Gowes Susur Rel Sisi Barat Jogja - Nasirullah Sitam

Gowes Susur Rel Sisi Barat Jogja

Share This
Menunggu kereta api melintas di jalan
Menunggu kereta api melintas di jalan
Jalanan beragam, terkadang jalannya aspal mulus, hingga bebatuan. Sepanjang perjalanan kami menikmati pemandangan hamparan sawah. Sesekali melihat kereta api yang melintas jalur rel. Seperti ini keseruan kami menjelajah jalur rel kereta api di sisi barat Jogja.

Aku melintansi jantung kota Jogja. Tugu Pal Putih cukup ramai, mereka mengabadikan diri dengan latar belakang sumbu filosofis Jogja. Aku terus menuju barat, menunggu kawan di ringroad jalan Godean. Rencananya, kami ingin blusukan bertiga.

“Sudah sampai lokasi,” tulisku melalui WA.

Kawan sedari tadi berhenti di perempatan Monjali lantas bergerak merapat. Ternyata kami ada kesalahpahaman. Pada pesan di awal, aku menuliskan titik kumpul di perempatan Monjali, tapi malah kutunggu di Godean. Beruntung rutenya memang melintasi arah Godean.

Perempatan Godean ini cukup strategis sebagai tempat titik kumpul. Sedari tadi aku sudah melihat beberapa rombongan pesepeda melintas. Ada yang menuju barat arah Nanggulan, ada juga yang melintas ringroad arah selatan ataupun utara.

Dari perempatan Godean, kami langsung menyusuri jalan-jalan gang. Bahkan sempat mentok sampai jalan buntu, lantas kembali memutar balik menyusuri jalan kampung. Seingatku, jalanan ini mengantarkan kami sampai di seberang stasiun Patukan.
Jalanan yang dilintasi bervariasi
Jalanan yang dilintasi bervariasi
Stasiun Patukan berlokasi di Mejing Wetan, Ambarketawang, Gamping. Dari plang penutup jalan, rute sepeda dilewatkan jalan setapak yang tembus di jalan aspal. Jalan setapak ini dulunya dimanfaatkan masyarakat melintas. Hanya saja saat ini sudah ditutupi pagar. Sepeda bisa melintas, mendekati jalan kampung, kami mengangkat sepeda menyeberangi selokan kecil yang ditutup.

Dari sini, kami mulai menyusuri beberapa ruas rel kereta api. Jalan berubah menjadi makadam. Kedua kawan menggunakan sepeda gravel, tentu menyenangkan. Aku sendiri mengikuti di belakang menggunakan sepeda gunung dengan ban yang sudah kuganti lebih kecil, sekilas mirip sepeda hybrid.

Ruas jalur dekat rel tak panjang. Sesekali kami harus memutar melintasi jalan utama ataupun jalur kampung. Kemudian mengarahkan kembali ke jalur yang berdekatan dengan rel kereta api. Sebagai catatan, jalur yang kami lintasi tentunya aman, karena memang ada jalan di dekat rel yang sering dilintasi masyarakat setempat. Kami pun tidak menyeberang rel sembarangan.

Perjalanan berlanjut. Lepas dari stasiun Patukan, kami melintasi portal di jalan besar dan belok kanan. Kali ini di sisi kanan tentunya jalur rel kereta api. Sesekali melihat kereta api yang melintas, ataupun saat menjauh hanya terdengar suara klaksonnya.
Di sekitaran Stasiun Rewulu
Di sekitaran Stasiun Rewulu
Sebenarnya, rute menyusur rel kereta api ini tak panjang. Hanya beberapa kilometer saja. Tapi memang jalur yang kami lintasi menawarkan pemandangan indah, terlebih di hamparan sawah ataupun di menyusuri jalan-jalan pedesaan.

Tak lama kemudian, di depan kami sebuah stasiun kereta api lagi, tampaknya ini adalah stasiun Rewulu. Stasiun Rewulu menjadi tempat bagi kereta yang membawa minyak. Untuk sebagian pesepeda, stasiun Rewulu menjadi salah satu spot tujuan berfoto.

Tak hanya itu, stasiun Rewulu juga ramai tiap sore hari. Di sekitar stasiun dimanfaatkan masyarakat setempat untuk melihat kereta yang melintas. Pemandangan yang sama juga bisa kita lihat di stasiun Patukan ataupun di stasiun-stasiun lainnya di Jogja.

Dua stasiun kereta api yang kami lintasi bukan tempat naik-turun penumpang. Aku sendiri penasaran dengan stasiun kecil seperti Patukan, tentunya menarik jika di stasiun tersebut bisa menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan kereta Prameks.

Stasiun Rewulu menjadi tempat istirahat kami. Lebih setengah jam kami duduk santai sembari menunggu ada kereta yang melintas. Saat kami datang, ada kereta pertamina yang sudah melintas, namun tak terabadikan. Tak lama berselang, sebuah kereta penumpang melintas kencang.
Kereta api melintasi sekitar Stasiun Rewulu
Kereta api melintasi sekitar Stasiun Rewulu
Sebagian pesepeda lebih sering melintasi terowongan yang ada di stasiun Rewulu. Jalur ini dijadikan salah satu rute pesepeda tiap akhir pekan. Di tahun 2021, spot jejeran pohon kelapa yang di stasiun Rewulu menjadi salah satu spot favorit pesepeda untuk swafoto.

Puas berfoto di seputaran stasiun Rewulu, kami melanjutkan perjalanan. Seingatku, sedikit rute yang kami lintasi saat ini mengingatkanku saat ikut blusukan bersama Rodalink Yogyakarta Barat. Rute yang kami lintasi ada kemiripan dengan jalur tersebut.

Menariknya, ada satu rute pendek yang membuatku sedikit takjub sendiri. Sedari tadi, kami melintasi rute dengan pemandangan sawah ataupun berpapasan dengan kereta api yang melintas. Di satu ketika, kami mentok sampai rumah warga.

Lantas bapak-bapak yang berbincang santai di pagi hari menginformasikan bahwa ada jalan setapak yang bisa kami lintasi sampai ke jalan aspal. Kami mengikuti jalan setapak tersebut. Tak panjang, mungkin hanya 200 meter saja, tapi pemandangan di sisi kanan adalah bangunan tua.
Rute jalan setapak melintasi halaman rumah
Rute jalan setapak melintasi halaman rumah
Menurutku, pemandangan ini menarik untuk kami abadikan. Bergegas kuambil kamera dan mengabadikan dua kawan yang ada di depan. Benar saja, jalan setapak ini menjadi jalan pintas bagi warga yang ingin menuju jalan utama tanpa harus memutar agak jauh.

Bersepeda dengan tanpa ada tujuan yang pasti memang menyenangkan. Target kami hanya ingin menyusuri sedikit jalur rel kereta api. Kami tidak sampai ke Sentolo, karena bakal membutuhkan waktu lama. Hanya sampai di Sedayu dan sekitarnya.

Lepas dari stasiun Rewulu, kami terus menyusuri jalanan yang tak jauh dari rel kereta api. Di depan ada pertigaan yang di tengahnya terdapat pohon beringin. Menariknya, sepagi ini lumayan banyak orang yang bersantai sembari menikmati jajanan kuliner.

Awalnya kami hanya melintas, namun pada akhirnya tertarik untuk menepi. Di bawah pohon, sebuah lapak kecil jualan gorengan dan nasi. Sementara di samping yang lain ada minuman dawet yang dijual simbah-simbah. Tak ketinggalan mas-mas jualan bakpao.
Istirahat di Pertigaan Sor Ringin Sedayu
 Istirahat di Pertigaan Sor Ringin Sedayu
Kami sepakat menikmati minuman. Dua kawan memesan es dawet, aku sendiri memesan minuman teh serai dan membeli bakpao. Sewaktu menikmati minuman, terlihat kereta bandara melintas dari kejauhan. Ternyata, tempat ini juga sebagai spot bersantai sembari melihat kereta yang melintas.

Di lapak yang jualan nasi, tampak satu keluarga yang bersepeda pun menikmati sarapan. Lucunya, orang yang kulihat sedang sarapan dan bersepeda ini ternyata kami saling mengikuti di Instagram. Baru tahu ternyata sama-sama di komunitas Bike to Work Jogja.

Tak hanya itu, lokasi tempat kami istirahat ini ternyata di beberapa waktu sebelumnya sempat viral. Lapak ibu-ibu yang jualan sarapan itu dikenal dengan nama “Sego Megono Sor Ringin” yang lokasinya di Karanglo, Sedayu, Bantul. Sego megono ini pernah diunggah salah satu akun kuliner di Jogja.

Sebelum pulang, kami sudah menentukan sarapan. Yugo merekomendasikan Soto Rempah yang lokasinya searah jalur pulang. Patokan Soto Rempah Pak B ini adalah pasar Gamping. Dari pasar Gamping, kami mengambil jalan arah ke barat, lantas masuk gang.
Menutup dengan saapan Soto Rempah Pak B
Menutup dengan saapan Soto Rempah Pak B
Kedai Soto Rempah Pak B berlokasi di Gamping Lor, Ambarketawang. Tempatnya cukup luas, dan sudah banyak pengunjung yang datang. Kami bertiga menikmati soto sembari istirahat. Kulirik jam tangan masih pukul 08.22 WIB.

Dari Godean, rute blusukan kami tak lebih dari 17 kilometer. Namun, rute yang kami lintasi cukup menyenangkan. Bisa jadi ke depannya bakal ada agenda menyusuri rel sampai Kulon Progo. Atau malah mengambil rute timur, arah ke Klaten.

Tuntas sudah agenda bersepeda pagi ini, kami berpisah di jalan Wates. Aku dan Mas Norman melintasi Malioboro, sementara Yugo masih mengambil rute ringroad. Sudah lumayan lama kami tidak bersepeda bertiga, seingatku terakhir bersepeda bareng waktu ke Rowo Jombor.

Bagi sebagian orang, bersepeda menjadi rutinitas yang menyenangkan kala akhir pekan. Selain untuk berolahraga, bersepeda juga bisa menjadi cara untuk menyambangi lokasi kuliner, atau malah mendapatkan tempat-tempat bagus untuk dijelajahi. *Gamping; 16 Desember 2023.

4 komentar:

  1. Seru kalau rute yang dilewati seperti ini. Ga bakal bosan dengan rute aspal sepanjang jalan. Tapi juga masuk area kampung dan tepi sawah. Rute susur rel kayak gini mesti tahu rute antar stasiun, kemudian dikombinasikan untuk masuk area perkampungan agar mendapatkan jarak yang aman dan dekat dengan rel kereta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untungnya ada kawan yang sudah buat rute lebih dulu, mas. Jadi tinggal ngikut mereka aja hahahah

      Hapus
  2. yang rute jalan pintas mau ke stasiun tuh adem bener ya hawanya. Tadi kirain bakpao en es dawetnya kefoto haha...ternyata soto rempah aja...kelihatan seger. Kalau sepedaan gini senengnya selain sehat juga bisa melihat pemandangan alam dan lewat rute rute yang menakjubkan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, pokoknya seru hahahahah. Enaknya bersepeda tuh begini :-D

      Hapus

Pages