[Review Buku] 100 Hari Keliling Indonesia - Nasirullah Sitam

[Review Buku] 100 Hari Keliling Indonesia

Share This
Buku 100 Hari Keliling Indonesia adalah sebuah buku referensi untuk mengenal Indonesia lebih dekat. Buku yang diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia) pada tahun 2015 terdapat 232 halaman. Buku yang diambil dari salah satu program Kompas TV dan dipandu oleh Ramon Y Tungka ini menceritakan ekspedisi keliling Indonesia dalam kurun waktu 100 hari. Buku yang membuat kita mengenal Indonesia dari semua sisi. Buku yang dilengkapi dengan estimasi biaya pengeluaran di setiap tempat layak kita dapatkan. Dari sini kita tahu gambaran Indonesia dalam beberapa saat.
Buku 100 Hari Keliling Indonesia (koleksi pribadi)
Buku 100 Hari Keliling Indonesia (koleksi pribadi)
Diperjalanan ini, tim HAKI mengelilingi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Alor & Flores, dan berakhir di Jawa & Bali. Buku ini tidak hanya menceritakan tentang keindahan alam Indonesia saja. Namun di sini kita bisa lebih jelas mengenal permasalah yang dihadapi pada setiap pulau. Khususnya pulau-pulau yang sulit dijangkau dan terluar di Indonesia. Masalah seperti sembako, penerangan, jalan rusak, dan kurang diperhatikannya pemerintah pusat adalah hal yang nyata di sini.

Terlepas dari kesamaan masalah dari Titik Nol Indonesia bagian barat (Pulau Rondo) sampai paling ujung Timur Indonesia. Tetap rasa cinta kepada tanah air terpancarkan dengan jelas. Dari buku ini, kita bisa melihat perjuangan para pejuang di ujung terdepan pulau Indonesia. Rasa hormat kami haturkan pada para TNI yang bertugas di pulau terluar Indonesia. Menjaga kedaulatan Indonesia dan selalu berteriak lantang “NKRI HARGA MATI”. Bahkan di salah satu pulau (Sulawesi) yang berada di daerah terluar Indonesia, Google Maps mencantumkan pulau tersebut adalah bagian dari Filipina. Jarak ke Filipina lebih dekat daripada ke Indonesia.

Miris adalah ucapan yang paling aku sematkan tatkala para HAKI ke Kalimantan. Membaca perbedaan mencolok antara jalanan di Malaysia dan Indonesia. Ibarat langit dengan dasar bumi. Sangat jauh berbeda, di sana juga para pahlawan Indonesia menjelajahi tapak demi tapak yang jaraknya paling jauh lebih dari 300km dengan jalan kaki. Meyakinkan pada seluruh masyarakat Indonesia bahwa tanah kita tidak akan dicuri walau sejengkal. Kenangan pahit hilangnya Pulau Sipadan dan Ligitan semoga tidak terulang lagi. Di Kalimantan ini juga, Tim HAKI melihat dan merasakan kearifan lokal yang patut dijaga dan dibanggakan. Kehidupan para Suku Dayak yang mempunyai hukum adat dalam menjaga hutan adalah satu bukti masih ada orang-orang yang mencintai alam tanpa harus dieksploitasi.

Keindahan Indonesia memang tidak ada duanya. Begitu pun dengan tanah Sulawesi, Papua, ataupun Alor dan Flores banyak keindahan yang ada. Tinggal bagaimana kita untuk ikut menjaga dan melestarikan tanpa harus mengeksploitasi. Berjejeran gugusan pulau seperti Bunaken, Sangihe, Raja Ampat, Padar, sampai Pulau Komodo. Tinggal tangan-tangan bijak mengelola semuanya agar dapat dirasakan semua pihak. Bukan hanya segelintir pihak (yang mempunyai uang) saja. Di sini kita tahu kalau melonjaknya wisatawan yang menuju pulau Komodo menjadi ancaman tersendiri bagi tempat di sana. Bangunan-banguan baru dibangun tanpa memperhatikan dampak dari sisi lainnya.

Keragaman adat budaya Indonesia pun dapat terlihat dengan jelas dengan membaca buku ini. Tradisi seperti tarian penyambutan tamu, ataupun pertunjukan dengan menggunakan alat tradisional yang sudah mulai langka pun dapat kita ketahui. Walau kita merasa prihatin seperti contoh di Sulawesi Barat. Sepasang nenek-nenek tua yang masih merisaukan tentang keberlangsungan Kacaping mulai hilang. Alat musik unik asli dari tanah Mandar. Dari sini kita juga belajar tentang Indonesia, bagaimana dulu Soekarno merancang Pancasila dari tanah Ende.

Di buku ini juga terdapat para pahlawan  yang harus kita banggakan. TUHAN MAHA ADIL, MAHA TAHU, dan MAHA SEGALANYA. Pahlawan-pahlawan itu seperti TNI yang bertugas di garda terdepan Indonesia, Annete di Toba, Bandi Alnak Ragai (Tokoh Dayak Iban) yang memperjuangkan hutan-hutan di Kalimantan agar tidak beralih fungsi menjadi lahan Sawit, Tim Ekspedisi NKRI di Sulawesi, Tim WWF di Papua, Stevanus Rafelo dan Tim SI di Flores, Robin Lim, atau pihak-pihak lainnya yang tidak dapat tertulis satu persatu.

Beberapa kutipan ataupun syair;

“Hidup sekali saja tidak cukup untuk bisa mengenali dan memahami Indonesia – Ramon Y Tungka – Cover Buku.”

Menyusuri lorong-lorong kota.
Membelah sungai.
Mendaki gunung.
Menyelami lautan biru.
Menebus belantara.
Menerawang perut bumi.
Menggapai angkasa.
Mencumbui Indonesia
Terima kasih untuk perjalanan ini kawan.
Ini bukan hanya tentang indah dan kelamnya Indonesia.
Ini juga cerita tentang kita.
-Anggun “Gambon” Wicaksono – hal 219

Buku ini membuat kita menjadi lebih paham tentang Indonesia. Negeri tercinta yang tidak cukup seumur hidup kita untuk kita jelajah di setiap sudutnya. Negeri yang mempunyai keragaman, keunikan, kebudayaan, dan keindahan yang tiada duanya. Negeri yang penuh dengan permasalahan kurang meratanya pembangunan, kesejahteraan dll, namun tetap berjiwa besar untuk mencintai Ibu Pertiwi. NKRI HARGA MATI. Salah satu koleksi buku yang wajib kalian punya bagi yang ingin mengelilingi Indonesia ataupun ingin tahu Indonesia lebih dalam dari sisi yang berbeda.
Baca juga postingan yang lainnya 

18 komentar:

  1. Keren yah 100 hari bisa keliling Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya hari ke 100 mereka masih ada di Flores, lebih dari 100 hari kenyataannya

      Hapus
  2. bukunya pasti bagus banget, karna seperti mas bilang bukan hanya tentang keindahan alam indonesia saja, tapi juga menjelaskan keadaan pulau seperti perekonomian dan jalan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener mas. Permasalahan seperti listrik, sembako dll

      Hapus
  3. Bneran mas pulau Sulawesi di google map termasuk daerah Filipina?
    *ga pernah buka" google map -_-

    BalasHapus
  4. woooow buku 100 hari keliling indonesia bikin penasaran deh mas :) pengen baca-baca biar tau semuanya ..

    BalasHapus
  5. buku - buku kaya gini harus makin banyak nih. maksudnya harus makin dilengkapi datanya. karena dengen buku akan tercatat kekayaan nusantara ini. bisa jadi dengan adanya buku perbatasanpun tdk aan di curi atau terlepas. dengan adanya buku bisa jadi alat introspeksi, belajar dan belajar lagi.
    penasaran saya dengan isinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang tidak sedikit buku yang menulis tentang keindahan alam, tapi ketika menulis permasalah yang ada di lokasi tersebut sangat jarang...

      Hapus
  6. Kereen tuh bisa keliling indonesia :)
    Indonesia memang tidak akan pernah habis dengan keindahannya :)

    BalasHapus
  7. saya banget jika sulawesi termasuk daerah di filipina, saya sebagai orang sulawesi selatan merasa greget aj gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu karena jarak ke Filipina lebih dekat daripada ke Indonesia, makanya di Google Maps tulisannya milik Pilipina

      Hapus
  8. yap! akhirnya mereview buku juga....sukses mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Latihan mbak :-D
      Siapa tahu ketagihan buat beli buku :-D

      Hapus
  9. Kalau udah tahu begini jadi pengen baca neh.

    BalasHapus
  10. Kemaren liat nih buku di pameran 30k lepas segel minus cd. Pengen beli tp ada buku lain yg lebih menggoda.. yah kalok jodoh ketemu lagi.

    BalasHapus

Pages