Menepi di Kedai Sebaya Kopi Jogja - Nasirullah Sitam

Menepi di Kedai Sebaya Kopi Jogja

Share This
Menyesap Latte di Sebaya Kopi Jogja

Minggu pertama di bulan maret padat merayap. Mulai dari tugas kantor terkait akreditasi, hingga kegiatan blog saling bersambung. Rasanya tidak ada putus. Aku berusaha membagi waktu dengan cermat. Kapan waktunya mengerjakan tugas kantor maupun pribadi. 

Di sela-sela kesibukan, aku sudah mengagendakan berkunjung ke Sebaya Kopi. Kedai kopi ini sudah pernah aku kunjungi di beberapa watu terakhir. Tahun 2019, aku pernah ke sini bersama kolega. Kala itu tempatnya belum direnovasi. 

Berlokasi di jalan Flamboyan, Karang Gayam. Kedai kopi ini cukup tenang. Tidak jauh dari sini ada banyak kedai kopi yang lainnya seperti Omah Budhe Coffee ataupun Medpresso Coffee. Hanya saja Sebaya Kopi ini tempatnya agak tersembunyi. 

Sebaya Kopi tepat satu tahun di bulan April 2020. Ditilik dari informasinya, Sebaya Kopi dibuka tepat awal bulan April 2019. Awalnya kedai kopi ini lebih luas di area luar. Di dalam sendiri tidak sebesar sekarang. Hanya ada meja yang berhadapan dengan meja barista. 
Lokasi Sebaya Kopi di Jalan Flamboyan Karang Gayam
Lokasi Sebaya Kopi di Jalan Flamboyan Karang Gayam

Kali pertama datang di Sebaya Kopi, aku dan kolega duduk lesehan di teras rumah. Renovasi sempat dilakukan sehingga Februari 2020, tempat ini menjadi lebih luas dan menyenangkan. Jika kondisi ramai, kedai kopi ini mencapai 50 pengunjung. Bisa lebih banyak tetapi kenyamanannya berkurang. 

Saat datang yang kedua, tempatnya sudah direnovasi. Selama Desember hingga awal Februari kedai kopi ini tutup karena renovasi. Aku di sini bertemu dengan teman-teman yang dulunya pernah menjadi barista di kedai kopi seputaran Demangan. Kami berbincang santai terkait aktivitas sekarang. 

Hari masih pagi, aku mendorong pintu kedai. Dua barista bertugas masih cukup lengang. Kulirik menu yang tersemat pada tembok penyanggah. Aku ingin mencari Vietnam Drip, kulihat menu tidak tersedia. Sedikit lebih lama aku pertimbangkan hingga akhirnya memesan Latte Hot. 

Menjelang siang ini belum ada jurumasak. Sehingga mereka hanya menyediakan minuman. Kulihat ada menu makanan yang tercetak dan diletakkan di depan kasir. Menu makanan berat ataupun kudapan tersedia. Hanya saja jurumasaknya belum ada. 
Dua barista Sebaya Kopi yang bertugas
Dua barista Sebaya Kopi yang bertugas

“Saya agak lama boleh kan, mas?” Ujarku. Terang saja, ada banyak kerjaan yang harus aku selesaikan siang ini. 

“Santai saja mas. Boleh kok.” 

Aku memilih tempat duduk yang ada di dalam. Ada beberapa tempat yang bisa dijadikan opsi. Aku memilih meja lesehan yang dilengkapi dengan bean bag. Tiga meja tersedia, dua di antaranya terdapat stop kontak. Aku pilih paling pojok yang satu meja. 

Meja satunya sudah tertulis keterangan “dipesan”. Menurut informasi dari barista, ada dua pengunjung yang memesan tempat duduk melalui pesan Instagram. Terkait pemesanan sebenarnya tidak ada aturan khusus. Paling penting mereka memesan minuman dan makanan. 

Kujelajahi sudut dalam kedai. Satu rumah penuh, dengan berbagai tempat duduk. Di depan barista ada meja kecil memanjang yang tersemat pada dinding. Tempat ini dikhususnya bagi mereka yang datang sendirian. 
Daftar menu dan harga di Sebaya Kopi Jogja
Daftar menu dan harga di Sebaya Kopi Jogja

Tepat di depan kasir ada meja panjang lengkap enam kursi. Bagi yang ingin berbincang santai bersama rombongan, tempat ini menjadi opsi yang tepat. Hanya saja lokasinya di depan pintu masuk. Sehingga hilir-mudik pengunjung. 

Masih di dalam, ada ruangan khusus untuk rapat. Tempat ini juga bisa dipesan bagi yang ingin sedikit lebih privasi. Ada juga dua meja panjang serta satu sofa. Total di dalam ruangan ada tujuh tempat duduk dengan sudut kenyamanan yang berbeda. 

Sejak ke sini memang sudah kuniatkan ingin memotret dan mengulasnya. Aku menjelajah tempat duduk yang terbuka. Ada empat tempat duduk yang bisa dipilih. Satu tempat duduk di luar adalah teras rumah yang dilengkapi dengan stop kontak. Mejanya memanfaatkan pondasi rumah. 
Penataan meja dan kursi di ruangan dalam
Penataan meja dan kursi di ruangan dalam
Spot favorit mengerjakan tugas di Sebaya Kopi
Spot favorit mengerjakan tugas di Sebaya Kopi

Satu lagi tempat duduk terbuka yang dibuat dari semen. Area ini tidak ada penutupnya. Benar-benar terbuka. Di sampingnya juga terdapat banyak meja dan kursi. Hanya saja yang membedakan terdapat kanopi sebagai penutup. 

Teras yang menuju akses ke dalam kedai kopi juga dimanfaatkan untuk tempat duduk. Seingatku, tempat ini menjadi favorit para teman sejawat barista. Jika tidak ramai, tempat ini menjadi lokasi duduk barista yang bekerja. 

Selepas duhur, satu persatu pengunjung berdatangan. Hingga bagian dalam kedai kopi sudah penuh. Rata-rata yang datang berkelompok. Mereka mengerjakan tugas ataupun sedang berdiskusi. Jarang di dalam untuk berbincang santai. 

Siklus kedai kopi memang mirip. Di sini menjelang sore hingga malam adalah waktu padat-padatnya pengunjung. Masa peralihan sif pukul 15.00 WIB menjadi waktu ramai yang pertama. Setelah itu keramaian melonjak selepas solat magrib. 
Area terbuka di Sebaya Kopi
Area terbuka di Sebaya Kopi

Sejak Sebaya Kopi direnovasi, tempat ini menjadi opsi para mahasiswa untuk dikunjungi. Lokasinya yang menurutku tidak di tempat ramai, suasana tata ruang di dalam nyaman untuk bekerja, dan tampilan yang minimalis menjadi nilai tambah. 

Rak kecil berisi koleksi buku meski sedikit, figura yang tersemat di dinding berwarna selaras dengan tembok berbalur cat putih. Tiga jendela ditutupi dengan kain putih, serta pernak-pernik yang tersemat di meja ataupun tembok menjadi suasana makin nyaman. 

Di kedai kopi ini lantunan musiknya pelan. Mungkin salah satu kedai kopi yang suaranya musik paling pelan di Jogja. Bagi yang ingin mencari kabel, di sinipun tersedia kabel panjang yang bisa dipinjam. Fasilitasnya makin lengkap karena ada musola. 
 Pesanan pertama di Sebaya Kopi
 Pesanan pertama di Sebaya Kopi

Jaringan internet stabil. Selama aku memakai untuk keperluan unggah video youtube dan unggahan di Google Drive tidak mengalami masalah. Di sini juga aku menulis tulisan ini hingga tuntas, dan menjadwalkan postingan di blog. 

Sedikit penilaianku tentang Sebaya Kopi. Tempat ini nyaman sebagai kedai kopi yang digunakan untuk bekerja (khusus di dalam). Menu makanan dan minuman beragam. Kamar mandi lumayan luas dan bersih. Pun dengan musola tersedia mukena dan sarung. 
Pengunjung mulai ramai menjelang sore
Pengunjung mulai ramai menjelang sore

Bagi yang ingin bekerja di sini, aku merekomendasikan datang pagi. Kedai kopi ini buka mulai pukul 08.00 WIB – 23.00 WIB. Jika ke sini selepas duhur, masih cukup nyaman. Jika sudah selepas asyar, mulai agak riuh. 

Hari mulai sore, rinai hujan kembali menyapa. Aku bergegas menutup laptop. Merapikan tempat duduk, dan mengantarkan gelas kosong ke meja barista. Waktunya pulang, pekerjaan-pekerjaan yang tadinya mendekati batas waktu sudah terselesaikan. *Sebaya Kopi; 08 Maret 2020.

16 komentar:

  1. spot lesehannya bikin betah banget tuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin malas kerja, tahu-tahu ketiduran ahahahha

      Hapus
  2. Biasanya kedai kopi yang interiornya bergaya industrial suasananya agak-agak intimidatif gitu, kesannya "kelas" banget. Tapi yang ini entah kenapa, dari foto, tampak homey banget. Pasti betah banget nulis lama-lama di Sebaya Kopi ini. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jogja aman, mas. Saya sekarang suka ke kedai buat nulis, soalnya kalau ke tempat kopian seperti di sekitaran Sorowajan tidak fokus karena riuh, asap rokok, kadang juga abu rokok.

      Hapus
  3. tempat asik buat kerja memang di warkop ya om..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya perpustakaan pun sama. Selama ada colokannya dan nyaman ahhahaha

      Hapus
  4. paling suka yang spot lesehan, bisa betah lama lama disitu.

    mengenai musik yang pelan, jarang jarang nih, biasanya tuh cafe setel musik keras keras2 yang bikin jadi gak nyaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemarin sempat menulisk deadline di sini. Alhamdulillah aman ahahahha

      Hapus
  5. Masih muda sih untuk ukuran sebuah usaha. Tapi sepertinya kedai ini punya pelanggan fanatik hingga bisa bertahan hampir satu tahun. Di tengah menjamurnya usaha kedai kopi di banyak tempat, pemilik kedai memang 'dipaksa' untuk menjadi kreatif, bukan hanya dalam membuat kopi enak tapi juga menjual suasana kedai yang nyaman dan akomodatif bagi kebutuhan milenial.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pelanggan kedai kopi biasanya 3 bulan awal sudah terlihat, mas. Jadi memang harus inovatif tiap kedai kopi dalam berusaha.

      Hapus
  6. Itu spot lesehannya udah macam di kos-kosan aja haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pankapan kita ke sini, biar Bre bisa loncat-loncat ahahhaha

      Hapus
  7. Enaknya ke kafe yg punya wifi kenceng, kl buat sambil kerja nggak bikin badmood.. Hhhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak lagi kalau punya kedai kopi sendiri ya. Bisa seharian ngopi sambil kerja

      Hapus
  8. Sekarang ke tempat kopi tidak hanya untuk ngopi, tapi juga untuk ngerjain tugas atau untuk diskusi. Apalagi tempat kopi sekarang juga menyediakan kopi, makanan, dan tempat yang nyaman kepada pengunjungnya.

    Kalau sekarang, sementara nugas di rumah saja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, bagi orang-orang yang biasa nongkrong dan mengerjakan tugas, kedai kopi menjadi salah satu tempat yang tepat. Kalau minggu-minggu ini memang kudu menahan diri, lebih baik di rumah dulu.

      Hapus

Pages