yang lain ada meja yang dilengkapi dengan empat kursi. Berbeda halnya dengan sisi luar kedai yang mengarahkan kita menuju musola dan toilet. Tempatnya jauh lebih luas. Dua pohon mangga menjulang tinggi sebagai peneduh. 

Banyak kedai yang menggunakan meja kayu di ruang terbuka. Di Lantai Bumi berbeda, bagian luar kedai dibuat meja permanen panjang. Lengkap dengan kursi permanen terbuat dari semen memanjang. Setiap meja bisa digunakan duduk berkelompok, sekitar 8 sampai 10 orang. 
Pengunjung di area luar kedai kopi
Pengunjung di area luar kedai kopi
Sewaktu aku berkunjung, area luar ini belum maksimal. Masih terdapat bagian yang diperbaiki. Terutama bagian yang mendekat jalur ke musola. Selama aku di sini, area luar ini lebih didominasi muda-mudi yang sedang melakukan permainan melalui gawai masing-masing. 

Bagaimana dengan pesanan kami? Sebagian pesanan sudah kami terima. Tinggal menunggu pesanan yang lainnya beserta kudapan yang belum datang. Salah satu dari kami penasaran dengan Es Kopi Susu Adinda. Sehingga sengaja memesan satu gelas minuman tersebut. 

Terkait selera minuman, setiap lidah memang berbeda-beda. Aku sendiri sempat menyicip minuman tersebut. Bagiku sangat manis, serta ada aroma semacam keik. Mungkin lidah ini yang sensitif. Bagi pecinta nonkopi, mungkin beda lagi seleranya. 
Memotret sisa-sisa gelas kala mengopi
Memotret sisa-sisa gelas kala mengopi
Seperti yang aku bilang diawal, jika di sini kusempatkan mengerjakan beberapa tulisan yang sempat tertunda. Kalian yang menggunakan fasilitas jaringan internet, perlu diketahui tiap satu jam koneksi internetnya putus sendiri. 

Kedai kopi Lantai Bumi bagiku menarik untuk dikunjungi. Lokasi yang lumayan di dalam, tidak begitu riuh lalu-lalang kendaraan dan lumayan tenang. Bagi yang berada di sekitaran Pogung, sesekali coba mampir di Lantai Bumi. *Kedai Kopi Lantai Bumi Jogja; 18 Mei 2019

14 komentar:

  1. syahdu sekali, dinding krem, kursi putih hitam...
    eh mbak mbak barista nya cakep cakep, heuheuheu

    BalasHapus
  2. abang gonrongnya sudah potong rambut, mas
    *update info

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu sungguh bergerak cepat kalau urusan barista ganteng.

      Hapus
  3. Kapan2 nyoba mampir sini aah. Ada mushalanya juga jd nggak perlu keluar kedai kalau mau salat. Wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi kamu masih ingat pas pegang tangan cowok buat nyeberangin ke musola ya? Sungguh kamu orangnya sangat pengingat sekali.

      Hapus
  4. Sebuah kenikmatan duniawi bak surgawi, dimana kopi berpadu dengan syahdunya suasana, mata pun disuguhi mbak-mbak cantek yang lalu lalang, ohhhhh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kopi itu tetap nikmat kok, tinggal bagaimana kita waktu menyeduh saja.

      Hapus
  5. Balasan
    1. sesekali bisa dicoba kalau memang lagi luang :-)

      Hapus
  6. Sama mas, aku pun masih awam dan dangkal soal wawasan dan rasa kopi. Tapi biasanya aku suka citarasa bittersweet seperti kopi tubruk, kopi tarik, dan kopi vietnam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lambat laun, kalau kita sering mencoba bakal terasa, mas. Memang kudu lebih peka.

      Hapus
  7. kedai2 kopi ini berusaha menarik pengunjung dengan thema, desain interior, nama2 menu yang dibuat beda dan kadang ada penambahan macam2 ke kopi-nya .... tergantung selera sih .... kalau kedai ini terlihat ramai ya .... artinya "pas" bagi konsumen .. ngga tahu pas apanya ... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak kedai kopi, banyak konsep, dan pengunjung bisa datang sesuai dengan tujuan awal.

      Hapus

Pages