Menapaki Setiap Sudut di Lawang Sewu Semarang - Nasirullah Sitam

Menapaki Setiap Sudut di Lawang Sewu Semarang

Share This
Lawang Sewu dari seberang jalan
Lawang Sewu dari seberang jalan
Benar saja, tak berapa lama dari tempat Lumpia, aku sudah sampai di kawasan Tugu Muda. Di sebelah kananku bangunan mencolok Lawang Sewu, sudah ada banyak pengunjung yang masuk. Aku sendiri melepaskan lelah duduk di dekat Kantor Polisi. 

Kulihat jam tangan, perjalanan dari Jalan Pandanaran (Lumpia) sampai di sini sekitar 15 menit. Jadi lengkap sudah perjalanan pagi tadi. Dari Terminal Terboyo – Simpang Lima Semarang – Lawang Sewu. Lumayan capek juga.

Tak kuceritakan Lawang Sewu. Ada banyak literatur yang menceritakan sejarahnya. Pintu kecil di antara pagar terbuka, sudah ada 15 pengunjung yang bersantai seraya mengabadikan diri. Aku memasuki pintu kecil.

“Tiketnya Rp.10.000, mas.” Kusodorkan uang pas ke arah perempuan tersebut. Lalu diberinya aku kertas tiket masuk.

“Boleh motret di dalam?” Tanyaku seraya menunjukkan kamera.

“Boleh mas, silakan masuk lewat sisi kanan,” Jawabnya memberi arahan.

Plang petunjuk arah masuk mengarahkan anak panah ke kanan. Sementara di sudut tulisan keluar sudah ada banyak pengunjung yang menumpuk. Bisa jadi mereka ingin beristirahat sebelum pulang atau menunggu teman-temannya yang masih di dalam. 

Setiap sudut sudah cukup ramai rombongan, sepertinya hanya aku yang datang sendirian tanpa teman. Seraya memanggul ransel, aku mengikuti jalan yang mengantarku pada pintu portable pengecekan tiket.
Petugas memeriksa tiket masuk ke Lawang Sewu
Petugas memeriksa tiket masuk ke Lawang Sewu
“Tiketnya mas?”

Kuserahkan tiket tadi, diperiksa, dan plang pintu tersebut membuka. Aku bergegas mengambil tiket dan duduk di tengah halaman Lawang Sewu. Ada pohon Mangga besar yang rindang, sementara di bawahnya ada banyak kursi panjang. 

Tak ketinggalan orang yang menawarkan foto sekali jadi menyapa setiap pengunjung. Aku mengabadikan salah satu sudut yang tampak dari tempatku duduk. Belum ingin rasanya mengelilingi setiap ruas lorong pintu Lawang Sewu.


Sedikit yang kuketahui tentang Lawang Sewu; penamaan yang mengartikan Seribu Pintu dalam bahasa Jawa. Tempat ini memang mempunyai banyak pintu, tapi tak sampai seribu. Hanya saja bangunan jaman penjajahan Belanda ini mempunyai jendela-jendela yang panjang mirip dengan pintu. 
Di dalam area Lawang Sewu, Semarang
Di dalam area Lawang Sewu, Semarang
Jika kubaca beberapa literatur; orang-orang pun menamakan jendela panjang hampir seperti pintu tersebut sebagai pintu. Kutapaki satu banguan dari yang paling dekat. Di sini ada banyak pintu yang terbuka. Sejajar dengan pintu-pintu lainnya, jarak antara pintu pun hanya sekitar dua meter saja.

Pintu-pintu seragam berwarna gelap, dan modelnya pun sama. Tempat inilah yang paling banyak digunakan para pengunjung berfoto. Semacam ikon tempat Lawang Sewu. Satu pintu kupegang dan coba kugerakkan, terdengar suara berderit. Pintu-pintu ini memang sudah sangat lama.

Sementara itu, aku masuk ke dalam ruangan di sisi lainnya. Di sini tak terlihat jejeran pintu. Hanya jalan teras semacam lorong panjang dan pondasi menjulang tinggi. Jalannya tak lebar, hanya sempit tapi tinggi. 

Ornamen bata tersusun tiap pondasi, dikombinasikan dengan cat putih serta lantai agak coklat. Ditambah lagi suasana hening menjadikan tempat ini cukup sunyi. Padahal ada banyak pengunjung yang berdatangan, tapi tetap saja suasana sunyi tak terelakakkan.
Sudut-sudut Lawang Sewu yang terdokumentasikan
Sudut-sudut Lawang Sewu yang terdokumentasikan
Sudut-sudut Lawang Sewu yang terdokumentasikan
Memasuki ruangan yang tersekat tiap tembok dan pintu. Tanpa sengaja aku memasuki ruangan yang di dalamnya ada sekeluarga menonton video yang menceritakan tentang Kereta Api. Jejeran kursi panjang dan meja bulat tak dipenuhi pengunjung, hanya sekeluarga itu saja duduk manis melihat ke arah monitor. 

Si kecil terdiam menikmati setiap tayangan yang diputar. Berbeda dengan sekumpulan anak-anak SMP, mereka berlari ke sana-kemari tanpa tujuan, asal masuk ruangan, teriak-teriak bareng temannya dan keluar lagi. Cukup ramai kalau sedang bersua dengan segerombolan anak tersebut.

Masih di ruangan yang sama, ada miniatur Kereta Api yang dipajang. Sebuah tulisan dilarang menyentuh pun terpampang jelas. Ada banyak jenis miniatur Kereta Api pada masanya. Bisa jadi si kecil tersebut sangat antusias karena melihat video Kereta Api. 

Menyenangkan sekali rasanya mengenalkan si kecil dengan informasi-informasi penting seperti ini, Lawang Sewu bisa menjadi salah satu tempat berlibur anak-anak. Sekali tiga uang, rekreasi sekaligus mengajarkan informasi pada anak.
Asyik melihat video Kereta Api
Asyik melihat video Kereta Api
Miniatur Kereta Api terpajang di dinding
Miniatur Kereta Api terpajang di dinding
Kurang puas rasanya duduk di sini, aku melangkah menyusuri tiap sudut ruangan di lantai satu. Pintu-pintu terbuka di tengah ruangan, setiap ruangan serasa tembus ke ruangan lain jika seluruh pintu dibuka. 

Beberapa pajangan lukisan pun terpampang di tembok, aku asal melangkahkan kaki sampai sudut. Di sini pun kembali aku bertemu dengan sekelompok anak tadi yang berlarian. Mereka berhamburan menyelusup di antara pintu, berpencar dengan temannya diiringi teriakan gelakan tawa panjang. 

Aihh, anak-anak, ceria banget kayaknya. Tak hanya pintu yang terbuka, lorong panjang seperti sisi lain tadi pun juga ada di sini. Di dalam ruangan yang sunyi. Hentakan kaki para pengunjung terdengar dari segala penjuru. Terlebih jejakan kaki anak-anak yang berlarian.

Sampailah aku di ruangan lain yang agak lebih gelap. Di sini aku bertemu dengan penjaga Lawang Sewu sedang membersihkan tembok dari sarang Laba-laba. Kembali lagi sekumpulan anak kecil di belakangku. 
Semacam lorong yang lengang
Semacam lorong yang lengang
Semacam lorong yang lengang
Mereka mengamati tangga yang di lantai dua dan tiga terdapat jendela berornamen. Sejurus anak-anak ingin menaiki tangga dan berfoto di atasnya.

“Jangan naik ya dek, itu ada tulisannya dilarang naik. Kalau mau ke lantai dua dan tiga lewat tangga bangunan yang sana,” Kata bapak yang membersihkan.

“Kenapa pak kok nggak boleh?” Protes anak-anak.

“Kan ada tulisannya dilarang naik,” Sahut bapak lagi.

Sepertinya anak-anak tersebut sedikit kecewa, mereka meninggalkan tempat tersebut sambil menggerutu. Namanya juga anak-anak, wajarlah bila menggerutu. Sebuah plang tulisan dilarang naik memang terpajang di antara rantai-rantai yang menutupi sebagian jalan menuju tangga. 

Walau sebenarnya rantai tersebut masih bisa dilewati jika mau sedikit miring atau melompati rantai. Aku mengabadikan dari bawah, dan ketika aku di sana datanglah dua sejoli yang juga ingin berfoto. Diabaikannya tulisan tersebut, sang perempuan pun berfoto dari tangga naik ke lantai tiga.

Aku hanya memberi isyarat tulisan tersebut, sang lelaki hanya tersenyum dan mengabaikan saja. Dia terus memotret perempuan menggunakan gawai. Ternyata anak-anak jauh lebih mudah diberi tahu daripada orang dewasa yang tak paham dengan bacaan larangan tersebut. Akupun berlalu saja meninggalkan dua sejoli yang asyik berfoto.
Spot foto di Lawang Seru Semarang
Spot foto di Lawang Seru Semarang
Jika kita berkunjung di suatu tempat tanpa mengabadikan tentunya kurang lengkap. Aku menapaki anak tangga yang berada di pojokan, dekat mushola dan toilet. Dari tangga tersebut aku naik ke lantai dua. Selama menaiki tangga, sempat aku berpapasan dengan rombongan lain. 

Cukup sempit sebenarnya tangga tersebut, aku berhenti seraya mempersilakan mereka jalan lebih dahulu. Di lantai dua bentuknya tak jauh beda dengan lantai pertama. Jejeran pintu menjadi tempat yang harus diabadikan, aku mengambil tripod dan memasang Kamera Mirroless Nikon 1 J3. 

Tak lupa kuambil sebuah buku yang memang menjadi teman seperjalananku selama akhir pekan. Layaknya pengunjung yang lainnya, aku terlarut dalam waktu mengabadikan sendiri. Menyetel kamera, lantas sedikit berlari serta berharap mendapatkan hasil yang bagus.
Pintu-pintu di Lawang Sewu
Pintu-pintu di Lawang Sewu
Pintu-pintu di Lawang Sewu
Puas rasanya mengelilingi sebagian besar lokasi Lawang Sewu, aku pun turun. Di luar dekat toilet terdapat tempat rak sepeda yang unik, tempat tersebut seperti menggantungkan sepeda. Tempat ini peninggalan dari Belanda. 

Tak hanya itu, di area halaman depan juga terdapat dua lokomotif. Di sini anak-anak mengabadikan diri bareng Kereta Api. Aku hanya duduk santai di kursi di bawah pohon mangga. Saat aku duduk santai, terlihat empat orang duduk santai di dekatku. Mereka terlihat berbeda dengan pengunjung lainnya, keempat orang tersebut memanggul keril ukuran besar.

“Habis ngecamp di mana?” Tanyaku mengawali sapaan sambil berjabat tangan.

“Merbabu mas. Mas sendiri?”

“Aku hanya main-main sini saja.”

Obrolan santai berlanjut, keempat orang ini adalah teman-teman dari Bogor, Banten, dan dua dari Jakarta. Mereka meminta izin keliling Lawang Sewu, karena Kereta Api yang dinaiki nanti berangkat pukul 14.00 WIB. 

Aku kembali duduk di kursi, kemudian datanglah pak polisi yang mengantarkan rombongan ibu dari Polda Jateng. Kami kembali ngobrol santai, membahas tentang liburan. Sangat supel bapak polisi satu ini, beliau bertugas di Semarang Tengah.

Tidak lama, berselang setengah jam beliau izin keluar terlebih dulu karena rombongan Ibu Polda melanjutkan ke Sam Poo Kong. Oya, aku sempat berfoto dengan empat teman yang tadi ngobrol. Senang kenal dengan kalian.
Pintu-pintu di Lawang Sewu
Pintu-pintu di Lawang Sewu
Tepat pukul 10.00 WIB, aku keluar dari Lawang Sewu. Bergegas aku mencari taksi menuju Bandara Ahmad Yani Semarang. Rencananya pukul 11.00WIB aku terbang ke Karimunjawa menaiki Pesawat Airfast. Pesawat ini menggantikan Susi Air yang sempat melayani penerbangan Semarang–Karimunjawa. *Kunjungan ke Lawang Sewu Semarang pada hari Jum’at; 25 Maret 2016.

Baca juga tulisan budaya lainnya 

41 komentar:

  1. lawang sewu bikin saya penasaran, dari dulu belum kesampaian kesana, berkunjung malem kayaknya sensasinya beda ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahahha, kalau malam enaknya rame-rame :-D

      Hapus
    2. pernah jadi lokasi uka - uka ya mas

      Hapus
    3. Dulu iya mbak, wah kok inget banget ya hhehhehheh

      Hapus
  2. wah kalo siang ternyata gak terllau seram ya mas keceh dah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, aku takut kalau malam, kan sendirian hahahahahh

      Hapus
  3. Aduh, pas ke Semarang aku gak mampir ke sini... Padahal pengen banget... Ketika malam2 mau nekat masuk gak taunya lagi ada acara... GATOT deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, kalau malam aku juga belum tentu ke sana mbak. Apalagi sendirian :-D

      Hapus
  4. Hmm jadi penasaran nih sama suasana disana soalnya saya belum pernah nih mas merasakan suasana asli dan berada langsung di sana seperti muantappp ya mas ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau siang seru, tapi kalau malam katanya lebih seru :-D

      Hapus
  5. Ohh jadi foto mas yang di IG itu di lawang sewu thoo. Bagus ya kalau siang, tp kalau malem.. aku ndak berani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yapp hehehhehe, aku kalo sendirian ya nggak berani :-D

      Hapus
  6. lawang sewu ya, saya tahunya dari TV saja belum pernah ke sana langsung, mudah2han lain kesempatan saya bisa datang ke tempat itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnn, kalau singgah di Semarang bisa mampir mas :-)

      Hapus
  7. wow bnr-bnr indah ornamennya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serunya kalau berkunjung ke sini bisa mengabadikan banyak objek, mbak.

      Hapus
  8. waduh kapn bisa kesana ya. ia keren2 banget mas potonya. bagian kereta api pada masanya itu loh yang oke kalau diabadikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mbak kalau berkunjung ke Semarang kan bisa sekalian ke sini. Dekat dan berapa di pusat kota tempatnya.

      Hapus
  9. ya ampun, lawangsewu itu dalamnya itu toh?
    bagus juga yah ternyata.a
    terimaksih sharingnya, ditunggu lagi ceritanny

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, siap semoga tak bosan dengan tulisan sederhana ini :-)

      Hapus
  10. Lawang Sewu tempat historis dan jalan-jalan liburan sik di Semarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener kang. Mumpung lokasinya juga mudah diakses

      Hapus
  11. Lawang Sewu slalu berhasil buat orang penasaran yah....

    BalasHapus
  12. kalau ada libur panjang mau kesini juga ah :)

    BalasHapus
  13. Wah ini mah deket sama rumah ane mas, walaupun ane Kendal. Hehehhe...
    meski sering lewat sini, cuma beberapa kali masuk..
    btw, sekarang udah gak boleh masuk ke ruangan bawah tanah ya mas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, ada beberapa tempat yang tidak diperkenankan masuk, salah satunya ruang bawah tanah :-)

      Hapus
  14. Lawang sewu artinya Pintu 1000,, maklum orang jawa ya jadi tahu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, saya bukan orang jawa mas. Saya orang Bugis + Mandar :-D

      Hapus
  15. Dari dulu pengin banget main ke Lawang Sewu cman belum ada waktu dan kesempatan, sekarang baca artikel ini jadinya malah tambah kepingin banget...
    doakan mas semoga suatu saat bisa kesana
    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mas Adams; Lawang Sewu ada di pusat kota, mas. Cukup gambang ditemukan kalo ke Semarang. Semoga ada waktu ke sana, mas :-)

      Hapus
  16. eh .. itu foto model yang lagi baca buku .. kayaknya saya kenal deh .. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emmhhh itu nggak dibayar loh modelnya, kang :-D

      Hapus
  17. malam hari foto2 di situ, kalo "beruntung" akan ada penampakan hantu wanita di hasil foto.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahuahua, sepertinya nggak ke sana malam-malam kalau bonusnya begitu, mas :-D

      Hapus
  18. belum kesampeyan pengen liburan ke lawang sewu..

    BalasHapus
  19. ini angker ya
    masih sih
    takut ah

    BalasHapus

Pages