Bentangan Sawah Menghijau, Spot Foto Pesepeda di Kulon Progo - Nasirullah Sitam

Bentangan Sawah Menghijau, Spot Foto Pesepeda di Kulon Progo

Share This
Persawahan di Nanggulan Kulon Progo
Musim tanam padi datang. Ini artinya sebentar lagi musim penghujan menyapa. Petakan sawah di Nanggulan, Kulon Progo mengundang minat para pesepeda untuk dikunjungi. Bersepeda pagi di tengah-tengah jalur pematang sawah menjadi spot foto yang bagus. 

Satu persatu di media sosial banyak orang yang memosting hamparan sawah. Warna hijau kontras dengan pemandangan selama beberapa bulan yang gersang. Secara tidak langsung, foto-foto tersebut membuatku tertarik kembali bersepeda. 

Pemandangan jalan aspal dengan dua sisi menjulang tinggi nyiur dan bentangan sawah biasanya diambil melalui udara menggunakan drone, kurun waktu beberapa pekan foto-foto tersebut banyak diunggah para pesepeda. 

Masih ingat jalanan di Moyudan yang sempat hits? Atau jalan cor yang tepat berada di depan Geblek Pari? Berbondong-bondong pesepeda menjadikan tempat tersebut sebagai spot foto sambil bersepeda. 

Lama aku tidak mengayuh sepeda. Seingatku terakhir sepedaan saat ke Watu Purbo, sehingga rasanya fisik sedikit harus menyesuaikan. Aku mengatur ritme kayuhan, tatkala mulai terbiasa baru berani sedikit lebih kencang. 

Menariknya, meski hanya ke Nanggulan, jarak yang sebenarnya tidak jauh. Di sini aku merasa cukup capek. Memang kalau sudah tidak rutin sepedaan terasa bedanya. Berawal jalan raya, kali ini pemandangan sudah bentangan sawah luas. 

Melintasi pasar Nanggulan, sebenarnya menuju Geblek Pari tinggal belok kanan. Namun, area persawahan yang berlatarkan perbukitan itu harus lurus. Jalur ini sebenarnya nanti sampai pada patung sapi yang ada di sisi kiri jembatan. 
Jalan kecil dengan pemandangan sawah
Jalan kecil dengan pemandangan sawah
Bagi yang suka bersepeda menyusuri perbukitan Menoreh, jalur ini tidak asing. Seperti yang aku bilang, Nanggulan ini menarik bentangan sawahnya. Jadi kalau ke sini kudu pada saat musim penghujan, terlebih kalau kita tujuannya mencari konten foto. 

Sebelum sampai patung sapi, ada jalan kecil belok kiri. Jalur ini menuju desa, sudah diaspal tapi di beberapa titik rusak. Kami sengaja melintasi jalur ini guna menunggu waktu buka Geblek Pari pukul 08.00 WIB. 

“Salah jalan,” Celetuk Febri sambil balik arah menuntun sepeda. 

Sudah biasa nyasar kalau sepedaan dengan Febri. Kali ini beruntung dia balik, tidak sengaja melanjutkan perjalanan tanpa arah. Mungkin dia sadar kalau jalur yang diambil tersebut buntu. Mentok sampai pematang sawah. 

Tujuan pagi ini memang hanya mencari konten foto dan sesekali merekam untuk kebutuhan vlog. Kami terus melintasi jalur yang melingkar, balik ke jalan raya lewat jalur tepat di samping patung sapi. Sebelumnya sempat berhenti beberapa kali untuk mengabadikan sawah. 
Di Kulon Progo bisa melihat hamparan sawah dan aliran sungai
Di Kulon Progo bisa melihat hamparan sawah dan aliran sungai
Jalur ini bukanlah baru. Hampir semua pesepeda yang ingin sarapan di Geblek Pari biasanya melintasi jalur ini. Sebelah kanan bentangan sawah, sementara di sisi kiri aliran air di sungai. Di sini, kami bersua dengan pesepeda yang asyik foto di jembatan kecil. 

“Foto di tengah-tengah sawah sepertinya menarik,” Ujar Febri. 

Aku mencari-cari spot yang menarik. Untuk sementara waktu sengaja berhenti di tepian jalan. Kulihat ada seorang simbah yang sedang mengumpulkan pelepah kelapa. Kami menyapa, beliau sepertinya fokus dengan aktivitasnya. 

Jalan setapak kami turuni. Sepeda hanya bisa dituntun. Melintasi tegalan kecil yang dipergunakan sebagai jalur irigasi, kami berhenti di tepian sawah. Lantas kusandarkan sepedaku di pohon kelapa. 

Febri meniti pematang sawah sambil menggendong sepeda lipatnya. Tingkah kami ini diperhatikan dua orang bapak yang sedang berbincang santai di tepi jalan. Cukup singkat, selepas motret, kami melanjutkan perjalanan mencari spot foto. 
Memotret sepeda di pematang sawah
Memotret sepeda di pematang sawah
“Sebelah sana bagus, Feb. Nanti motretnya dari jalan,” Teranngku. 

Sebuah jalur kecil ini tidak jauh dari tempat awal berfoto. Di sini juga sudah ada jalan setapak yang mentok sampai sawah. Bagusnya lagi, di salah satu sisi terdapat pepohonan Nyiur yang menjulang tinggi. 

Kusiapkan kamera. Sedari awal memang ingin mengambil lanskap. Jadi kumanfaatkan lensa kit bawaan kamera. Siapa tahu ke depannya bisa membeli lensa wide. Febri menuruni jalur, lantas aku membidiknya. 

Beruntungnya kawan satu ini juga seorang fotografer. Jadi dia sudah tahu sudut yang menarik saat memotret. Kali ini aku gantian yang turun. Dia cukup santai membidik, lantas memintaku untuk kembali mengayuh pedal. 

Bagi kalian yang berlibur di Jogja dan ingin bersepeda sambil mendapatkan dokumentasi foto bagus. Kalian bisa menghubungi kawanku ini di akun Instagramnya Febri. Atau ingin melihat destinasi sepeda di Jogja bisa melihat Instagram Jogja Gowes
Lanskap indah persawahan, spot baru berfoto bagi pesepeda
Lanskap indah persawahan, spot baru berfoto bagi pesepeda
Spot foto di pematang sawah ini memang sedang ramai dikunjungi para pesepeda. Barisan pematang sawah yang sedikit berundak, jika diambil foto dari sudut yang tepat hasilnya bagus. Ditambah ada sepeda yang melintas. 

Dari sini, tampak tempatnya cukup sejuk dan menyenangkan. Seperti rencana awal, konten foto sudah didapat. Waktunya bersantai sambil melihat-lihat hasil foto. Akupun tidak lupa mengambil sedikit rekaman. 

Tidak sedikit yang sudah tahu lokasi spot foto ini, tapi juga ada beberapa pesepeda yang belum sepenuhnya tahu lokasi persisnya. Jika kalian dari arah patung sapi, spot foto ini searah menuju Geblek Pari. Sebelum jalan makadam yang menurun ke arah Geblek Pari lokasinya. 

Kurasa stok konten foto untuk Instagram sudah cukup banyak. Kami lantas menuju Geblek Pari menikmati segelas es tape, satu porsi pisang goreng dan geblek. Di sini juga bertemu dengan teman pesepeda yang pernah memosting spot foto sepeda di persawahan. 

Sebenarnya ada satu spot foto sekitaran Kulon Progo lagi yang ingin aku sambangi pada akhir pekan. Kami bertiga ngobrol santai terkait destinasi tersebut. Tempatnya memang tidak di sini, lebih tepatnya di sekitaran Dekso. 
Aku berfoto di area persawahan menaiki sepeda
Aku berfoto di area persawahan menaiki sepeda
Menurutku, spot foto bersepeda yang menyuguhkan pematang sawah di Dekso juga tidak kalah bagus. Terlebih jika memang ingin mencari konten foto dengan konsep sepedaan. Sepertinya patut dicoba di waktu mendatang. 

Bagi pesepeda, spot foto yang menarik itu sederhana. Spot-spot alami seperti ini sebagai salah satunya. Tanpa ada hiasan ala-ala yang penuh warna dan tulisan layaknya spot foto di beberapa destinasi wisata. 

Kita sadar, pada dasarnya alam itu indah. Tak perlu lagi kita tambahi bentuk-bentuk visual layaknya berada di studio foto. Jauh di masa mendatang, bentangan hektare sawah menghijau adalah pemandangan yang langka. 

Sambil menikmati sajian sarapan pagi, aku mengunggah satu foto di media sosial. Sudah lama rasanya tidak bersepeda di akhir pekan. Tiba-tiba ingin kembali aktif bersepeda dan menjelajah sudut-sudut destinasi di Jogja dengan bersepeda. *Pematang Sawah Nanggulan; 09 November 2019.

26 komentar:

  1. Weee nyepedanya masih setia bersama Mas Febri to?
    Musim yang masih panas dan syumuk begini cocoknya kalau nyepeda memang pagi, tujuannya di tempat adem-adem begini. Aku jadi kangen sama Geblek Pari, pingin brongkosnya eh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyepedanya sama siapa saja, yang penting waktunya nggak bentrok ahhahaha.
      Penting gak sama mas Mawi, takut berangkat pagi pulangnya malam

      Hapus
  2. nikmatnya berolah raga di tempat yang udaranya masih bersih dan alami. Mana pemandangannya indah pula

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tujuan utama bersepeda selain untuk olahraga ya buat biar bisa lihat pemandangan seperti ini heeee

      Hapus
  3. ini nih pemandangan yang jarang kutemui di kupang
    rasanya seger banget ngeliat yang ijo ijo gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Kupang pemandangannya lebih gersang ya mas? Tapi perbukitan-perbukitan di sana bagus mas untuk diabadikan.

      Hapus
  4. sepeda putih yang di Gramedia itu bagus ya?

    BalasHapus
  5. Lama ngga sepedaan memang sekalinya sepedaan lagi rasanya nafas pendek banget. Ini aku juga lama banget ngga main di blog ini..hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, benar banget mas. Bikin ngos-ngosan. Pokoknya kudu beradaptasi lagi.

      Hapus
  6. aihhhh ini lokasi paling asik sepedaan
    badan sehat, mata segar
    nda kayak kalau sepedaan di kota
    badan belum tentu sehat, mata sepat, paru2 penuh polusi
    hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, benar juga kalau sepedaan di kota pas lagi macet-macetnya. Kudu pakai masker

      Hapus
  7. Baca postingan ini saya jadi pengen sepedaan lagi. Dulu pernah sekali waktu sepedaan menyusuri selokan mataram dari Pogung sampai ke Ancol. Pagi-pagi dan pemandangannya bagus sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kemarin juga nyisir arah Ancol bareng kawan. Cuma pas sampai Tempel ambil kiri, soalnya kawan sudah lama tidak sepedaan.

      Hapus
  8. Wahhh ak seperti pernah kesini dan waktu itu nyasar wkwkw, pertama agak bingung gitu jalannya, tapi ternyata tembus kemana mana tuh jalan.. Keren banget wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mau ke Geblek par tapi melintasi patung sapi bisa lewat sini.

      Hapus
    2. Wahhh jadi mau ikut gowes juga mas, kalo ada jadwal touring sepedaan gitu boleh lah :D

      Hapus
    3. Mungkin selepas pandemi bakal ada gowes bareng, bisa gabung ahhahahah

      Hapus
  9. duh indahnya pemandangan.. sehatnya dapat juga..

    BalasHapus
  10. Melihat foto-foto hamparan sawah hijau itu, aku jadi semakin bersyukur hidup di desa. Meski setiap hari melewati sawah-sawah, aku selalu saja menyukainya. Ayok mas, Gowes ke desaku..

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sawah sekarang menjadi destinasi tujuan para pesepeda, mas.
      Wah ajakan yang menggiurkan. Semoga nanti ada waktu bisa gowes ke sana, mas.

      Hapus
  11. Aku langsung ngebayangin photoshooot di tengah sawah ini euy.
    Aaaah Corona cepat-cepatlah reda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena pandemi, kita jadi sekadar membuat bayangan itin untuk dieksekusi selepas covid-19. Hehhehehee

      Hapus
  12. Foto pertama persis pemandangan di kampung saya di Sulawesi. Semangat mas gowesnya, jarang jarang nemu blog goweser. Semoga suatu saat bisa mengikuti jejaknya jadi goweser

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya malah belum pernah ke Sulawesi. Semoga tahun depan keturutan menginjakkan kaki di sana.

      Hapus

Pages