Pasar Kangen Jogja Yang Terus Dirindukan - Nasirullah Sitam

Pasar Kangen Jogja Yang Terus Dirindukan

Share This
“Mereka rela berdesak-desakan di halaman yang tak luas. Saling bersenggalan, terkadang tak sengaja menginjak kaki pengunjung lain. Stand-stand kuliner ramai dipenuhi para pencinta kuliner, berburu makanan yang banyak disajikan. Gelaran benda-benda klasik pun tertata rapi di atas tikar seadanya. Bahkan para pengunjung pun tak ketinggalan mengabadikan diri di sekitar ayaman bambu yang tertumpuk menjulang tinggi bak menara. Tertera jelas di sana sebuah tulisan Pasar Kangen Jogja.”
Karena mengabadikan diri bareng teman itu suatu kewajiban
Karena mengabadikan diri bareng teman itu suatu kewajiban
Menjelang sore hari aku mengayuh sepeda dari kantor balik kos. Sepanjang perjalanan tiba-tiba aku teringat adanya Pasar Kangen Jogja. Agenda rutin yang berlangsung antara tanggal 19 – 27 Juli ini mampu membuatku tertarik untuk mengunjunginya. Sesampai di kos, aku langsung mandi dan memasukkan kamera dan sarung ke dalam tas. 

Lalu kulangkahkan kaki menuju halte Transjogja yang berada di depan Gedung Wanitatama. Sengaja aku tak menaiki sepeda, di sana sudah pasti banyak kendaraan bermesin yang terparkir, sementara untuk mencari area parkir sepeda akan sulit. Sulit di sini dalam artian keamanannya.

Sesuai dengan apa yang telah kurencanakan. Menjelang magrib aku sudah sampai di Malioboro. Aku sengaja turun di Halte Malioboro II agar bisa menuju Masjid Shultoni untuk sholat magrib. Usai sholat magrib, aku jalan kaki menuju Taman Budaya Yogyakarta. Benar saja, sampai di lokasi keramaian tak terlalu sesak. Tak seperti akhir pekan yang sudah tentu akan lebih membeludak pengunjungnya. 

Aku menaiki anak tangga Taman Budaya Yogyakarta dan mengabadikan para pengunjung Pasar Kangen Jogja dari lantai atas. Di sini aku tak sendirian, ada banyak orang yang mengabadikan para pengunjung. Salah satu di antaranya adalah Mas Eko (Admin Info Seni yang dulunya bernama Info Seni Jogja).
Pengunjung Pasar Kangen Jogja belum terlalu ramai
Pengunjung Pasar Kangen Jogja belum terlalu ramai

Selfie dengan Tulisan Pasar Kangen Jogja
Aku tidak hanya berbincang santai dengan mas Eko, namun beberapa kali mengabadikan momen di mana tiap pengunjung sangat antusias berfoto di anyaman bambu yang menjulang tinggi di area depan Taman Budaya Yogyakarta. Ada banyak tulisan yang dapat dipegang dan menarik untuk diabadikan. 

Terlebih tulisan tersebut adalah Pasar Kangen Jogja. Setahuku hampir setiap remaja, dan muda-mudi silih berganti berfoto di sini. Mereka rela antri agar dapat mengabadikan diri dengan memegang papan kecil yang sudah tertera tulisan Pasar Kangen Jogja.

Bisa jadi tempat inilah yang paling banyak dikerumuni pengunjung saat pertama berkunjung ke Pasar Kangen Jogja. Mereka lebih senang mengabadikan diri dulu, setelah itu baru keliling melihat apa-apa yang bisa dilihat. Berkali-kali aku dapat melihat sepasang muda-mudi, sendirian, atau berkelompok kompak berekspresi ketika kamera ponsel mereka mengabadikan tiap momen. 

Berjejeran orang sibuk memotret, atau bagi mereka yang membawa tongsis ataupun luput tak membawa. Mereka masih bisa mengabadikan dengan wefie. Aku sendiri asyik mengabadikan kehebohan mereka.
Mari berfoto di Pasar Kangen Jogja
Mari berfoto di Pasar Kangen Jogja
Mari berfoto di Pasar Kangen Jogja
“Kalau akhir pekan nanti pasti lebih membludak di sini mas,” Ujar mas Eko yang sibuk merekam aktifitas pengunjung di sampingku. Tak lama kemudian, rekamannya sudah diunggah di Instagram.

Berburu Barang Antik/Klasik
Sudah cukup lama aku duduk di lantai dua menghadap ke bawah. Mumpung masih cukup banyak waktu, aku menuruni anak tangga lewat dalam bangunan. Setiap sudut anak tangga tak luput disesaki para pengunjung yang ingin duduk santai berbicang dengan teman maupun pasangan. 

Berkali-kali pula aku harus memperlambat langkah kaki karena di tengah lorong ada beberapa remaja dengan berfoto. Ketika kulihat mereka sedikit menggeser dan memberi jalan, aku bergegas melewatinya. Tak ketinggalan sedikit senyuman kulemparkan pada mereka.

Di bawah sana, sudah berjejer stand/lapak yang berjualan berbagai barang antik/kuno. Ada banyak yang memajang koleksi kaset-kaset jaman dulu. Lagunya pun beragam; dari dangdut yang belum dibumbuhi koplo, sampai album legendaries Koes Plus. Selain itu, pemutar musik juga ada banyak dijual di sini. Mulai dari Tape Recorder Jadul, Radio, malahan juga ada Piringan Hitam. Lapak-lapak tersebut ramai dikunjungi para pengunjung.
Lapak yang menjual barang-barang antik
Lapak yang menjual barang-barang antik
Lapak yang menjual barang-barang antik
Aku sendiri mengunjung salah satu stand yang menjual buku. Ada banyak komik lama di sini. Aku juga sempat membuka sebuah serial film yang pernah ada di Televisi Indonesia. Sebuah buku yang menceritakan tentang Wiro Sableng; Pendekar Kapak Geni 212. Jadi ingat jaman masih kecil. 

Penjual buku ini pun membiarkan kami membuka tiap dagangannya. Sesekali beliau menawarkan beberapa jenis bacaan pada pengunjung yang hilir-mudik di depannya. Koleksi-koleksi ini tak tercantum harganya, jika kita ingin membeli harus pandai-pandai menawar agar dapat harga relatif lebih murah.

Lukisan Para Seniman di Jogja
Sebuah pintu terbuka lebar di samping tempatku melihat tumpukan koleksi buku lama. Hanya kuperhatikan ada banyak pengunjung yang keluar-masuk. Aku mengekor pada antrian masuk, ternyata ruangan yang ada di lantai satu ini adalah pameran lukisan yang terpampang tiap dinding tembok yang berwarna putih. sampai di dalam ruangan, pertama kali yang kutuju adalah meja tempat pengunjung masuk. 

Di sana ada beberapa lembar kertas dan pena yang ditujukan agar tiap pengunjung bisa mengisi data diri. Minimal hanya nama, asal, dan paraf. Aku menulis di salah satu lembar kertas lalu beranjak melangkah ke tiap sudut tembok. Berjalan searah jarum jam, bersampingan dengan pengunjung lain yang kadang berlama-lama memandang lukisan. 

Ada juga yang berlama-lama hanya untuk antri berfoto dengan salah satu lukisan. Menurut informasi dari petugas yang menjaga absensi, seluruh lukisan di dalam ruangan ini berjumlah 200 buah dari 200 pelukis. Untuk dapat ditampilkan di sini, ada pihak yang bertugas mengurusi masalah pendaftaran lukisan agar dapat dipajang saat event Pasar Kangen Jogja.
Lukisan seniman selama agenda Pasar Kangen Jogja berlangsung
Lukisan seniman selama agenda Pasar Kangen Jogja berlangsung
Di sini tak hanya lukisan yang digantung di tiap dinding. Ada juga karya yang besar seperti di tengah-tengah ruangan. Di sana lantainya ditutupi pembatas setinggi 1.2 meter, dan di dalamnya ada lukisan besar di lantai. Beberapa orang yang penasaran melihatnya harus melongokkan kepala. Ada juga yang memberdayakan pembatas tembok yang dilapisi dengan kertas. 

Lalu dilukisnya beberapa lukisan mengenai sosok manusia dengan pakaian adat. Di sinilah aku menunggu agak lama agar bisa mengabadikan orang lain yang duduk. Sampai akhirnya dua perempuan dari Papua yang sudah selesai berfoto kuminta tetap duduk dan kuabadikan.

“Permisi mace. Bisa minta tolong tetap di sana kah? Saya mau ambil foto mace berdua,” Pintaku.
Pengunjung yang ada di dalam pameran lukisan
Pengunjung yang ada di dalam pameran lukisan
Keduanya tertawa kecil, dan bersedia kuabadikan. Tak lupa kusampaikan ucapan terima kasih pada kedua mahasiswi dari Papua tersebut. Mereka berdua pun membalas ucapanku dengan terima kasih kembali, dan berlalu melihat lukisan lainnya yang masih banyak.

Berburu Kuliner Malam
Satu yang tak boleh dilupakan. Sebagian besar pengunjung yang memadati Pasar Kuliner Jogja mereka adalah pemburu kuliner. Hampir setiap stand kuliner memang sudah disesaki pembeli. Paling favorit tentunya Sate Kere. Stand tersebut sudah padat bahkan harus bersesakan untuk membeli sate tersebut. Aku terpaksa harus gigit jari karena tak bisa mendapatkannya. Mungkin aku terlalu asyik berlama-lama menunggu orang motret di atas tadi, lalu mengelilingi dalam lukisan.

“Kalau mau kulineran, ke sininya pas sore mas. Kalau sudah malam bakalan susah dapatnya. Sudah habis semua,” Itulah ucapan dari para pedagang yang dagangannya laris manis.
Berburu makanan di Pasar Kangen Jogja
Berburu makanan di Pasar Kangen Jogja
Aku melangkahkan kaki menuju stand lain. Di sana ada bermacam-macam jajanan pasar, sampai makanan yang susah kita dapati kalau hari biasa. Berkumpulnya kuliner di sini menjadi magnet para pecintanya. Ada Gudeg, Sego Megono, Pecel, Lotek, minuman jenis apapun juga tersedia. Aku sendiri yang sudah terlanjur tak mendapatkan target pertama hanya membeli minuman saja. 

Lalu aku duduk di tepian jalan. Di sini aku malah tertarik mengabadikan para pembeli; pengunjung luar negeri pun antusias menikmati kuliner dengan harga yang terjangkau. Seorang bule sedang asyik memilih makanan gudeg ditemani temannya. Ada juga dua bule yang sudah menikmati santapan malam ini di panggung depan Taman Budaya Yogyakarta.

Penampilan Kesenian Jawa
Berdesak-desakan memilih kuliner yang ingin dinikmati malam-malam memang menguras tenaga. Aku pun hanya duduk bersandar di tepian ujung jalan, mengamati para pengunjung yang semakin banyak. Menjelang pukul 19.30 WIB, pengunjung sudah mulai sesak. Di tiap-tiap sudut mulai berdesakan tak bisa jalan dengan leluasa. 

Tak berapa lama dari ujung panggung yang tadi hanya kulihat alat gamelan lengkap mulai dipenuhi pengunjung. Terdengar dentangan gamelan, dan pengunjung pun berkumpul di arah suara tersebut. Irama gamelan yang merupakan nuansa khas Jawa terdengar mengalir indah disertai nyanyian seorang sinden. Aku bergegas ikut berjalan mendekat ke depan pentas gamelan. Di sini aku ikut dalam alur irama indah gamelan.

Tak hanya mendengarkan saja. Para pengunjung banyak yang mengeluarkan ponselnya dan merekam irama lagu tersebut. Aku sendiri asyik membidik bapak-bapak yang memukul berbagai perkakas gamelan. Mereka terlihat sudah hafal, tanpa melihat pun jemari mereka dengan lenturnya dapat mengerti mana-mana yang akan dipukul. 

Seingatku ada dua lagu tembang jawa yang dinyanyikan, orang jawa bilang “Karawitan”. Lalu sejenak seluruh pemusik tersebut berhenti. Di sini kami diberitahu jika akan ada pentas kesenian yang dilakukan oleh kelompok dari Gunungkidul.
Selalu ada agenda kesenian di Pasar Kangen Jogja
Selalu ada agenda kesenian di Pasar Kangen Jogja
Selalu ada agenda kesenian di Pasar Kangen Jogja
Semakin malam, suasana Pasar Kangen Jogja tambah ramai. Kulihat jam tangan mengarahkan pukul 20.30 WIB. Aku menyibak keramaian pengunjung menuju pagar pintu keluar. Lalu berjalan kaki melintasi area depan Shopping menuju halte Transjoga depan BI. 

Aku sengaja pulang jam segitu agar masih dapat menaiki Transjogja, sengaja pula tidak naik yang di depan Taman Pintar karena nantinya aku harus transit dan pindah bus jika di halte bandara. Untuk menuju kawasan UIN, dari KM NOL (Tepatnya malah di halte depan BI), Aaku menaiki bus jurusan 1B. Rute nantinya adalah BI – SMP 11 – Tugu – YAP – UNY – Condong Catur – Gejayan – De Britto – Amplaz dan selanjutnya. 

Aku berhenti di halte De Britto; lalu melangkah jalan kaki menuju kos. Beruntung bagiku, di antara minggu-minggu padat ini aku masih bisa meluangkan waktu menuju Pasar Kangen Jogja. Menikmati suasana yang terus dirindukan para warga Jogja. *Dokumentasi di Pasar Kangen Jogja (Taman Budaya Yogyakarta) pada hari Rabu; 20 Juli 2016.
Baca juga tulisan Budaya lainnya 

36 komentar:

  1. Balasan
    1. Agenda tahunan, om. Selain ini ada juga FKY rencananya akhir agustus 2016.

      Hapus
  2. lain kali mungkin nguber makanan dulu mas baru liat2 :) Acara ini rutin tiap tahun ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak tiap tahun.
      Iya, kemarin keasyikan ngobrol bareng salah satu admin sosmed dan motret bareng hehehehheh

      Hapus
  3. Ruame yo mas, ini diadadakan setiap apa?

    BalasHapus
  4. dan ... sampai sekarang belum ke sana :(

    padahal kemarin sore sudah berencana datang ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah tinggal besok loh mas hehhehe. Sempatkan ke sana :-D

      Hapus
  5. Pas ke pameran lukisannya, tiba-tiba ketemu laki laki sendirian terus minta poto bareng. Ahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti cowok itu ganteng ya? Makanya kamu mau diajak foto bareng :-P

      Hapus
  6. pasar kangen jogja itu diadakan setiap bulan atau sekali setahun mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Acara ini tahunan mas. Setahun sekali acaranya

      Hapus
  7. Sudah 2 kali ke Pasar Kangen Jogja, tahun ini pengen ke sana lagi tapi nggak bisa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoo ke Jogja hehehhe. Ato nunggu FKY aja di Taman Kuliner Condongcatur akhir Agustus.

      Hapus
  8. Barang-barang antiknya mahal gak oom?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harganya relatif mas, sama dengan lainnya ada yang mahal ada yang standar :-D

      Hapus
  9. tiap denger gamelan jawa dan jogja, terasa sakral, bikin selalu pengen kembali dan kembali menyambangi jogja lagi

    uda lama ga denger karawitan euy

    BalasHapus
  10. Duh Jogja.. dari dulu pengen tinggal disini tapi blm kesampaian..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoo ke Jogja hehehhe.
      Ada banyak event loh di Jogja

      Hapus
  11. Asyik ya, mas kalau bisa menikmati sajian kuliner jadul bareng teman pas malam-malam. Kalo rumahku deket pasti tiap hari main kesana. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hari ini terakhir loh hehhehhe. Tinggal nunggu FKY bulan depan :-D

      Hapus
  12. Jogja memang selalu ngangeni..beneran...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke sini lagi mas hehhehe.
      Oya akhir agustus ada FKY juga loh di sini :-D

      Hapus
  13. unik ... namanya pasar kangen ..
    jadi apa yang bikin kangen .. cewe2-nya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kangen suasananya, kangen kulinernya, kangen agendanya, dan kangen ceweknya *eh hahahahh

      Hapus
  14. Sak suweku nang yukya, rung tau dolan mrono XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agendakan nonton acara FKY wae bareng-bareng :-D

      Hapus
  15. Belum pernah ke Pasar Kangen saking ruamenya,kasihan ntar anakku kedesek2, lihat FKY aja besok senin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum ke FKY sekarang, rencananya hari kamis mau ke sana :-D

      Hapus
  16. pasar kangen meriah sekali, bahkan bukan hanya pedagang makanan yang ada di sana, pedangan barang-barang antik bahkan lukisan pun ada disana..

    BalasHapus
  17. nampaknya meriah juga pasar kangen jogja ini ... kapan kapan saya mau juga kesana

    BalasHapus

Pages